Karakteristik Dioxin pada Lingkungan
Vanda Julita Yahya-S3
PSL-UNRI-UI (2008)
1.
PENDAHULUAN
Perbedaan antara zaman
pra sejarah dan sejarah salah satunya adalah bentuk tulisan. Memasuki zaman
sejarah manusia mulai mengenal tulisan seperti di Mesir pada 4000 SM. Di Indonesia,
pada abad kelima dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang
ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Seiring perkembangan
zaman, rupa, bentuk, dan materi tulisan pun berbeda. Dulu, banyak orang yang
menggunakan batu atau kulit binatang untuk menulis. Seiring perkembangan zaman,
munculah kertas dan pulp. Hampir semua jenis pulp yang digunakan
untuk pembuatan kertas bermutu tinggi adalah pulp yang dibuat dengan
proses kraft. Dalam proses ini, serpih kayu dimasak dengan cairan
pemasak alkali untuk melarutkan lignin sehingga dihasilkan serat pulp
berwarna coklat.
Untuk menghasilkan pulp
berwarna putih dilanjutkan dengan proses pemutihan secara bertingkat untuk
menghasilkan derajat putih tinggi. Proses pemutihan memberikan kontribusi air
buangan yang menimbulkan masalah karena masih menggunakan khlor sebagai bahan
kimia pemutih.
Salah satu dampak yang
ditimbulkan adalah terbentuknya senyawa adsorbable organic halides
(AOX). Halida yang dimaksud adalah khlor, sedangkan zat organiknya adalah
dioxin dan furan. Apabila dioxin dan furan berikatan dengan atom khlor akan
terbentuk senyawa yang beracun. Dampak dari senyawa AOX sendiri adalah
dikembangkannya suatu proses pemutihan elemental chlorine free (ECF) dan
total chlorine free (TCF).
Dunia perdagangan dan industri pangan digoyang secara kencang
oleh kasus kontaminasi dioksin yang mulai merebak dari daratan Eropa, khususnya
dari Belgia, Belanda dan sekitarnya. Kontaminasi dioksin telah melanda produk
daging, susu, telur, dan ikan, sehingga negara pengimpor produk-produk tersebut
telah melakukan pencegahan dengan melarang impor serta penyebaran dan pemasaran
produk tersebut kepada masyarakat di berbagai toko swalayan di kota-kota besar
di dunia.
Singapura relatif cepat bertindak dan tanggap menanggapi ancaman dioksin tersebut. Di Indonesia sendiri, pemerintah, melalui Direktorat Jenderal POM pada pertengahan Juni, telah juga melakukan hal yang sama yaitu melarang impor daging dari Belgia dan negara sekitarnya.
Singapura relatif cepat bertindak dan tanggap menanggapi ancaman dioksin tersebut. Di Indonesia sendiri, pemerintah, melalui Direktorat Jenderal POM pada pertengahan Juni, telah juga melakukan hal yang sama yaitu melarang impor daging dari Belgia dan negara sekitarnya.
2. KONVENSI CEMARAN
Akibat adanya paparan bahan-bahan
tersebut di lingkungan hidup yang dapat menimbulkan dampak yang sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia, negara maju memberikan perhatian khusus untuk
melarang dan membatasi ekspor bahan-bahan kimia dan organik tersebut.
Keprihatinan atas dampak bahan kimia tersebut dan dalam upaya mengurangi
potensi risikonya diwujudkan dalam beberapa konvensi diantaranya adalah
konvensi Rotterdam dan Stockholm.
2.1.
Konvensi Rotterdam
Konvensi ini adalah persetujuan internasional
yang merupakan instrumen hukum yang mengikat guna mengatur perlindungan
lingkungan hidup dan kesehatan manusia dengan cara memfasilitasi pertukaran
informasi mengenai bahan kimia yang dilarang atau sangat dibatasi
penggunaannya. Konvensi ini diadopsi pada tanggal 10 September 1998 di
Rotterdam.
Konvensi Rotterdam bertujuan
meningkatkan upaya tanggung jawab bersama dan kerja sama antar negara dalam
perdagangan internasional bahan kimia berbahaya tertentu untuk melindungi
lingkungan hidup dan kesehatan manusia serta meningkatkan penggunaan bahan
kimia yang ramah lingkungan melalui pertukaran informasi dan proses pengambilan
keputusan ekspor dan impor.
Konvensi ini terdiri atas 30 pasal dan
5 lampiran dimana pokok-pokok aturan konvensi ini adalah :
1. Otoritas nasional yang ditunjuk;
2. Prosedur untuk bahan kimia yang
dilarang dan sangat dibatasi;
3. Prosedur untuk formulasi pestisida yang
sangat berbahaya;
4. Kewajiban negara pengimpor bahan kimia;
5. Kewajiban negara pengekspor bahan
kimia;
6. Notifikasi ekspor;
7. Penerapan konvensi;
8. Kerja sama peningkatan bantuan teknis,
pengembangan infrastruktur, dan kapasitas pelaksanan konvensi.
Bahan-bahan kimia yang diatur dalam
konvensi Rotterdam dikategorikan sebagai pestisida sebanyak 17 jenis, formula
pestisida sangat berbahaya sebanyak 5 jenis, dan bahan kimia industri tertentu
sebanyuak 5 jenis. Akan tetapi bagi bahan-bahan kimia selain yang
disebutkan di atas, konvensi Rotterdam tidak berlaku untuk bahan bahan kimia
seperti makanan, bahan radioaktif, senjata kimia, bahan-bahan farmasi, bahan
kimia untuk makanan, narkotika dan bahan-bahan psikotropika serta bahan-bahan
kimia yang digunakan dalm jumlah sedikit untuk keperluan penelitian atau
analisa.
Konvensi ini membebankan kewajiban baik
kepada negara pengimpor maupun negara pengekspor. Kewajiban bagi negara
pengimpor adalah melaksanakan tindakan legislatif atau administratif untuk
menjamin keputusan yang tepat waktu tentang impor bahan kimia untuk selanjutnya
memberikan tanggapan mengenai impor bahan kimia tersebut dan memberitahukan
kepada sekretariat kemudian mengambil keputusan untuk menolak atau mengizinkan
impor bahan kimia berdasarkan persyaratan tertentu.
Bagi negara pengekspor mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan tindakan legislatif atau administratif untuk mengkomunikasikan
tanggapan mengenai bahan kimia yang diteruskan oleh Sekretarit kepada Pihak
yang berkepentingan di negara tersebut serta menjamin para eksportir agar taat
terhadap keputusan impor di negara yang dituju. Negara ini pun wajib membantu
pihak importir untuk mendapatkan informasi dan memperkuat kapasitas dan
kapabilitas mengelola bahan kimia serta menjamin bahan kimia tertentu
tidak diekspor bila belum ada keputusan yang jelas dari negara yang dituju.
Sehubungan dengan hal di atas ada
hal-hal yang dapat bermanfaat bagi suatu negara dengan meratifikasi konvensi
ini. Manfaat tersebut adalah :
1.
Adanya jaminan
bahwa negara-negara pengimpor sepenuhnya mengetahui dan diberi kesempatan untuk
mengajukan keberatan atau menyetujui impor bahan berbahaya dan beracun (
B3 ) yang telah dilarang atau sangat dibatasi penggunaannya di negara anggota
lainnya;
2.
Mencegah
terjadinya pencemaran bahan kimia yang dilarang dan sangat dibatasi dari luar
negeri;
3.
Meletakkan
landasan hukum internasional yang berlaku sebagai hukum nasional;
4.
Mendapatkan
informasi tentang bahan kimia yang ramah lingkungan;
5.
Memperkuat
jejaring pengawasan di pusat dan daerah;
6.
Meningkatkan
kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia;
7.
Kerja sama
bantuan teknis dan finansial untuk pengembangan infrastruktur dan kapasitas
pelaksanaan Konvensi;
8.
Menggalang
kerja sama internasional untuk mencegah perdagangan ilegal bahan kimia dan
pestisida;
9.
Membantu proses
pembuatan keputusan impor.
Dengan ikut meratifikasi Konvensi ini
akan membawa manfaat bagi Indonesia. Untuk itu diperlukan langkah-langkah
seperti melakukan harmonisasi peraturan Konvensi dengan peraturan pemerintah,
keputusan Menteri yang terkait dengan penggunaan dan perdagangan bahan berbahya
dan beracun, serta melakukan harmonisasi prosedur, mekanisme, dan kriteria
bahan kimia yang bebas digunakan, dilarang, dan dibatasi, termasuk juga simbol
dan label.
Langkah selanjutnya adalah dengan
menunjuk dan membentuk Otoritas Nasional yang ditunjuk untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan Konvensi serta membentuk lembaga yang bewenang dan berperan
mengeluarkan izin, pertukaran informasi, registrasi, notifikasi, mengusulkan
bahan kimia yang masuk ke dalam Prosedur dan mengawasi lalu lintas masuknya
bahan kimia.
Kemudian menetapkan beberapa prosedur
untuk masuknya bahan kimia industri dan pestisida dengan memperhatikan seluruh
pemangku kepentingan di dalam dan luar negeri. Dalam menjamin perlindungan
masuknya bahan kimia dan pestisida ditetapkan mekanisme informasi yang terpadu
serta sistem pengawasan dan penegakan hukum yang efektif dan efisien.
Adapun cara kerja prosedurnya meliputi
:
1.
Prosedur untuk
bahan kimia;
2.
Notifikasi
ekspor;
3.
Prosedur bahan
kimia yang dilarang dan sangat dibatasi ;
4.
Prosedur
formulasi pestisida sangat berbahaya.
Selain itu adalah dengan pertukaran
informasi yang terdiri dari :
1.
Penyampaian
ringkasan seluruh notifikasi tindakan pengaturan final yang melarang dan
membatasi bahan kimia;
2.
Pengajuan
formulasi pestisida yang sangat berbahaya;
3.
Pemberitahuan
bahan kimia yang dilarang dan sangat dibatasi di suatu negara untuk rencana
ekspor pada setiap tahun kalender bahan kimia yang belum pernah menjadi subyek
Konvensi;
4.
Penyertaan
informasi dasar kesehatan dan keamanan dalam formulir lembar data keselamatan
bahan yang disertakan bahan kimia yang diekspor;
5.
Penyediaan
akses ke DNA di setiap negara pihak;
6.
Informasi bahan
kimia yang harus tersedia bagi masyarakat.
Selain itu dari dokumen-dokumen
tertentu seperti teks Konvensi yang berkaitan dengan ketentuan dan kewajiban
yang berlaku kepada seluruh pihak, Formulir dan instruksi Sekretariat, edaran
prosedur persetujuan yang diinformasikan dini untuk bahan kimia dan pestisida
berbahaya tertentu dalam perdagangan internasional dan dokumen pedoman
keputusan.
2.2. Konvensi
Stockholm
Konvensi Stockholm adalah perjanjian
internasional bidang lingkungan yang bertujuan melindungi lingkungan hidup dan
kesehatan dari bahan pencemar organik yang persistent ( POPs ).
Sebelum membahas lebih jauh tentang
konvensi Stockholm perlu kiranya kita mengetahui apakah yang dimaksud dengan
POPs itu. POPs ( Persisent Organic Pollutants ) merupakan
sejumlah bahan pencemar kimia beracun. Berdasarkan definisi tersebut berarti
yang dimaksud dengan persistent-POPs
adalah tidak mudah terurai melalui proses fisika, kimia, dan biologi. POPs juga
cenderung berakumulasi pada jaringan lemak manusia dan hewan serta dapat
bertahan di dalam tubuh selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Sedangkan yang dimaksud dengan Organik
adalah senyawa yang berbasis karbon dijumpai di alam. Bahan kimia organik dapat
diproduksi oleh manusia dalam bentuk sintesis seperti POPs. POPs lain seperti dioxin
terbentuk sebagai produk sampingan dari reaksi kimia atau proses pembakaran
yang tidak disengaja.
Dan yang dimaksud Pollutant-POPs dilepaskan ke lingkungan oleh kegiatan industri dan
digunaklan di bidang pertanian. Bahan-bahan ini menyebabkan udara, air, tanah,
pangan, minuman dan bahkan tubuh kita terkontaminasi.
POPs pada dasarnya tidak dapat
ditemukan di alam bebas tetapi merupakan produk yang tidak disengaja atau
produk sampingan dari kegiatan industri. Beberapa bahan-bahan kimia POPs
ditemukan pada bahan kimia industri pada peralatan listrik seperti
transformator atau kapasitor yang mengandung Polyclhorinated Biphenyl (
PCB ). Dioxins dan furans ( produk sampingan ) dihasilkan tanpa
disengaja dari proses bleaching ( pemutih ) pabrik kertas. Beberapa
senyawa POPs digunakan pada sektor pertanian untuk pencegahan hama seperti
Dieldrin dan Diethane Dioxin Tetrachlor ( DDT ) dan yang lainnya digunakan
pada pengawetan kayu atau sebagai insektisida.
Bila POPs ini digunakan maka akan
berdampak bagi kesehatan manusia dan lingkungan. terhadap kesehatan manusia
adalah memunculkan kekhawatiran akan dampak negatif POPs pada kesehatan
manusia telah berlangsung puluhan tahun yang lalu. Beberapa studi menunjukkan
adanya hubungan antara POPs dengan kesehatan manusia, dengan adanya implikasi
bahan tersebut terhadap sistem reproduksi, penurunan kekebalan tubuh pada bayi
dan anak-anak, kelainan fisik dan mental, dan kanker. Lebih kronik dari
beberapa bahan kimia POPs dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh seperti
: hati, paru-paru, gunjal, thyroid, gangguan hormon endocrin, dan alat
reproduksi.
Konvensi Stockholm lahir dari
kekhawatiran akan dampak negatif dari bahan kimia POPs yang mendorong UNEP,
WHO, International Forum on Chemical Safety ( IFCS ), dan organisasi
dunia lainnya mengembangkan Global POPs Actioan Plan untuk melindungi
kesehatan manusia dan lingkunmgan hidup dari POPs yang dilaksanakan oleh UNEP
pada Pebruari 1997 dan disahkan oleh World Health Assembly pada Mei
1997.
Pada bulan Juni 1998 dilaksanakan
pertemuan Intergovernmental Negotiating Commttee ( INC ) di
Montreal dan memulai negosiasi global tentang pemberlakuan Konvensi untuk
mengurangi masalah dampak negatif dari bahan kimia POPs. Pertemuan negosiator
memberikan daftar 12 POPs yang diawasi. Konvensi Stockholm diadopsi pada Mei
2001 di Stockholm Swedia.
Konvensi Stockholm sendiri bertujuan
melindungi lingkungan hidup dan kesehatan manusia dari bahan pencemar organik
yang persistent ( POPs ). Konvensi Stockholm didasari oleh
prinsip-prinsip Deklarasi Rio, antara lain :
1.
Prinsip
“tanggung jawab bersama yang dibedakan” yaitu :semua negara mempunyai semangat
yang sama untuk menjaga, melindungi dan memperbaiki kesehatan dan integritas
ekosistem bumi namun dengan kontribusi yang berbeda disesuaikan dengan
kemampuannya;
2.
Prinsip
“Pencemar Membayar” yaitu : otoritas Nasional harus berupaya untuk memasukkan
biaya lingkungan ke dalam kegiatan pembangunan dan penggunaan instrumen
ekonomi, atas dasar pertimbangan bahwa pencemar wajib menanggung biaya akibat
pencemaran.
Konvensi ini mengatur juga kewajiban
para pihak yaitu :
1.
Mengurangi atau
menghentikan pelepasan dari produksi dan penggunaan secara sengaja;
2.
Mendaftarkan
POPs yang masuk kategori pengecualian;
3.
Mengurangi atau
menghentikan pelepsan dari produksi yang tidak dikehendaki;
4.
Mengurangi atau
menghentikan pelepasan dari timbunan dan limbah;
5.
Membuat rencana
pelaksanaan nasional;
6.
Meningkatkan
dan memfasilitasi informasi, pendidikan, dan kesadaran kepada masyrakat;
7.
Kerja sama
internasional dan bantuan teknis;
8.
Memberikan
iuran sesuai dengan kemampuan.
Bagi yang meratifikasi konvensi ini
akan merasakan manfaatnya yaitu :
1.
Bekerja sama
dalam melindungi lingkungan hidup dan kesehatan manusia secara global dan
nasional;
2.
Mendapatkan
fasilitas untuk mengembangkan rencana implementasi nesional;
3.
Mendapatkan
fasilitas dalam membangun kapasitas untuk mengurangi, melenyapkan, dan
menghindari produk dan penggunaan POPs;
4.
Mendapatkan
fasilitas untuk mengembangkan sistem pengelolaan POPs secara komprehensif dan
integratif;
5.
Mendapatkan
bantuan finansial dalam pengelolaan POPs.
Agar manfaat tersebut dapat juga
melindungi lingkungan hidup dan manusia dari POPs maka diperlukan
langkah-langkah seperti :
1.
Menghilangkan/menghentikan
POPs yang ada dengan cara membuang dan mengelola persediaan bahan kimia POPs
yang sudah tidak terpakai dengan cara yang benar dan berwawasan lingkungan
serta dapat mengidentifikasi peralatan yang mengandung PCB;
2.
Menghindari
produksi dan penggunaan POPs lebih lanjut dengan cara menemukan dan menggunakan
alternatif , menghentikan dan membatasi produksi dan penggunaan lebih lanjut,
mengidentifikasi bahan kimia dengan karakteristik POPs dan menghindari POPs
baru, dan membatasi penggunaan DDT untuk pengendalian vektor penyakit;
3.
Mengurangi
emisi POPs yang tidak bisa dilenyapkan dengan cara mengidentifikasi sumber dan
mengurangi pelepasan dari POPs yang diproduksi tanpa sengaja, meningkatkan
tindakan yang mencakupi penggunaan teknologi terbaik yang tersedia dan dapat
digunakan khususnya pada proses pembakaran untuk menghindari keluarnya bahan
kima POPs yang tidak diinginkan dari proses tersebut, melanjutkan pengurangan
dan bila mungkin penghilangan secara maksimal dari jumlah pelepasan Dioxin,
Furans, dan PCB.
Untuk mendukung langkah-langkah
tersebut di atas dapat juga dilakukan cara-cara yaitu dengan mengidentifikasi
situasi nasional, menetapkan keputusan, dan membuat rencana pelaksanaan
nasional.
Dari kedua deklarasi di atas dapat
dilihat suatu gambaran betapa perkembangan perdagangan internasional bahan
kimia dan organik sangatlah cepat. Akan tetapi perkembangan ini pun memacu
perkembangan pada peraturan/hukum yang mengatur agar tidak terjadi dampak
negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
3.
DINAMIKA BAHAN TOKSIK DI LINGKUNGAN
Perjalanan
suatu polutan dari sumbernya sampai ke tubuh kita dapat berlangsung sederhana
ataupun kompleks. Apabila sebuah kaleng
tiner dibuka dalam suatu ruangan yang tidak berventilasi, maka uapnya
kemungkinan tidak akan mengalami perubahan kimia apapun karena hanya menempuh
jarak yang pendek dari kaleng sampai ke hidung.
Pengalaman sehari-hari menunjukan adanya hubungan antara jumlah yang
menguap dari kaleng dan jumlah yang masuk ke dalamtubuh melalui hidung. Sebaliknya apabila suatu pabrik mengeluarkan
polutan gas ke udara sejauh 80 kilometer, maka lintasan gas melalui atmosfer
relative rumit. Reaksi kimia di atmosfer
kemungkinan akan merubah komposisi gas tersebut selama perjalanannya dengan
angin, dan jumlah polutan yang dapat mencapai komunitas akan tergantung pada
kondisi cuaca setempat. Pada situasi
yang demikian ini, pengalaman sehari-hari kemungkinan tidak dapat memberikan
prakiraan pemaparan yang diperlukan terhadap manusia.
3.1.
UDARA
Atmosfer
merupakan tempat masuknya berbegai polutan ke dalam lingkungan, seperti uap zat
kimia dari industry dan gas buang kendaraan bermotor. Di atmosfer terjadi berbagai proses kimia
yang dapat merubah bentuk maupun tingkat toksisitas polutan udara. Kebanyakan polutan ini berbentuk gas, dan
beberapa diantaranya berbentuk suspense dari partikel kecil, cair atau padat
(disebut sebagai aerosol atau partikulat bila hanya berbentuk padat), dan
beberapa diantaranya larut dalam awan atau butir-butir hujan. Polutan dapat mencapai tubuh kita dari udara
baik langsung melalui pernafasan, kontak melalui kulit, atau secara tidak
langsung melalui makanan atau air setelah polutan itu jatuh dari udara ke tanah
atau air.
3.2.
AIR
Kumpulan
dari seluruh air di bumi disebut hidrosfer.
Di dalam hidrosfer, air secara terus menerus mengalami daur ulang
sebagaimana hujan dan salju, air yang mengalir ke danau dan laut, dan air laut
atau air tawar yang menguap membentuk awan yang kemudian menjadi hujan. Karena banyak polutan yang larut dalam air,
pergerakan air melalui hidrosfer mengakibatkan adanya pergerakan bahan
toksik. Air dapat melarutkan zat-zat
polutan, dan merupakan medium untuk mempercepat reaksi kimia diantara
bahan-bahan yang terlarut. Hal ini
membuat hidrosfer merupakan reactor kimia yang dapat mengubah toksisitas dari
berbagai bahan.
3.3.
TANAH
Karena
polutan udara itu biasanya terpancar di atas tanah maka dapat dimengerti bahwa
banyak bahan-bahan toksik di udara akan jatuh ke permukaan bumi dan akan masuk
ke dalam tanah. Darisini polutan-polutan
ini kemungkinan akan mengalami transformasi kimiawi oleh organism yang hidup di
dalam tanah. Sebagai contoh gas ammonia
yang ada di atmosfer cukup mudah larut dalam air. Setelah gas ini larut dalam air hujan dan
jatuh mencapai tanah, ammonia dapat diubah oleh mikroorganisme dalam tanah
menjadi nitrat, yang seperti juga ammonia merupakan suatu unsure hara
tanaman. Zat ini kemungkinan juga dapat
diubah oleh mikroorganisme menjadi nitrit, yang lebih toksik dari pada dua
bentuk sebelumnya.
Apakah
zat-zat polutan di dalam tanah mengalami atau tidak mengalami perubahan
kimiawi, mereka (atau produk hasil perubahannya) mengalami salah satu diantara
empat nasib berikut. Pertama,
kemungkinan zat-zat itu akan diambil atau diserap oleh tanaman yang tumbuh di
tanah (dan kemungkinan dimakan oleh manusia atau organism lainnya). Sebagai contoh, unsure hara mikro selenium,
seringkali ditemukan di tanah-tanah yang terkena hembusan angin dari industry
yang membakar minyak, diserap oleh tanaman yang berdaun hijau dan kita makan
sebagai sayur-sayuran. Kemungkinan
kedua, polutan yang ada di dalam tanah itu digelontor oleh air hujan dan masuk
ke badan air. Sebagai contoh, banyak
pestisida yang melintas dari lahan pertanian ke sungai atau danau melalui cara
tersebut. Kemungkinan ketiga bahwa polutan
yang ada di dalam tanah itu cukup mudah menguap dan masuk ke dalam
atmosfer. Sebagai contoh adalah
DDT. DDT ini menguap bersama air dari
permukaan tanah, dan begitu berada diatmosfer, zat ini mampu untuk bergerak
sampai ke tempat yang cukup jauh. Akhirnya
beberapa polutan tanah, terutama logam-logam toksik tertentu, akan tetap berada
di dalam tanah selamanya, karena zat-zat itu bukan merupakan zat yang mudah
menguap, tidak mudah larut, dan tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
4.
KARAKTERISTIK
DIOXIN
Dioksin merupakan sebutan untuk sekelompok zat-zat kimia berbahaya
yang termasuk ke dalam golongan senyawa CDD (chlorinated dibenzo-p-dioxin), CDF
(chlorinated dibenzo furan) atau PCB (poly-chlorinated biphenyl). Ada ratusan
senyawa yang termasuk dioksin. Salah satunya yang paling beracun adalah TCDD
(2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin). Senyawa-senyawa
dioksin mempunyai struktur kimia yang sangat stabil dan bersifat lipofilik atau
tidak mudah larut dalam air namun mudah larut di dalam lemak. Karena kestabilan
strukturnya ini, maka dioksin tidak mudah rusak atau terurai. Dioksin dapat
berada di dalam tanah dan terakumulasi sampai 10-12 tahun. Karena bersifat
lipofilik, maka diaoksi dapat terakumulasi dalam pangan yang punya kadar lemak
tinggi. Misalnya, susu, daging (sapi, babi maupun unggas), mentega, keju, telur
bahkan ikan.
Yang lebih membahayakan,
karena dioksin merupakan zat kimia yang bersifat sangat stabil, maka pencemaran
dioksin dalam jumlah sedikit pun cukup berbahaya. Karena dapat menumpuk sedikit
demi sedikit sampai suatu saat cukup banyak untuk dapat menyebabkan
penyakit. Memang sangat mengerikan efek
yang ditimbulkan oleh dioksin dari hasil PLTSa. Meskipun demikian, bukan
berarti dioksin yang dihasilkan dari pembakaran sampah tidak bisa dijinakan.
Sebab, berdasarkan penelitain, ternyata dioksin itu dihasilkan dari hasil
pembakaran bersuhu di bawah 800 derajat celsius. Lebih panas dari itu, dioksin
akan nol. Karena itulah, pembakaran
sampah di rumah-rumah merupakan salah satu kontributor penghasil dioksin. Pada
hal cara ini sudah biasa dilakukan oleh penduduk Indonesia. Sadar akan bahaya
itu, di Amerika Serikat sudah lama berlaku larangan pembakaran sampah di
pekarangan rumah. Artinya, dioksin
bisa ''dijinakkan'' jika pembakaran berlangsung pada suhu di atas 800 derajat
celsius. Pada bebarapa PLTSa yang sudah beroperasi di beberapa negara,
pembakaran berlangsung pada suhu di atas 800 derajat celsius. Bahkan bila
sesuai rencana, seperti diutarakan tim pengkaji dari ITB, pembakaran di PLTSa
Gedebage akan berlangsung pada suhu 900 hingga 1.200 derajat celsius. Pada suhu sepanas ini, dioksin bisa langsung
terurai. Selain lewat pemananasan sekitar 1.000 derajat celcius, dioksin pun
dapat ''dicerna'' dengan menggunakan karbon aktif. Zat ini juga sekaligus
berperan untuk menyerap uap merkuri dan gas CO. Dan pada hampir PLTSa, selalu
ada proses ini.
Dioksin adalah sebutan umum bagi
senyawa-senyawa kimia yang ditemukan di lingkungan. Senyawa yang mudah bereaksi
ini dihasilkan dari industri yang menggunakan bahan baku mengandung klorin dan
karbon.
Jika orang berbicara tentang
dioksin, pada umumnya yang dimaksud adalah kelompok chlorodibenzo-p-dioxin
(CDD). Dari kelompok ini yang dianggap paling beracun adalah 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin
(TCDD).
Dioksin merupakan bahan kimia yang
sangat stabil dan tahan terhadap proses perusakan alamiah selama
bertahun-tahun. Titik cairnya pada suhu 305 oC dan destruksi termal
baru terjadi pada suhu 700 oC, sehingga untuk menghancurkannya
secara sempurna perlu suhu 1.000 – 1.500 oC. Tidak heran bila EPA
memperkirakan waktu paruh dioksin di lapisan tanah antara 10 dan 30 tahun.
Selain itu, dioksin larut dalam
lemak dan minyak. Ia tidak larut di air maupun udara. Akibatnya dioksin akan
terakumulasi dalam jaringan makhluk hidup dan berlipat dalam konsentrasinya
setelah ia naik ke jenjang yang lebih tinggi dalam rantai makanan. Dengan
begitu, makhluk hidup terakhir menjadi penampung kandungan dioksin terbesar.
Pada posisi inilah manusia berada.
Dioksin dapat bertahan di lingkungan
dalam waktu yang lama (persisten) sehingga akan terakumulasi dalam tanah dan
hewan termasuk manusia (bioakumulasi). Dioksin
adalah salah satu jenis organoklorin yang memiliki empat klor, dua oksigen dan
dua cincin benzena. Klor adalah unsur halogen yang sangat reaktif sehingga
mudah bereaksi dengan senyawa organik maupun senyawa lainnya. Sebagian besar
organoklorin menimbulkan efek toksik seperti dioxin dan furan. Zat kimia
mematikan ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi di daerah masyarakat pesisir
yang mempunyai pabrik pulp (Powell River, Squamish, Duncan, Nanaimo, and
Campbell River). Dioxin sering digunkaan
untuk menyatakan tiga jenis zat kimia dengan toksisitas akut yaitu dioksin,
furan dan polychlorinated biphenyls (PCBs) yang semuanya memiliki dua cincin
benzena dan senyawa klorin. Bentuk dioksin yang paling toksik adalah
2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD). Struktur dioksin ditunjukkan dalan
gambar di bawah ini. Dalam industri kertas dioksin terbentuk dari klorin yang
berikatan dengan senyawa organik dalam kayu.
Dioksin adalah nama
senyawa yang diberikan pada suatu kelompok senyawa kimia yang bersifat
super-toxic, yang jumlahnya ratusan, yang keberadaannya sangat mengganggu dalam
lingkungan hidup. Senyawa dioksin yang paling beracun adalah 2, 3, 7, 8
tetrakloro-dibenzon-p-dioksin atau TCDD. Daya keracunan dari senyawa dioksin
lainnya seperti PCB (Poliklorit Bifenils) yang bertingkah laku menyerupai
dioksin, diukur dan disetarakan secara relatif terhadap TCDD. Dioksin terbentuk secara tidak sengaja
sebagai produk samping dari proses industri kimia yang melibatkan klorin,
termasuk di dalamnya proses pembakaran sampah insinerasi, produksi samping
industri pembuatan pestisida dan pulp serta proses pemutihan (bleaching)
kertas. Dioksin merupakan senyawa racun utama yang terdapat dalam Agent Orange,
yang ditemukan pada Love Canal di Niagara Fall, Amerika Serikat, yang
mengakibatkan penduduk setempat berbondong-bondong meninggalkan daerah
tersebut. Dioksin dibentuk sewaktu
terjadinya pembakaran senyawa yang berbasis klorin dengan hidrokarbon. Dalam
praktiknya, sumber kontaminasi utama dari dioksin berasal dari lingkungan yaitu
sebanyak 95 persen berasal dari insinerator hasil pembakaran limbah atau sampah
yang mengandung klorin. Sumber utama
ekspose dioksin bagi kesehatan manusia berasal dari bahan pangan. Karena
dioksin bersifat larut dalam lemak, maka terakumulasi dalam pangan yang relatif
tinggi kadar lemaknya. Kandungan dioksin tersebar (97,5 persen) ke dalam produk
pangan secara berurutan konsentrasinya yaitu daging, produk susu, susu, unggas,
daging babi, daging ikan, dan telur. Pada daging ikan saja, dioksin dapat
terakumulasi dalam rantai pangan, sehingga tingkat kadar dioksinnya mencapai 100.000
kali dari kadar dioksin yang terdapat dalam lingkungan sekitarnya.
4.1. SUMBER DIOXIN
Dioksin sangat jarang terdapat dalam alam, sebagian besar
dioksin berasal dan datang atau bersumber dari manusia. Sejarah mengapa dioksin
mulai terakumulasi ke dalam lingkungan hidup yaitu ketika founder perusahaan
Dow Chemical (Midland, Michigan) menemukan suatu cara membelah molekul garam
dapur (NACl) sehingga pecah menjadi atom-atom natrium dan atom klorin. Dengan demikian, hal itu menjadi tonggak
sejarah pertama kali manusia mampu menghasilkan jumlah klorin bebas secara
besar-besaran. Disebut klorin bebas karena tidak melekat pada senyawa atau atom
lain. Pada awalnya, mereka kebingungan mau diapakan klorin bebas tersebut, yang
merupakan limbah yang tidak tahu kegunaannya dan bersifat berbahaya. Namun tidak lama kemudian, mereka menemukan
pemanfaatan limbah tersebut menjadi produk yang berguna dengan cara menempelkan
atom-atom klorin pada molekul petrokimia hidrokarbon, dan akibatnya, selama
tahun 1930-1940-an terciptalah berbagai produk klorinat-hidrokarbon. Lahirnya
senyawa baru tersebut, mampu meningkatkan perkembangan berbagai produk jenis
pestisida yang saat ini berkembang mendampingi kehidupan manusia, di samping
berkembang pula berbagai jenis pelarut, serta plastik yang dapat dihasilkan
dari klorin bebas tersebut.
Pada saat klorinat-hidrokarbon tersebut diproses di pabrik,
atau dibakar dalam insinerator, terbebaskan produk hasil samping yang sangat
tidak dikehendaki, yaitu dioksin, suatu jenis keluarga senyawa kimia beracun
yang paling beracun yang pernah dipelajari dan diketahui manusia. Seirama dengan kemajuan industri dan
penggunaan bahan organik yang terklorinasi dan plastik (PVC), herbisida dan
insektisida di suatu negara, maka dalam tubuh manusia setempat semakin tinggi
kandungan dioksinnya. Dioksin yang terbentuk selama pembakaran, masuk ke dalam
udara bersama abu-abu yang beterbangan, kemudian mengendap pada tanaman,
kebun-kebun tanaman pangan, kemudian dikonsumsi oleh ternak, sapi, babi, dan
ayam akhirnya dikonsumsi manusia. Di samping itu, dioksin yang jatuh dari udara
masuk ke dalam danau, sungai, dan laut.
Dioksin
tidak hanya dihasilkan dari pembakaran sampah, tetapi dapat dihasilkan oleh semua
pembakaran. Gas emisi kendaraan, kebakaran hutan, asap rokok dan dari perkara
lain di sekitar kita juga dihasilkan. Selain itu, juga proses pemutihan bubur
kertas pun dihasilkan, dan ada kadangkala dihasilkan sebagai impurity pada
proses produksi senyawa khlorinat organik.
Setiap pembakaran tidak sempurna
sesuatu yang mengandung khlor akan menghasilkan dioksin.
Terjadinya
dioksin dalam pembakaran sampah, dapat dikendalikan dengan penguraian suhu
tinggi dioksin atau prehormon melalui pembakaran sempurna yang stabil. Untuk
itu, penting untuk mempertahankan suhu tinggi gas pembakaran dalam tungku
pembakaran, menjaga waktu keberadaan yang cukup bagi gas pembakaran, serta
pengadukan campuran antara gas yang belum terbakar dan udara dalam gas
pembakaran. Kemudian terhadap pencegahan pembentukan senyawa de novo yang juga
merupakan penyebab munculnya dioksin, pendinginan mendadak serta pengkondisian
suhu rendah gas
pembakaran
akan efektif.
Selain
itu, terhadap debu terbang yang dikumpulkan dengan penghisap debu yang banyak
mengandung dioksin, ada teknologi pemrosesan reduksi khlorinat dengan panas.
Untuk udara atmosfir yang dikembalikan, karena menggunakan reaksi reduksi
khlorinat dengan menukar khlor yang terkandung dalam dioksin dengan hidrogen,
dengan terus memanaskan debu terbang pada suhu 350 ke atas, 95 dioksin dalam
debu dari jumlah totalnya akan terurai. Ini digunakan sebagai teknologi yang
dapat menguraikan dioksin dengan energi input lebih sedikit dibandingkan dengan
peleburan.
Sumber utama pemasok dioxin pada
lingkungan adalah industri pestisida. Penggunaan pestisida tidak hanya untuk
membunuh hama dibidang pertanian maupun perkebunan tapi juga digunakan sebagai
alat untuk berperang. Seperti yang
terjadi pada perang Vietnam penggunaan herbisida Agent Orange dalam Perang
Vietnam (1960 – 1970) ternyata juga menyemburkan dioksin. Sumber dioxin berasal
dari Agent Orange yang berfungsi untuk merontokkan dedaunan agar hutan-hutan
Vietnam tidak bisa digunakan untuk bersembunyi tentara Vietkong.
Selain pestisida, industri pulp and
paper juga merupakan pemasok dioxin. Menurut Judi
Tjahjono peneliti dari Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK), dalam seminar
teknologi pulp dan kertas 2007 di Bandung, Dewasa ini teknologi
pemutihan nampaknya cenderung lebih banyak ke arah pemakaian khlordioksida dan
oksigen untuk prebleaching. Penggunaan khlordioksida pada tahap awal
pemutihan menghasilkan buangan dengan kandungan bahan beracun yang lebih rendah
apabila dibandingkan dengan khlor. Dari
informasi yang diperoleh dari Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
di Indonesia terdapat 18 perusahaan pulp dengan total produksi 6,29 juta
ton per tahun dan laju pertumbuhan ekonominya 2,25 persen. Pada umumnya, mereka
masih menggunakan khlorin. Itu artinya pembuatan kertas masih menghasilkan senyawa berbahaya. Karena proses yang dilakukan adalah melakukan
penyemprotan. Proses penyemprotan pada industri kertas dan pulp menggunakan pemutih klorin.
Selain itu pabrik plastik polyvinyl chloride
(PVC) adalah merupakan salah satu sumber pencemar dioxin pada lingkungan. Selama 40 tahun terakhir,
seperti kita ketahui, perkembangan jenis industri tersebut di atas memang
terasa sangat dramatis. Suatu contoh,
ternyata lingkungan hidup kita dikitari serba plastik PVC, mulai dari kemasan. Bahan baku berbagai produk
yang ada dalam rumah tangga, seperti sepatu, sandal, kulit imitasi, pipa air,
bahan isolasi kabel, karpet, pelapis tekstil.
Selain itu terdapat juga pada kertas, maupun logam, bahan tenunan, dan
sarung tangan. Industri otomotifpun memanfaatkan PVC misalnya penutup tempat duduk
mobil, insulasi kawat listrik, botol-botol sampo, sampai tas tangan, pipa-pipa air
dan wall paper, sebagian benda-benda tersebut terdiri dari senyawa PVC atau
senyawa organik yang terklorinasi.
Pada gambar 1 terlihat perkembangan
keberadaan dioxin di lingkungan sejak
tahun 1987 hingga 2000 yang dilakukan oleh U.S.
EPA (Environmental Protection Agency) pada tahun 2006. Menunjukan bahwa sumbangan
dioxin terbesar pada tahun 1987 berasal dari lumpur badan perairan dimana
umumnya pabrik-pabrik membuang limbahnya ke badan perairan. Penyumbang terbesar
kedua berasal dari limbah rumah sakit dan ketiga dari hasil pembakaran yang
menggunakan suhu tinggi yang berasal dari industry kemudian diterbangkan ke
udara.
Gambar
1. Cemaran dioxin pada lingkungan
Amerika Serikat
Bila senyawa tersebut
dimanufaktur atau dibakar, terbentuklah dioksin sebagai produk samping. Pada 20 tahun terakhir, masyarakat mulai
membakar sampah-sampah keluarga, demikian halnya dengan sampah industri serta
sampah medis, dibakar bersama dalam insinerator. Pembakaran yang disebabkan oleh kendaraan bermotor mempunyai
kontribusi yang paling kecil. Pada tahun
1995 terjadi pergeseran sumbangan dioxin pada lingkungan, seperti yang terlihat pada gambar 1 dimana
pembakaran-pembakaran pada suhu tinggi, misalnya pembakaran hutan atau akibat
industry mempunyai kontribusi yang besar terhadap keberadaan dioxin pada
lingkungan. Hasil temuan pada tahun 2000, menunjukan bahwa sudah ada
usaha dari industri-industri untuk meminimalisasi limbahnya yang dibuang ke badan
perairan. Hasil temuan pada tahun 2000
yang dinarasikan dalam gambar pie menunjukan bahwa sumbangan tertinggi adalah
terjadinya pembakaran yang tinggi terhadap bahan-bahan industri yang mengandung
dioxin serta berkembangnya usaha transportasi atau kendaraan bermotor yang
menggunakan oli merupakan penyumbang dioxin ke udara. Hasil penelitian Prof. Dr. drh. Mirnawati dan
B. Sudarwanto dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB menunjukan bahwa Oli termasuk penghasil dioxin bila dilakukan
proses pembakaran.
Pada table dibawah terlihat bahwa
peringkat pertama dalam menyumbangkan dioxin ke udara adalah akibat dari
sampah, bila dilihat pada tahun 1987 kontribusi dari sampah pada tempat
pembuangan akhir (TPA) mencapai 63.8%, kemudian terjadi penurunan pada tahun
1995 menjadi 40.5%. sedangkan pada tahun
2000 sumbangan dioxin di udara terjadi akibat pembakaran sampah rumah tangga
sebesar 35.1%. Selain itu sampah dioxin
tertinggi berasal dari rumah sakit yang kontribusinya mencapai 18.4% pada tahun
1987 dan terjadi peningkatan menjadi 26.6% pada tahun 2000.
Selain itu alam juga turut
menyumbang dioksin. Pundi-pundinya berasal dari kebakaran hutan maupun
aktivitas gunung berapi. Dalam tingkatan yang rendah dioksin juga bisa
ditemukan di semua lingkungan (udara, air, dan tanah). Karena sifat fisik dan
kimianya, dioksin terutama ditemukan di lapisan tanah, sedimen, dan biota.
Aktivitas pembakaran sampah plastik juga ditengarai sebagai penyebar dioksin.
1987
|
1995
|
2000
|
|||||||
RANK
|
Source
|
Amount
|
% Total
|
Source
|
Amount
|
% Total
|
Source
|
Amount
|
% Total
|
1
|
Municipal Waste Combustion
|
8905
|
63.8%
|
Municipal Waste Combustion
|
1394
|
40.5%
|
Backyard Barrel Burning
|
498.5
|
35.1%
|
2
|
Medical Waste Incineration
|
2570
|
18.4%
|
Backyard Barrel Burning
|
628
|
18.2%
|
Medical Waste Incineration
|
378
|
26.6%
|
3
|
Secondary Copper Smelting
|
983
|
7.0%
|
Medical Waste Incineration
|
487
|
14.1%
|
Municipal Wastewater
Treatement Sludge
|
89.7
|
6.3%
|
4
|
Backyard Barrel Burning
|
604
|
4.3%
|
Secondary Copper Smelting
|
271
|
7.9%
|
Municipal Waste Combustion
|
83.8
|
5.9%
|
5
|
Bleached Pulp & Paper
Mills
|
370
|
2.6%
|
Cement Kilns
|
156
|
4.5%
|
Coal-fired Utility Boilers
|
69.5
|
4.9%
|
6
|
Cement Kilns
|
118
|
0.8%
|
Municipal Wastewater
Treatement Sludge
|
133
|
3.9%
|
Diesel Heavy-duty Trucks
|
65.4
|
4.6%
|
7
|
Municipal Wastewater
Treatement Sludge
|
85
|
0.6%
|
Coal-fired Utility Boilers
|
60
|
1.7%
|
Industrial Wood Combustion
|
41.5
|
2.9%
|
8
|
Coal-fired Utility Boilers
|
51
|
0.4%
|
EDC/VCM Production
|
36
|
1.0%
|
Diesel Off-road Equipment
|
33.1
|
2.3%
|
9
|
Automobiles Using Leaded
Gasoline
|
38
|
0.3%
|
Diesel Heavy-duty Trucks
|
33
|
1.0%
|
EDC/VCM Production
|
30
|
2.1%
|
10
|
2,4-d
|
33
|
0.2%
|
Bleached Pulp & Paper
Mills
|
30
|
0.9%
|
Sintering Plants
|
27.6
|
1.9%
|
OTHER
|
208
|
1.5%
|
OTHER
|
216
|
6.3%
|
OTHER
|
104.9
|
7.4%
|
|
TOTAL
|
13,965
|
100%
|
TOTAL
|
3,444
|
100%
|
TOTAL
|
1,422
|
100%
|
Sebenarnya tanpa perlu menengok ke
Belgia, di lingkungan sekitar kita banyak sumber dioksin. Apalagi Indonesia
memiliki banyak gunung berapi yang aktif. Sebuah kasus pernah diteliti oleh
Sontan Sirait dari Bagian Patologi Anatomi FK-UKI Jakarta sehubungan dengan
meletusnya Gunung Galunggung, Mei 1982. Kini, setelah 17 tahun berlalu, Sontan
menemukan banyak kasus kanker di sana. Mirnawati juga melihat masih dipakainya
DDT ("Padahal sudah dilarang.") bisa menambah barisan dioksin cemaran
dioksin yang terakumulasi dalam darah dari tubuh manusia..
5.
DIOXIN
SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN
Meledaknya kasus keracunan dioksin,
mirip kasus keracunan DDT yang menggemparkan dunia di tahun 1960-an. EPA
(Environment Protection Agency) Amerika Serikat mengungkapkan, dioksin dianggap
begitu berbahaya sehingga tidak ada kadar yang dianggap ''aman'' ekspose
dioksin bagi manusia. `'Efeknya macam-macam seperti kanker dan jika terakumulasi bisa
menyebabkan kematian'' . Di Negara barat dioksin menjadi
sesuatu yang sangat menakutkan bila dilihat dari efek yang ditimbulkan dalam
tubuh manusia. Dalam tubuh sembilan puluh
(90) persen, dioksin masuk ke tubuh manusia melalui makanan. Sisanya
baru lewat pernapasan dan kulit. Sehingga pada dekade akhir-akhir ini di
Indonesia sudah ada usaha dari dinas kesehatan untuk mengontrol makanan-makanan
asal dari Negara Amerika dan Eropa. Terutama produk-produk seperti produk
makanan daging, susu, dan produk olahannya.
Produk tersebut mulai dibatasi atau idak bebas beredar, terutama bagi
produk-produk yang belum mempunyai izin dari dinas perindustrian dan
perdagangan.
5.1. Jalur masuk Dioxin dalam Tubuh Manusia
Dioksin,
dianggap sebagai senyawa organik hasil ulah manusia yang paling beracun.
Keracunannya hanya menempati nomor dua setelah keracunan limbah radioaktif yang
mengerikan itu. Manusia umumnya terpapar oleh bahan
kimia dan organik melalui air minum, udara, atau makanan yang tercemar, serta
kontak langsung dengan bahan-bahan tersebut. Masuknya dioksin ke tubuh
manusia bisa secara langsung lewat udara dan air ataupun lewat rantai makanan.
Setelah
masuk ke dalam tubuh melalui selaput sel, dioksin bersatu dengan protein dasar
reseptor. Maka dioksin pun akan masuk ke dalam inti sel. Di sini ia
berinteraksi dengan DNA dan menyerang gen yang mengontrol banyak reaksi
biokimia seperti sintesa dan metabolisme hormon, enzim, maupun faktor
pertumbuhan, sehingga bisa menimbulkan dampak dari kelainan janin sampai
kanker. Dioksin merupakan
senyawa yang mampu mengacaukan sistem biologis hormon, yaitu dengan cara
bergabung dengan reseptor hormon, sehingga mengubah fungsi dan mekanisme
genetis dari sel, dan mampu menurunkan daya kekebalan tubuh serta kekacauan
sistem urat saraf, keguguran kandungan, malahan dapat berakibat cacad kelahiran
(birth deformity). Dioksin secara langsung mampu menurunkan sel B dan secara
tidak langsung menurunkan jumlah sel T yang berperan dalam daya kekebalan
tubuh.
Dioksin dapat pula menembus
plasenta. Artinya, ibu hamil yang tercemar dioksin akan mengalirkan dioksin kepada
bayi yang dikandungnya. Selain itu, dioksin juga dapat masuk ke dalam tubuh
bayi melalui ASI. Sehingga bayi yang dikandung atau sedang disusui oleh seorang
ibu yang tercemar dioksin. Homepage
Indigineous Environmental Network (http://www.alphacdc.com/ien/ dioxin.html) menyatakan, ASI wanita
Amerika mempunyai konsentrasi dioksin yang tinggi, yaitu 500 kali lebih tinggi
daripada susu sapi.
Dioksin adalah senyawa kimia yang bersifat hidrofobik, artinya
bila dioksin berada dalam air, akan menghindari air ia lebih suka jaringan
lemak. Sehingga bila senyawa dioksin berada dalam badan perairan akan terikat
kuat dalam jaringan lemak ikan daripa dalam badan perairan. Hasil penelitian menunjukan
tingkatan dioksin dalam ikan, "100.000 kali lebih banyak dibandingkan
dengan lingkungan sekitar," .
Demikian juga halnya mekanisme cara pencemaran pada binatang
liar. Dioksin dalam bahan makanan ternak bila masuk dalam tubuh ternak akan
langsung terakumulasi pada jaringan lemak dari ternak tersebut. Di alam
lingkungan, dioksin tidak mudah rusak dan dalam tubuh dioksin tidak dapat
dipecah secara kimiawi maupun proses metabolisme. Dioksin akan dikeluarkan dari tubuh secara
sangat lamban, menurut waktu paruh senyawa tersebut. Sehingga dioksin yang telah terakumulasi
dalam tubuh akan hancur secara kimia mengikuti waktu paruhnya dalam tubuh (half time). Sehingga bila dioksin sudah masuk dalam
tubuh suatu mahluk hidup akan tetap terakumulasi dalam jaringan lemak. Namun
bagi wanita hamil dan menyusui kadar dioksin dalam tubuhnya dapat dikeluarkan melalui
plasenta masuk ke dalam janin yang sedang tumbuh. Selain itu dioksin pada wanita
sedang menyusui, dioksin yang berada dalam ASI (air susu ibu), akan keluar dari
tubuh ibu bila sedang menyusui bayinya.
Gambar di atas menunjukan banyak terjadi keguguran atau
kelahiran anak yang cacat pada perempuan Mexico
yang berdagang dengan menjajakan dagangan pada daerah perkotaan yang
tingkat kepedatan transportasinya tinggi.
Mexico terkenal di dunia sebagai Negara yang memiliki kepadatan
kendaraan bermotor di jalan-jalan raya sangat tinggi. Sehingga sebuah penelitian melaporkan bahwa
plumbun yang terdapat pada lapisan es di Alaska adalah plumbum yang berasal
dari kota Mexico.
5.2. Pengaruh Dioxin pada beberapa Species Hewan
Pada beberapa species burung atau ikan dengan dioksin akan mempunyai sifat terakumulasi pada jaringan lemak. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada ikan
Salmon dan jenis ikan lainnya, dioksin jenis organoklorin akan menyebabkan
kerusakan genetis dan penurunan daya tahan tubuh. Sedangkan dampak pada makhluk hidup lainnya menunjukkan adanya perubahan perilaku,
penurunan tingkat reproduksi, pembesaran kelenjar thyroid serta penurunan
tingkat kesuburan. Dampak yang ditimbulkan terhadap species beberapa burung terjadinya penurunan populasi.
Seperti conoh pada burung elang rata-rata reproduksi burung elang menurun akibat penipisan sel kulit telurnya. Sehingga telur elang tidak dapat dierami,
begitupun dengan burung bangau putih di Jepang.
5.3. Pengaruh Dioxin dalam Tubuh Manusia
Dioxin
dalam jumlah sedikit saja sudah berbahaya, sementara dalam jumlah besar ia
bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Paparan dalam konsentrasi tinggi
akan menimbulkan penyakit kulit chloracne. Penelitian lain juga mengungkapkan
bahwa dioksin berpengaruh terhadap hormon reproduksi pria, meskipun hal ini
memerlukan penelitian lebih lanjut.
Dari beberapa penelitian
baru-baru ini diketahui bahwa dioksin merupakan salah satu penyebab utama
penyakit kanker yang mematikan. Selain itu, dioksin juga dapat menyebabkan
kanker prostat dan kanker testis, chloracne (penyakit kulit yang parah disertai
dengan erupsi kulit dan kista), peripheral neuropathies, depresi, hepatitis,
pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, gangguan sistem imunitas atau
pertahanan tubuh, gangguan proses pertumbuhan pada anak, dan lain-lain. Dioksin juga dapat menyebabkan gangguan
hormonal baik pada pria maupun wanita. Selain itu bisa mengganggu sistem
reproduksi pria dan wanita, menurunkan jumlah sperma pada pria, dan menyebabkan
gangguan pada kehamilan. Pada wanita dioksin dapat menyebabkan kanker payudara
dan endometriosis. Penyakit
endometriosis. Ini adalah keadaan di mana jaringan selaput lendir rahim yang
masih berfungsi tumbuh di luar rongga rahim, bisa di indung telur, dinding
rahim, rongga panggul, atau tempat lain. Sebelumnya penyakit ini jarang
menyerang wanita Amerika. Kini jumlahnya mencapai lima juta. Pada para wanita, kemungkinan
untuk terbentuknya kanker payudara selama hidupnya meningkat dari 5% pada tahun
1960 menjadi 20% pada saat ini.
Sedangkan
pada pria saat ini, jumlah sperma pria turun hingga 50% dibandingkan 50 tahun
silam. Sementara sifat karsinogenik dioksin membuat tingkat kasus kanker
prostat naik dua kali lipat dan kanker testis berlipat tiga. Selain itu masih banyak gangguan-gangguan
yang ditimbulkan oleh zat bioakumulasi ini.
Misalnya gangguan perilaku,
meningkatnya penyakit kencing manis (diabetes), dan rusaknya kekebalan tubuh
cuma sebagian di antaranya. "Jadi bukan hanya AIDS yang bisa merusak
kekebalan tubuh." Karena berlaku seperti "hormon lingkungan", maka
dioksin akan menimbulkan malapetaka pada banyak proses biokimia alami tubuh.
5.4. Ambang
Batas Aman Konsumsi Dioksin pada Manusia
Mata
rantai masuknya senyawa dioksin pada manusia tidak saja melalui udara tapi juga
malalui air minum, sayur, buah, daging, dan bahan makanan lain. Hasil
penelitian menunjukan bahwa 97,5% senyawa kimia dioksin ditemukan pada daging,
ikan, dan produk olahan susu. Dilaporkan juga pada EPA bahwa menurut pemerintah
Belgia, ayam-ayam dari peternakan yang sudah tercemar dioksin mengandung kadar
dioksin sebesar 700 – 1.000 pikogram per satu gram lemak.
Tahun 1998 WHO menetapkan ambang
batas aman konsumsi dioksin, yakni sekitar 1 hingga 4 pikogram dioksin per
kilogram berat badan. Seandainya berat badan 60 kg, batas amannya adalah 240
pikogram dioksin. Lebih dari itu, dioksin sangat berbahaya
bagi kesehatan, Karena dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang
serius.
Dari hasil evaluasi EPA (1994), telah dikonfirmasikan bahwa
dioksin merupakan senyawa organik yang paling beracun pada manusia, pengaruhnya
sangat negatif terhadap risiko kesehatan, bahkan dengan dosis yang sangat kecil
yaitu 10-15 ppt (part per trillion), yang terakumulasi selama hidup. Berdasarkan hal tersebut, EPA menetapkan ambang
batas dioksin yang masih ''dapat diterima'' adalah sekitar 0,006 pikogram
(seper juta-juta gram) per kilogram berat badan, atau sekitar 0,40 pikogram
untuk seorang dewasa.
Kadar dioksin yang terkandung dalam bahan makanan disampaikan
oleh EPA (USA) dalam satuan pg/hari. Total ekspose sekitar 119 pg/hari; pg =
pycogram = 10 pangkat -12 gram.
Kandungan dioksin dalam bahan makanan
dapat terlihat pada table dibawah ini;
No
|
Nama Produk
|
Kadar
|
1.
|
Daging
|
38
|
2
|
Ikan
|
7,8
|
3
|
Produk susu
|
24
|
4
|
Telur
|
4,1
|
5
|
Susu sapi
|
17,6
|
6
|
Pernapasan
|
2,2
|
7
|
Unggas
|
12,9
|
8
|
Tanah
|
0,8
|
9
|
Daging babi
|
12,2
|
10
|
Air
|
tidak ada
|
5.5. Ubah Pola Makan
Di Indonesia dioksin memang masih asing bagi
awam. Menurut Mirnawati, pakar dioksin dari Institut Pertanian Bogor, mengeliminasi
makanan tertentu yang dianggap sebagai sumber residu dioksin tidak akan
menyelesaikan masalah, malah justru bisa menambah masalah akibat kurangnya zat
makanan tertentu yang esensial. Misalnya susu. Mengeliminasi susu bisa
menyebabkan tubuh kekurangan kalsium, atau laktosa, yang sangat dibutuhkan bayi
untuk mengembangkan sel-sel otaknya. Solusi yang tepat adalah mencari susu
rendah lemak. Skim contohnya. Bagi ibu hamil atau menyusui, jangan minum susu
yang full milk. "Yang dibutuhkan ‘kan laktosanya, proteinnya.
Enggak perlu lemaknya ‘kan?"
Maka
upaya yang bisa dilakukan adalah meminimalkan atau mengurangi paparan dioksin.
Caranya bisa dengan memilih potongan daging yang tidak berlemak atau sedikit
lemaknya. Anda suka kerupuk kulit? "Itu biangnya,". Upaya
lain adalah dengan mengubah pola makan, yakni porsi sedang dan lebih banyak
ragamnya. "Dan bagi yang suka sayuran dan buah-buahan, jangan lupa,
cucilah sebelum memakannya," .
Pencegahan
bisa diawali dengan melindungi tubuh dari kontaminan dioksin. Menurut Arnold
Schecter, guru besar pengobatan pencegahan dari State University of New York
Health Science Center di Binghamton, caranya dengan mengurangi – atau kalau
bisa – menghindari konsumsi daging, ikan, dan produk olahan susu. Alasannya,
makanan tersebut memiliki konsentrasi dioksin yang lebih tinggi dibandingkan
dengan buah-buahan dan sayuran. Asisten Administrator EPA, Lynn Goldman, juga
menekankan, kadar dioksin dalam tumbuhan sangat rendah.
Pembakaran
sampah plastik juga harus dihindari. Demikian pula dengan kayu yang diawetkan
dengan pentachlorphenol. Hati-hati pula terhadap deodoran dan medicated
soap yang memakai bahan hexachlorphen dan obat antijamur hexoclorbenzene.
Zat-zat tadi, ditambah DDT, aldrin, dieldrin, dan endrin, masuk kategori persistent
organic pollutant (POP).
Di
luar dampaknya terhadap kesehatan, kasus Belgia memberikan dua pelajaran. Yang
pertama bahwa apa yang kita tabur dan tuang ke lingkungan, pada akhirnya akan
kembali kepada kita.
Menurut
Mirnawati, kasus dioksin di Belgia
mengungkapkan betapa kekuasaan dapat mengaburkan hati nurani. Sebenarnya kasus
ini sudah diketahui jauh sebelumnya. Awalnya adalah sebuah peternakan ayam di
Jerman yang curiga mengapa ayam mereka lambat besar dan telurnya sedikit.
Setelah ditelusuri, ternyata pakannya mengandung dioksin. "Diusut lagi,
pakan itu berasal dari Belgia,". Selain ke Jerman, pakan itu diekspor pula
ke negara tetangga lain. Jean-Luc Dehaena mencoba memetieskan kasus itu demi
pemilu yang sedang dihadapinya. Apa lacur, justru langkah itu yang membuatnya
terjungkal.
Data dan informasi dari
negara maju, khususnya Amerika Serikat sebagai pertimbangan. Daging ternak,
terutama daging sapi dan babi termasuk daging yang paling tinggi kandungan
dioksinnya. Karena alasan usaha mengurangi konsumsi produk tersebut, dilihat
dari segi keamanan pangan dianggap langkah bijaksana. Meskipun daging ayam
memiliki kadar dioksin terendah, tetapi masih cukup bermakna dalam mengganggu
kesehatan manusia. Yang jelas produk nabati, seperti tahu, tempe, biji-bijian,
kacang-kacangan masih dianggap paling praktis dan aman karena biasanya tidak
terkontaminasi oleh dioksin. Bila ingin
mengkonsumsi susu, pilihlah mengkonsumsi susu skim (non fat), hindari semua
produk susu yang penuh lemak, seperti mentega, keju dan ice-cream. Untuk
golongan menengah ke bawah hal itu sudah tiap hari dilakukan.
5.6.
bahan
Lain yang Berpotensi sebagai Pencemar
Hindarkan diri dari
sentuhan bahan organik yang mengandung ''kloro'' yang dapat dikenali dari
bagian namanya seperti pengawet kayu pentoklorofenol, yang barangkali merupakan
salah satu bahan kimia yang terdapat dalam alat rumah tangga yang tinggi
potensinya dalam kandungan dioksin. Hindarkan chlorine bleach product (sodium
hipoklorit), gunakan kertas yang tidak di-bleach. Mainan anak yang terbuat atau dikemas dalam
PVC (label V atau #3-plastic) sebaiknya dihindarkan dari anak. Mainan anak yang
mengandung beads PVC, sering menyebabkan penyakit kanker dari uap vinilklorit
yang diproduksi, produk tersebut sering juga terkontaminasi dioksin. Hindarkan
dari penggunaan saran wrap, atau cling-type plastic wrap. Kini banyak
pembungkus aman yang disebut non-chlorinated plastic. Disarankan agar mencuci semua buah-buahan dan
sayuran untuk membuang residu pestisida klorofenol. Hindarkan diri dari
deodorant soap, atau yang mengandung triklosan, suatu senyawa klorofenol.
5.7.
Usaha
Mereduksi Dioksin
Salah satu usaha untuk
mereduksi ancaman dioksin adalah cegah pembakaran sampah, pelarangan industri
manufaktur PVC dan senyawa kimia klorinat lain.
Tekan dengan peraturan pemasaran produk-produk yang berpotensi tinggi
terkontaminasi dioksin. Sebagai langkah preventif, larangan Dirjen POM terhadap
impor produk daging, ayam dan telur dari Eropa, perlu mendapat dukungan oleh
mereka yang peduli terhadap keamanan pangan dan hidup sehat. Pemerintah pasca-pemilu diharapkan lebih
peduli dan serius terhadap keamanan pangan
bagi manusia.
Jika diperhitungkan,
harga produksinya menjadi lebih mahal. Meski demikian, perusahaan sebenarnya
mempunyai keinginan untuk menggunakannya. Namun persoalan utama, mereka
khawatir tidak ada keberlanjutan. Untuk itu diusulkan untuk membuat enzim di
dalam negeri. `'Untuk pembuatan enzim kita membutuhkan ahli genetika,'' cetus
dia. Hambatan lainnya adalah kemampuan dari SDM.
Karenanya, pada 2007 ini
pihaknya masih mengkampanyekan penggunaan enzim xylanase untuk menjaga
lingkungan dan keselamatan manusia. Itu pula yang menjadi alasan kenapa pabrik pulp
tidak ada di pulau Jawa. Selain karena jauh dengan bahan baku alasan utamanya
adalah Jawa terlalu padat penduduk. Sedangkan proses pulp masih
berisiko.
Penggunaan xylanase
sudah digunakan beberapa negara sejak beberapa tahun yang lalu. Sedangkan
Indonesia , harus dipancing dengan penggunaan di salah satu perusahaan. `'Kalau
satu perusahaan sudah menggunakan, maka yang lainnya akan mengikuti,'' katanya
menjelaskan. Produsen utama pulp dan kertas dunia masih dipegang oleh
Amerika Serikat, kemudian diikuti oleh Kanada, Amerika Selatan, Eropa Utara,
Asia Timur, Australia dan Amerika Latin. Cina memperlihatkan kecenderungan akan
menjadi produsen kertas di Asia. Permintaan dan konsumsi kertas dunia
menunjukkan pertumbuhan sampai 2010.
Di Indonesia, saat ini
total kapasitas produksi industri pulp dari 18 perusahaan adalah sekitar
6,29 juta ton per tahun. Sedangkan kapasitas produksi kertas per tahun mencapai
10,28 juta ton. Dalam proses produksi secara konvensional tahapan bleaching
dalam proses pulping masih bergantung kepada penggunaan bahan kimia
(yang merupakan 6 persen dari total harga bahan dan energi), terutama klorin
dan sulfur.
6.
STUDI KASUS
Pada tahun 1949, terjadi kecelakaan di pabrik herbisida 2,4,5-T
Monsanto plant di Nitro, West Virginia.
Dalam kasus tersebut 250 pekerja
terkena penyakit chloracne, yaitu penyakit kulit yang akan menimbulkan efek gatal-gatal
memerah. Baru pada tahun 1955, Karl Schultz (seorang dokter Jerman) melaporkan bahwa
penyakit chloracne tersebut adalah akibat racun dioksin. Kasus Belgia mirip
dengan Time Beach. Lemak yang dipakai dalam pabrik pakan ternak,
"tercampur" dengan oli bekas.
Pada tahun 1949, terjadi kasus meledaknya pabrik kimia
Hoffman-LaRoche di Seveso, Italia. Akibatnya, sejumlah besar TCDD terlepas
sampai ke atmosfer. Di daerah sekitar pabrik, hewan-hewan mati, terjadi
destruksi vegetasi, penduduk mengalami keracunan akut, kasus-kasus chloracne,
abortus, dan kelainan kongenital. Bahkan penelitian yang dilakukan Bertozzi
dkk. pada tahun 1993 menemukan adanya peningkatan kasus kanker. Penelitian tentang dioxin sudah dilakukan sejak tahun 1970,
dalam darah kelompok masyarakat yang tinggal pada aliran sungai pabrik kertas
terdeteksi kadar dioxin dalam darah sebesar 20 ppt (part per triliun).
Pada
tahun 1976 bahwa masyarakat yang tinggal pada daerah industry Seveso, Italia
rata-rata dalam darahnya mengandung dioxin dengan kadar yang tinggi. Pada tahun 1998 Viktor Yushchenco melakukan penelitian
perempuan-perempuan di Austria,
Ukrainian, hasil penelitian menunjukan bahwa keluarga-keluarga tersebut mempunyai kadar dioxin yang tinggi dalam
darahnya. Ditemukan kadar dioxin terendah mencapai 100.000 ppt
dan tertinggi mencapai 144.000 ppt (part per trillion). Pada tahun 2004 penelitian Viktor Yushchenco
dilanjutkan oleh Professor Abraham Brouwer dari
Universitas Amsterdam jurusan toksikologi.
Hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa darah dari perempuan-perempuan Ukraina tersebut positif mengandung 2,3,7,8-TCDD. Gejala-gejala dari tingginya
kadar dioxin dalam darah adalah bila dalam masyarakat banyak ditemukan penyakit yang terkait dengan
gastrointestinal.
Rare Cases of
High Levels of Dioxin Exposure December 20, 2004; Updated November 14,
2005
Penggunaan herbisida Agent Orange
dalam Perang Vietnam (1960 – 1970) ternyata juga menyemburkan dioksin. Agent
Orange digunakan untuk merontokkan dedaunan agar hutan-hutan Vietnam tidak bisa
digunakan untuk bersembunyi tentara Vietkong. Tahun 1983, kantor veteran
Chicago mencatