Selasa, 05 Januari 2016

KAJIAN HUBUNGAN VOLUME KENDARAAN DAN KONDISI KLIMATOLOGI TERHADAP KANDUNGAN PLUMBUM PADA UDARA AMBIENT DI DAERAH PANAM KOTA PEKANBARU

HASIL PENELITIAN

KAJIAN HUBUNGAN VOLUME Kendaraan
DAN KONDISI KLIMATOLOGI TERHADAP kandungan Plumbum  pada udara ambient  DI  DAERAH PANAM KOTA PEKANBARU
Oleh:  Vanda Julita Yahya-Biologi FMIPA-UR


PENDAHULUAN
Latar Belakang

Panam yang terletak pada kecamatan Tampan kota Pekanbaru merupakan kota satelit terbaru kota Pekanbaru.  Dalam 4 tahun ini Panam menjadi daerah yang berkembang sangat pesat, hal ini terlihat dari pembangunan infrastuktur, aktifitas manusia maupun perdagangan. Pada awalnya planning pemerintah kota Pekanbaru dalam usaha pengembangan pembangunan difokuskan didaerah Arengka dan Rumbai. Tetapi pada kenyataannya Panam lebih dulu berkembang dibandingkan Arengka dan Rumbai.  Perkembangan tersebut karena Panam merupakan salah satu jalur strategis yang menghubungkan antar Kabupaten di Proipinsi Riau seperti Kampar dan Pasir Pangaraian serta salah satu jalur yang menghubungkan antar Propinsi seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Jalur ini banyak dilalui kendaraan dengan berbagai macam aktifitas mulai dari perdagangan sampai pengangkutan barang dan penumpang.

Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektor transportasi, akan semakin tinggi penggunaan bahan bakar minyak.  Penggunaan bahan bakar minyak secara intensif dalam sektor ini menjadi penyebab utama timbulnya dampak terhadap lingkungan udara.  Data statistik menunjukkan bahwa 70 persen pencemaran udara di kota-kota besar di dunia berasal dari emisi kendaraan. Polusi udara dari kendaraan bermotor mengandung 70 persen karbon monoksida (CO), 100 persen plumbum (Pb), 60 persen hidrokarbon (HC) dan 60 persen Oksida Nitrogen (Nox). Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun  (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup (Palar, 1994).  Plumbum atau Pb merupakan racun yang bersifat neurotoksin yang sengaja ditambahkan dalam bahan bakar dengan tujuan untuk menaikan angka oktan dalam bahan bakar.  Neurotoksin adalah zat racun yang menyerang syaraf dan bersifat akumulatif serta dapat merusak perkembangan otak pada anak.  Hasil studi menunjukan bahwa  timbal dapat menyebabkan kerusakan sistem syaraf dan masalah pencernaan, sedangkan berbagai bahan kimia yang mengandung timbal dapat menyebabkan kanker. (Darmono, 2001).

Masalah pencemaran udara dikota-kota besar, sangat dipengaruhi dan berbeda oleh berbagai faktor yaitu: tofografi, kependudukan, iklim dan cuaca serta tingkat atau angka perkembangan sosio ekonomi dan industrialisasi. Masalah ini akan meningkat keadaannya, jika jumlah penduduk perkotaan semakin meningkat pada umumnya akan menghasilkan zat pencemar lebih banyak dari kendaraan bermotor.  Kontribusi relatif dari mobil dan sumber-sumber yang bergerak terhadap emisi polutan udara berbeda nyata diantara kota–kota,tergantung dari tingkat motorisasi, kepadatan, tipe industri yang ada. Kontribusi dari kendaraan bermotor lebih sedikit dikota-kota dengan tingkat motorisasi rendah seperti: di Afrika dan kota-kota terletak didaerah yang suhu dingin (tergantung pada bahan bakar batu bara atau biomosa untuk pemanas ruangan) Cina, Eropa Timur. Suatu hal yang perlu diperhatikan pada beberapa negara berkembang adalah cenderung banyaknya kendaraan bermotor tua dan tak terawat sehingga jelas merupakan suatu faktor yang menunjukkan kendaraan tersebut adalah sumber zat pencemar.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah; mengkaji hubungan volume kendaraan dan kondisi klimatologi terhadap kandungan Pb pada udara ambient di daerah Panam, kota Pekanbaru.

Hipotesis

Kepadatan penduduk dan volume kendaraan sangat berpengaruh terhadap tingkat pencemaran udara. Perbedaan klimatologi serta letak topografi daerah menyebabkan perbedaan tingkat pencemaran udara.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengendalian pencemaran lingkungan dari kendaraan bermotor di kota di daerah Panam kota Pekanbaru. 


Metodelogi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 - Desember 2010.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data meteorologi yang
diambil  dari
Departemen Perhubungan,  Badan Meteorologi dan geofisika kota Pekanbaru dan data laju emisi yang dihitung berdasarkan jumlah kendaraan pada jalan H.R. Subrantas (Gambar 1.).

Pengambilan sampel udara, dilakukan di jalan H Subrantas-Panam yaitu dari simpang Arengka 1 sampai Simpang Panam (jalan garuda Sakti) .  Sampel udara diambil dalam 3 waktu (pagi; pukul 07.00, siang; pukul 12.00 dan malam; pukul 18.00); sampel  volume kendaraan bermotor dilakukan pada lokasi dan waktu yang sama dengan pengambilan sampel udara.

            Gambar 1. Lokasi Penelitian Jl. HR Subrantas


Bahan dan Alat


Bahan

1.        Udara ambient dalam kertas saring.
2.        Standar Pb 1000 mg/L, aquades, asam nitrat GR (p.a.), Asam Sulfat GR (p.a.), H2O2 (hydrogen peroksida) GR (p.a.), aceton, EDTA 3%.

Alat

1.      Alat gelas untuk preparasi sample; Erlenmeyer 100 ml, gelas piala, labu ukur, corong, pipet, mortar, cawan porselen dan labu semprot.
2.      Alat instrument, timbangan analitik, hot plate, desikator, oven, tanur, dan AAS (Atomic Absortion Spectrofotometri).

Metode atau Rancangan

Sampel udara dilakukan 3 waktu (pagi, siang, sore) dan 2 ulangan (Februari dan Oktober) pada  sepanjang jalan H.R. Subrantas.  Sebagai data penunjang untuk kualitas udara dilakukan pengambilan sampel volume kendaraan pada tiga waktu yang berbeda.

Penanganan Sampel.

Udara.

Metoda yang digunakan ekstraksi basah yaitu;

·         Kertas saring yang akan digunakan pada alat pompa penyedot udara dipanaskan dalam oven pada suhu 60oC selama 60 menit kemudian didinginkan dalam desikator, ditimbang dan dilakukan pemanasan hingga didapat bobot tetap. 
·         Letakan alat HVAS pada lokasi tempat pengukuran kandungan debu sesuai jarak dan posisi yang tepat.
·         Letakan kertas saring pada alat  HVAS dan lakukan pengambilan sample selama 1 jam dengan kecepatan alir udara yang disedot 70 m3/jam.
·         Ambil kertas saring dari alat HVAS dan keringkan dalam oven, kemudian dinginkan dalam desikator kemudian ditimbang.
·         Destruksi kertas saring dengan campuran asam nitrat dan sulfat.
·         Selama proses destruksi tambahkan sedikit-sedikit hydrogen peroksida sampai kertas saring larut dan jernih.
·         Hasil destruksi encerkan dalam labu ukur 100 ml dengan aquabides.
·         Deteksi dengan menggunakan alat AAS.

Perhitungan :
 
            Pb  = Y x V x Fp
                        BS
            Y = konsentrasi Pb dalam pengukuran AAS
            V = volume labu pengencer
            Fp = factor pengenceran
            BS = berat sample.
 
Kondisi AAS :
Wavelength                 : Pb 217.0 nm.
Lamp current Low (mA)         : 10.0
Lamp current High (mA)        : 0
Slit width                                : 1.0
Background correction           :  BCOn

Pengukuran Volume Kendaraan.
 
·         Pengukuran volume kendaraan menggunakan metoda manual, yaitu dengan menghitung jumlah kendaraan yang lalu lalang baik roda dua maupun roda empat dengan menggunakan alat Bantu counter
 
Pengukuran Kondisi Klimatologi.
 
·         Pengukuran kelembapan dengan alat higrometer,
·         Suhu dengan barometer, dan
·         Arah angin dengan kompas
·         Menggunakan data sekunder dari Klimatologi kota Pekanbaru

HASIL DAN PEMBAHASAN

Panam yang dulunya adalah salah satu daerah di Pekanbaru yang jauh dari pembangunan infrastuktur dan aktifitas manusia menjadi daerah yang berkembang sangat pesat, baik dari segi pembangunan infrastuktur maupun segala aktifitas manusia dan perdagangan. Seiring bertambahnya jumlah kendaraan yang melintas dan sehubungan Panam adalah salah satu jalan lintas, hal ini memaksa Pemerintah kota Pekanbaru melaksanakan pembangunan jalan yaitu membuat jalur dari satu arah menjadi dua arah dua arah Gambar 2.

Gambar 2. Jl. HR Subrantas dua arah


Tingginya minat orang berdomisili di Panam adalah salah satu indikator pesatnya pembangunan di Panam. Hal tersebut terlihat dengan pembanguan perumahan mulai dari perumahan elite sampai perumahan murah. Semakin banyak orang yang berdomisili di Panam akan semakin tinggi tingkat mobilisasi dari Panam menuju kota Pekanbaru, karena sebagian besar penduduk di daerah Panam bekerja di kota Pekanbaru (Gambar 3a dan 3b).
 
Gambar 3a. Suasana pagi                Gambar 3b. Suasana malam

Emisi Pb masuk ke dalam lapisan atmosfer bumi dan dapat berbentuk gas dan partikel. Emisi Pb yang masuk dalam bentuk gas terutama berkaitan sekali berasal dari buangan gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasil samping pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan, yang berasal dari senyawa tetrametil-Pb dan tetril-Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan bermotor yang berfungsi sebagai antiknock pada mesin-mesin kendaraan. Musnahnya timbal (Pb) dalam peristiwa pembakaran pada mesin yang menyebabkan jumlah Pb yang dibuang ke udara melalui asap buangan kendaraan menjadi sangat tinggi. Berdasarkan estimasi skitar 80–90% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain karena tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk mereduksi kandungan Pb pada bensin.

Dua hal yang sangat mempengaruhi panyebaran dan transportasi dari zat-zat pencemar udara, yakni iklim dan cuaca, serta letak topografi daerah yang dikaitkan dengan penyebaran penduduk. Iklim–iklim dikota besar berbeda dengan benua yang lebih dingin dan lembab (seperti di Beijing yang sangat dingin), dibandingkan dengan daerah yang di Gurun (Kairo) atau tropical dengan temperatur sedang dan kelembaban tinggi (Bangkok).

Akibat beratnya musim dingin, dapat menentukan jumlah pemanasan yang dibutuhkan penduduk sehingga meningkatkan emisi-emisi polutan, seperti SO2 diwaktu musim dingin. Pada kota–kota dengan temperatur sedang, beban polusi cenderung disebarkan secara merata sepanjang tahun. Thermal inversion (=pembalikan suhu) merupakan masalah khusus bagi kotakota dengan iklim panas dan dingin. Dalam keadaan penyebaran normal, gas-gas pencemar yang panas akan timbul disaat mereka datang dan kontak dengan masa udara yang dingin, pada ketinggian yang lebih tinggi.

Bagaimanapun lingkaran–lingkaran tertentu, suhu udara lebih meningkat jauh dan membentuk suatu lapisan inversi beberapa puluh atau ratus meter diatas tanah. Lapisan ini akan merangkap polutan–polutan yang dekat sumber-sumber emisi dan berperan sebagai pelindung panas, memperlambat penyebarannya. Kondisi-kondisi seperti ini akan menjadi permasalahan jika kecepatan angin rendah. Keadaan isotermal adalah suatu keadaan yang dijumpai bila tidak ada perubahan dalam temperatur didaerah ketinggian, sehingga mempunyai pengaruh yang sama.

Fenomena iklim dan cuaca lain yang sangat mempengaruhi kualitas udara adalah heat urban island yaitu panas yang dihasilkan oleh sebuah kota mengakibatkan meningkatnya suhu udara, sehingga terjadi penarikan suhu lebih dingin kedalam dan kemungkinan udaranya lebih tercemar dari daerah-daerah industri sekitarnya.

Sebaiknya pada kota-kota yang bersuhu lebih tinggi, yang terkena sinar matahari dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi, cenderung mudah terbentuknya jaringan ozon dan fotokimia oksidan lain dari emisi-emisi polutan. Letak tofografi kota-kota besar juga dapat mempengaruhi sifat penyebaran dan transport zat-zat polutan,contohnya sbb :

1.        Beijing, Kairo, New Delhi dan Moskow mempunyai tingkat tofografi relatif dan iklimnya tak dipengaruhi oleh molekul air .
2.        Bangkok, bombay, Buenos aires, Calcutta, Jakarta, Karachi, London, Manila, New York, Shanghai dan Tokyo mempunyai tingkat tofografi yang relatif dan iklimnya dipengaruhi oleh molekul air.
3.        Los Angeles, Mexico city, Rio de janeiro, Sao paolo dan Seoul mempunyai tofografi beraneka ragam dan suhunya dipengaruhi oleh pegunungan disekitarnya.

Keberadaan yang jelas dari suatu badan air/molekul dapat mempengaruhi iklim mikro dan arah angin pantai siang dan malam hari. Bukit-bukit yang mengitari kota-kota sering berfungsi sebagai penghalang hembusan angin, perangkap polusi yang dekat kekota. Pada kota-kota yang dikitari oleh pegungungan tinggi, seperti Los Angeles dan Mexico City, zat-zat polutan mungkin akan terperangkap dalam udara selama beberapa hari. Daerah pegunungan juga berfungsi sebagai penghambat transportasi polusi udara di kota-kota besar. Pada kota-kota dengan bangunan berstruktur tinggi penyebaran emisi polutan akibat angin besar lebih rendah (The Canyon Effect), karena terhalang oleh bangunan.

Timbel ditambahkan sebagai bahan aditif pada bensin dalam bentuk timbel organik (tetraetil-Pb atau tetrametil-Pb). Pada pembakaran bensin, timbel organik ini berubah bentuk menjadi timbel anorganik. Timbel yang dikeluarkan sebagai gas buang kendaraan bermotor merupakan partikel-partikel yang berukuran sekitar 0,01 µm. Partikel-partikel timbel ini akan bergabung satu sama lain membentuk ukuran yang lebih besar, dan keluar sebagai gas buang atau mengendap pada kenalpot.

Pengaruh Pb pada kesehatan yang terutama adalah pada sintesa haemoglobin dan sistem pada syaraf pusat maupun syaraf tepi. Pengaruh pada sistem pembentukkan Hb darah yang dapat menyebabkan anemia, ditemukan pada kadar Pb-darah kelompok dewasa 60-80µg/100 ml dan kelompok anak > 40 µg/100 ml. Pada kadar Pb-darah kelompok dewasa sekitar 40 µg/100 ml diamati telah ada gangguan terhadap sintesa Hb, seperti meningkatnya ekskresi asam aminolevulinat (ALA).

Pengaruh pada enzim §-ALAD dapat diamati pada kadar Pb-darah sekitar 10µg/100 ml. Akumulasi protoporfirin dalam eritrosit (FEP) yang merupakan akibat dari terhambatnya aktivitas enzim ferrochelatase, dapat terlihat pada wanita edngan kadar Pb-darah 20- 30 µg/100 ml, pada pria dengan kadar 25-35 µg/100 ml, dan pada anak dengan kadar > 15 µg/100 ml. Pengaruh Pb terhadap hambatan aktivitas enzim ALAD tidak menyatakan adanya keracunan yang membahayakan, tetapi dapat menunjukkan adanya pajanan Pb terha dap tubuh. Meningkatnya ekskresi ALA dan akumulasi FEP adalam urin mencerminkan adanya kerusakan fungsi fisiologi yang pada akhirnya dapat merusak fungsi metokhondrial.

Pengaruh pada syaraf otak anak diamati pada kadar 60µg/100 ml, yang dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan mental anak. Penelitian pada pengaruh Pb yang dikaitkan IQ anak telah banyak dilakukan tetapi hasilnya belum konsisten. Sistem syaraf pusat anak lebih peka dibandingkan dengan orang dewasa. Gangguan terhadap fungsi syaraf orang dewasa berdasarkan uji psikologi diamati pada kadar Pb- darah 50 µg/100 ml. Sedangkan gangguan sistem syaraf tepi diamati pada kadar Pb- darah 30 µg/100 ml. Timbel dapat menembus plasenta, dan karena perkembangan otak yang khususnya peka terhadap logam ini, maka janinlah yang terutama mendapat resiko.

Tabel 1.  Perkembangan Jumlah Kendaraan Pribadi dan Angkutan Kota di kota Pekanbaru
No
Jenis Angkutan
Tahun/Jumlah
2000
2001
2002
2003
2004
1.
Mobil Penumpang
15.982
17.586
31.442
34.407
37.890
2..
Mobil beban
23.625
25.897
28.264
44.397
46.352
3.
Mobil bus
14.670
17.447
7.117
7.183
7.253
4.
Sepeda Motor
119.597
133.647
154.621
179.636
208.617
Jumlah
173.874
194.577
221.444
265.623
300.112
Sumber data: POLRI daerah Riau Direktorat Lalu Lintas.

Kendaraan bermotor sebagai produk teknologi dalam operasinya memer-lukan bahan bakar minyak bumi (BBM).  Bahan bakar mobil (kendaraan ber-motor) yang secara umum disebut bensin adalah senyawa hidrokarbon yang kandungan oktana atau isooktanannya tinggi.  Senyawa oktana adalah senyawa hidrokarbon yang digunakan sebagai patokan untuk menentukan kualitas bahan bakar (bensin) yang dikenal dengan angka oktanaPada kompresi tinggi iso-oktana memberikan bunyi ketukan pada mesin mobil (knocking atau ping).  Untuk mengurangi ketukan atau menaikan angka oktana, bahan bakar dapat juga diberikan bahan tambahan (aditif).  Bahan aditif tersebut sering disebut sebagai senyawa anti ketukan (anti knoucking coumpound).  Senyawa anti ketukan disebut TEL (Tetra Ethyl Lead) atau (CH3CH2)4 Pb.  Bahan aditif baru adalah ethyl fluid, merupakan campuran dari 65% TEL, 25% 1,2 dibromo etana (BrCH2CH2Br) dan 10% 1,2 dichloroetana (ClCH2CH2Cl).  Hydrogen yang terhalogen ini (setelah diberi ethyl fluid) menyebabkan  timbal (Pb) akan diubah menjadi  timbal dibro-mida yang relatif mudah menguap sehingga mudah keluar dari silinder mesin mobil melalui knalpot (Wardhana, 2001).  Mekanisme penguraian senyawa TEL dalam bahan bakar mobil adalah :

 (C2H5)4 Pb                              (C2H5)3 Pb  +  C2H5  
(C2H5)3 Pb +  (C2H5)4 Pb        (C2H5)6 Pb  +  C2H5
(C2H5)6 Pb                               (C2H5) Pb  +  (C2H5)2 Pb
            (C2H5)2 Pb                               Pb  +  C4H10  

            Tabel 2. Komponen  Timbal di dalam Asap Mobil
Komponen  timbal
Persen total  timbal dalam asap
      Segera                18 jam  
 setelah stater           setelah stater
    
      PbBrCl
      PbBrCl.2 PbO
      PbCl2
      Pb (OH)Cl
      PbBr2
      PbCl22 PbO
      Pb (OH)Br
      PbOx
      PbCO3
      PbBr22 PbO
      PbCO32 PbO

32.0                         12.0
31.4                                                      1.6
10.7                                                      8.3
7.7                                                      7.2
5.5                                                        0.5
5.2                                                        5.6
2.2                                                      12.0
2.2                                                          0.1
1.2                                                      13.8
1.1                                                          0.1
1.0                            29.6


Kandungan senyawa  timbal yang dihasilkan pada pembakaran TEL ber-beda tergantung pada jenis mesin, umur mesin dan kecepatan kerja mesin.  Jenis dan komponen-komponen  timbal yang diproduksi dari asap mobil dapat dilihat pada Tabel 2. dimana kolom pertama menunjukan komposisi asap mobil segera setelah distater, sedangkan kolom kedua menunjukan komposisi asap mobil 18 jam setelah distater.  Data asap mobil setelah 18 jam menunjukan bahwa kompo-sisi  timbal mungkin mengalami reaksi ketika di lepaskan di udara.  Cara menang-kap asap mobil dalam percobaan ini dilakukan dengan menampung asap di dalam kantung berwarna hitam yang diisi udara bersih kering, kemudian udara tersebut dianalisis 18 jam kemudian.  Dari data tersebut terlihat bahwa komponen  timbal yang terdapat dalam jumlah tinggi di dalam asap mobil terutama adalah  timbal oksikarbonat (PbCO32PbO),  timbal okside ( PbOx) dan  timbal karbonat ( PbCO3) (Fardiaz, 1992).

Menurut Conell et al, (1995)   timbal yang dikeluarkan dari kendaraan ber-motor dengan bahan bakar  mengandung  timbal, dalam bentuk  timbal chlorobro-mide.  Setelah pembuangan keatmosfer terjadi pertukaran yang cepat dari bromida ke chlorida, khususnya pada daerah pantai.  Gambar 2. menggambarkan pola penyebaran  timbal sesudah lepas dari kendaraan bermotor. 


Gambar 2.  Jalur Potensial penyebaran dan pemindahan dalam   ekosistem pinggir jalan
Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan  timbal diudara lebih tinggi pada   daerah padat penduduk yang banyak menggunakan kendaraan bermotor daripada daerah perindustrian.  Sehingga lingkungan padat penduduk berbanding lurus dengan tingkat kepekatan kandungan  timbal di udara. 

Menurut Soedomo (2001), pola penyebaran dan difusi pencemar udara  timbal dari kendaraan bermotor pada suatu daerah juga sangat ditentukan oleh data meteorologi yaitu;
a.         Pola arah dan kecepatan angin dalam bentuk bunga angin,
b.        Radiasi sinar matahari dan lama waktu penyinarannya,
c.         Kelembapan udara dalam persentase humiditas,
d.        Curah hujan dan jumlah hari hujan,
e.         Profil temperatur vertical yang bekerja,
f.         Penutupan awan.

Pada penelitian ini data meteorologi diambil dari Departemen Perhubungan,  Badan Meteorologi dan geofisika Pekanbaru (Tabel 3).

Tabel  3. Data Klimatologi Kota Pekanbaru Januari-September 2004
Bulan
 Temperatur*
Curah hjn (mm) **
Penyinaran Mthr***
TekUdara (mb)
Kelem-
bapan
nisbi (%)
Angin
Rata2
Max
Min
(1)
(2)
(3)
1
28
31.9
23.3
16/18 hari
42
1011.5
82
5
NE
8
2
27.4
32.5
23.3
13.4/17 hari
39.9
1025.3
80
5
NE
7
3
27.6
32.9
23.3
11.4/18 hari
71.1
1010.4
81
6
NW
9
4
27.9
32.9
23.4
20.4/20hari
71.6
1010.3
82
5
NW
8
5
29.3
35.1
24.1
13.8/12 hari
73
1043.3
81
5
S
8
6
28.1
32.6
23
12.5/12 hari
59
1021.4
76
6
S
10
7
27.7
33.5
23.2
15.3/hari
62
1044.4
84
6
S
10
8
28.8
33.1
23.1
11.3/6 hari
-
1011.6
75
6
S
10
9
27.2
32.6
23.1
12/20 hari
44
1011.6
81
6
S
9
Sumber Data: Departemen Perhubungan,  Badan Meteorologi dan geofisika Pekanbaru
Keterangan  :  * Temperatur diukur pada jam 07.00, 13.00 dan 18.00; **
                                diukur jam 07.00;  *** diukur 08.00-16.00
                             (1), Kecepatan rata-rata; (2), Arah terbanyak; (3)Kecepatan terbesar

Pencemaran yang diakibatkan logam  timbal terkait dengan kondisi air, udara dan tanah disekitarnya dan akan terus bertambah secara kuantitatif bila terjadi penambahan.  Penambahan  timbal di lingkungan dari emisi kendaraan bermotor, tergantung dari kondisi geografis, cuaca/iklim serta ukuran partikel debu.   Timbal dari udara berada pada permukaan tumbuhan misalnya pada daun maupun buah, air,  dan tanah.  Pada manusia dan binatang  timbal dari lingkungan akan menempel pada permukaan kulit serta akan memasuki organ pernafasan. 
Keadaan iklim di kota Pekanbaru  yang diperoleh dari stasiun Meteorologi Pekanbaru pada bulan Maret 2004  dipengaruhi oleh angin barat laut, dengan kecepatan rata-rata 9 knot, curah hujan sedikit hanya 18 kali dalam 1 bulan.  Temperatur rata-rata 24.5oC pada pagi hari, 31.2 oC pada siang hari dan 30.3 oC pada sore hari.  Kelembapan rata-rata 93%  pada pagi hari, 66%  pada siang hari dan 72%  pada sore hari.  Penyinaran matahari rata-rata 71.1%  .   Udara Pada bulan September 2004 arah angin berubah lebih banyak angin selatan yang mempunyai rata-rata kecepatan 9 knot.  Curah hujan 20 hari dalam satu bulan dimana pada saat itu sering terjadi kabut asap yang memungkinkan partikulat debu di udara semakin banyak.  Temperatur rata-rata 23.9oC pada pagi hari, 30.0 oC pada siang hari dan 29.9 oC pada sore hari.  Kelembapan rata-rata 93%  pada pagi hari, 66%  pada siang hari dan 72%  pada sore hari.  Penyinaran matahari rata-rata 44 % .

     Hasil uji statistik menunjukan bahwa Pb udara sangat dipengaruhi oleh debu, kelembapan dan tekanan, secara matematis hubungannya adalah;
Pb= 10.15059238 + 0.00193750Kelembapan – 0.00979827Tekanan + 0.00005108debu

Dari hasil analisis regresi tersebut debu berpengaruh sangat nyata (ά=0.01>p=0.0002) terhadap Pb udara, semakin tinggi debu semakin tinggi Pb udara.  Kelembapan berpengaruh sangat nyata (ά=0.01>p=0.0006) terhadap Pb udara, semakin tinggi kelembapan semakin tinggi Pb udara.  Sementara tekanan berpengaruh nyata  (ά=0.05>p=0.0356), semakin tinggi tekanan udara semakin rendah Pb udara.  Ketiga peubah ini dapat menggambarkan keragaman Pb udara sebesar 47.62% dengan rincian debu penyebab paling tinggi terhadap Pb udara yaitu sebesar 25.53%, kelembapan penyebab kedua yaitu berkontribusi sebesar 17.20% dan tekanan penyebab paling rendah yaitu sebesar 4.89% seperti ditunjukan oleh hasil analisis regresi diatas.

     Jumlah kendaraan berkorelasi sangat nyata dengan debu udara dengan koefisien korelasi sebesar r = 0.3495 seperti dapat dilihat pada hasil analisis korelasi.  Karena salah satu sebab debu diudara adalah jumlah kendaraan maka dapat diartikan bahwa semakin banyak kendaraan maka semakin banyak debu di udara.  Dari analisis korelasi dan regresi dapat dilihat bahwa jumlah kendaraan adalah penyebab tidak langsung Pb di udara.
            Gambar 3.  Data Jumlah Kendaraan pada 3 Lokasi Penelitian

     Hasil survei jumlah kendaraan (Gambar 3.) pada daerah padat kendaraan dikota Pekanbaru  menunjukan bahwa lokasi terpadat pada lokasi Simpang Gramedia dengan jumlah kendaraan terpadat terjadi pada malam hari dimana pada daerah simpang Gramedia merupakan daerah perkantoran dan pertokoan dengan kapasitas jumlah kendaraan tertinggi sebesar 5912 kendaraan per jam pada bulan Maret dan 5438 kendaraan per jam pada bulan September. Tingginya volume kendaraan pada bulan Maret kemungkinan pada waktu tersebut merupakan bulan kampanye pemilihan calon presiden Republik Indonesia.   Data DLLJR (Dinas Lalu Lintas Jalan Raya) menyatakan bahwa rata-rata kepadatan per hari per jam volume kendaraan pada daerah simpang gramedia sebesar 2030 kendaraan, perhitungan ini dilakukan rata-rata perhari.  Hasil uji kendaraan bermotor kerjasama KLH Kantor Wilayah Sumatra dengan Bapedalda Kota Pekanbaru menunjukan bahwa volume rata-rata jumlah kendaraan perjam sebesar 1000 kendaraan untuk daerah Simpang Nangka-Sukarno Hatta.  Pada penelitian ini volume kendaraan terpadat terjadi pada siang hari yaitu sebesar 4443  kendaraan pada bulan Maret dan 4221 kendaraan pada bulan September.  Daerah Simpang Nangka-Sukarno Hatta merupakan daerah pertokoan.  Sedangkan daerah Arifin Ahmad merupakan jalan alternative, yang digunakan sebagaian besar kendaraan  untuk menghindari kemacetan pada daerah jalan protocol untuk kembali pulang kerumah .  Volume kendaraan tertinggi terjadi pada malam hari pada bulan Maret dengan jumlah kendaraan sebesar 3140 kendaraan dan 2998 kendaraan pada bulan September.

     Dari hasil uji statistik menunjukan bahwa tingginya kandungan Pb udara secara tidak langsung disebabkan oleh tingginya volume kendaraan.  Kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang logam Pb di udara, karena menggunakan bahan bakar yang menggandung Pb yang sengaja ditambahkan dalam bahan bakar tersebut untuk mengurangi bunyi ketukan pada mesin kendaraan.  Besarnya jumlah Pb yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor dipengaruhi oleh jenis kendaraan, umur mesin mobil dan kecepatan kendaraan.

Emisi  timbal yang masuk dalam bentuk gas, terutama sekali berasal dari buangan gas kendaraan bermotor yang merupakan hasil samping dari pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan.  Timbal hasil sampingan ini berasal dari senyawa tetrametil-Pb dan tetraetil-Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan bermotor yang berfungsi sebagai anti-ketuk pada mesin-mesin kendaraan.  Selain itu kendaraan bermotor diberikan pula scavenger, yaitu etilendibromida (C2H4Br2) dan etilen diklorida. Senyawa ini dapat meningkatkan residu timbal yang dihasilkan setelah pembakaran, sehingga dalam gas buangan terdapat senyawa timbal dengan halogen (Palar, 2004).

Menurut hasil penelitian Jakarta Urban development Project (Patria, 2001), di tahun 2000 kandungan timbal udara pada daerah Jakarta telah mencapai 1,7-3,5 m/m3 hal tersebut menunjukan tingkat kepadatan serta kecepatan lalu lintas yang sangat tinggi. 

Penelitian yang dilakukan Haryanto pada tahun 2003 menunjukan bahwa sekitar 30-46% pengemudi dan polisi serta 50% pedagang kaki lima di kota Bandung memiliki kadar timbal dalam darahnya diatas ambang normal yaitu lebih besar dari 40mg/dl darah dalam Anonimous, 2003.  Hasil penelitian Djuangsih et al, 1988 dalam Setiono et al 1998 menyatakan bahwa supir angkot menempati urutan kedua yang darahnya mengandung timah hitam (Pb) yaitu mencapai 40mg/dl.   Tingginya kandungan Pb dalam darah dipengaruhi oleh proses masuknya Pb ke dalam tubuh.  Proses masuknya Pb dalam tubuh  dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit.  Hasil penelitian tersebut juga  menyatakan bahwa ada korelasi antara Pb dalam udara dan Pb dalam darah.  Hasil penelitian terhadap supir angkot daerah Ciganjur di Jakarta menunjukan bahwa  darah dari supir angkot yang diteliti  mengandung Pb sebesar 18,4 mg/dl. Kandungan tersebut mencapai dua kali lipat lebih besar bila dibandingkan dengan penduduk Ciganjur  yaitu sebesar 9,0 mg/dl (Setiono et al 1998). 

Selain pengaruh udara yang tinggi terakumulasinya Pb dalam darah  dipengaruhi juga oleh umur dan jenis kelamin.  Hasil penelitian pada penduduk dengan tingkat pencemaran udara yang tinggi (melebihi ambang batas) pada laki-laki berumur 21-30 tahun  kandungan  Pb dalam jaringan otak sebesar  0,055 mg/100g , sedangkan  laki-laki yang berumur 51-60 tahun  jumlah kandungan Pb dalam jaringan otak  sebesar 0,064 mg/100g dan pada wanita sebesar  0,046-0,051 mg/100g Pb. Studi yang dilakukan BAPEDALDA DKI  Jakarta pada tahun 2001 menunjukan bahwa ibu-ibu yang tinggal di pinggiran kota memiliki ASI berkadar timbel 10-30 μg per kilogram berat badan kadar ini jauh lebih tinggi dengan mereka yang tinggal di pedesaan yaitu  2 μg per kilogram berat badan.  Terakumulasinya Pb pada ibu yang sedang hamil akan terbawa dalam darah anak semasa dalam kandungan melalui ari-ari sehingga adanya logam berat tersebut akan mengganggu pertumbuhan dan fungsi otak ketika janin itu dilahirkan.

Pada penelitian ini supir angkot yang diteliti kandungan Pb pada rambutnya berumur 40 sampai 50 tahun dengan masa kerja 20 sampai 29 tahun .  Hasil  analisis  regresi, lama bekerja berpengaruh sangat nyata (ά=0,01>p=0,0002) terhadap kandungan timbal (Pb) pada rambut, semakin lama bekerja  semakin tinggi Pb dalam rambut.  Keragaman  Pb dalam rambut sebesar 76,68%  sedangkan umur berkontribusi 2,24% terhadap Pb dalam rambut.   Lama kerja 25 hingga 29 tahun pada supir oplet yang diteliti mengandung Pb dalam rambut sebesar 2,32 –2,33 ppm.
Pada manusia timbal tidak dibutuhkan dalam proses fisiologis, timbal masuk dalam tubuh manusia melalui pernafasan, diserap dan diedarkan me-lalui darah dan terakumulasi dalam hati, pankreas dan tulang.  Timbal merupakan racun yang bersifat kumulatif.  Timbal terikat dengan kuat pada banyak jenis senyawa seperti asam amino, haemoglobin, banyak jenis enzim, RNA dan DNA sehingga dapat mengganggu banyak alur metabolisme (Setiono et al 1998).  Bila timbal terakumulasi dalam tubuh manusia dapat mempengaruhi dan merusak fungsi mental, perilaku dan anemia pada tingkat keracunan yang lebih berat dapat menyebabkan muntah-muntah serta kerusakan yang serius pada sistem saraf serta gangguan pada sistem otak.  Timbal dalam tubuh manusia akan menyebabkan pengurangan sel-sel darah merah, penurunan sintesa hemoglobin dan penghambatan sintesa heme yang menimbulkan anemia.  Sekitar 90% dari timbal yang terkumpul dalam tubuh masuk ke dalam tulang.  Dari tulang Pb dapat diremobilisasi lagi dan masuk ke dalam peredaran darah.  Pada pembentukan tulang timbal  bersifat seperti calcium.  Akhirnya akan terjadi penghambatan dalam proses pembentukan tulang bahkan proses pembentukan tulang tidak akan terjadi.   Sehingga akan mengakibatkan kelumpuhan.

Menurut  Tsalev dan Zaprianov (1985), tingkat keracunan timbal di-pengaruhi oleh; (a) Umur, janin yang masih berada dalam kandungan, balita dan anak-anak lebih rentan di bandingkan orang dewasa; (b) Jenis kelamin, wanita lebih rentan dibandingkan pria; (c) Penderita penyakit keturunan atau orang-orang yang sedang sakit akan lebih rentan; (d) Musim, musim panas akan meningkatkan daya racun timbal terutama terhadap anak-anak; (e) peminum alkohol akan lebih rentan terhadap timbal.  Orang-orang yang bekerja langsung dengan bensin seperti petugas pompa bensin, pintu tol, polantas, supir taksi dapat mengakumulasi Pb dalam darahnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak berhubungan.  Pb yang masuk dalam tubuh 90% tertimbun dalam tulang dan sisanya dalam jaringan lemak terutama dalam hati dan ginjal.

Dikatakan bawa kandungan ambient udara akan berpengaruh terhadap kandungan Pb dalam darah.  Masih rendahnya kandungan Pb dalam rambut supir angkot di kota Pekanbaru menunjukan bahwa udara ambient kota Pekanbaru masih dibawah ambang batas yang ditetapkan, sehingga Pb yang terakumulasi dalam darah masih rendah.  Namun hal yang perlu diantisipasi adalah bertambahnya jumlah kendaraan.  Hasil uji statistik menunjukan bahwa jumlah kendaraan berpengaruh sangat nyata terhadap debu di udara.  Tingginya debu diudara berkorelasi positif terhadap jumlah atau volume kendaraan bermotor di jalan raya.  Semakin tinggi volume kendaraan bermotor di jalan raya yang tidak diimbangi dengan lebar badan jalan akan menimbulkan kemacetan.  Dimana kemacetan merupakan salah satu kontribusi tertinggi terhadap jumlah kandungan Pb di udara yang berasal dari kendaraan bermotor.  Hasil pengamatan peneliti pada lokasi-lokasi penelitian di kota Pekanbaru menunjukan bahwa badan jalan yang tersedia masih memenuhi persyaratan dan kemacetan yang terjadi umumnya disebabkan oleh adanya lampu merah yang padam.


PUSTAKA

Darmono, 2001.  Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Penerbit Universitas Indonesia.(UI-Press) Jakarta.

Perkembangan Panam Pekanbaru, 2008. http://pekanbarukita.blogspot.com/ 2008/11/perkembangan-pekanbaru.html
Pryde LT (1973) Environmental Chemistry ; An Introduction.pp 155-164.
Kupchella CE & Hyland MC (1993) Environmental Science,Living within the system of nature. Pp 270-307.
Setiono Kusdiwirarti, Johan S. Masjhur dan Anna Alisyahbana (Ed), 1998.  Manusia Kesehatan dan Lingkungan. PT Alumni Bandung.
Soedomo Moestikahadi,  2001. Pencemaran Udara. Penerbit ITB. Bandung.
Tri-Tugaswati A, Suzuki S, Kiryu Y, Kawada T (1995) Automotive Air Pollution in Jakarta with Special emphasis on lead, Particulate, and nitrogen dioxide. Jpn J of Health and human Ecology 61:261-75.
Japan International Cooperation Agency (1997) The Study on The Integrated air Quality Management for Jakarta Metropolitan Area. Jakarta.
Widianarko,B; K.H. Timotius & K.Vink, 1994a.  Ecotoxicological Approuch for Environmental Standards with Special Reference to Soil Quality In Widianarko, B., Vink K., & N.M. van Staarlen (Eds).  Environmental Toxicology in South East Asia.  The Free University Press, Amsterdam. Pp.7-18.
Widianarko,B; R.A. Nugroho   & A.Subadi, 1994a.  Development of ecotoxicological Soil Quality Standards for Pb and Cd in Central Java, Indonesia.  Journal Lingkungan dan Pembangunan 16(4);279-290;1996.
World Health Organization (1977) Environmental Health Criteria No. 3, Lead. Geneva.
World Health Organization (1977) Environmental Health Criteria No. 4, Oxides of nitrogen, Geneva.
World Health Organization (1978) Environmental Health Criteria No. 7, Photochemical oxidants. Geneva.
World Health Organization (1979) Environmental Health Criteria No. 8, Sulfur oxides and suspended particulate matter. Geneva.
International Workshop on Human Health and Enviromental Effects of Motor Vehicle Fuels snd Their Exhaust Emissions, Sydney, Australia, 6-10 April 1992.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar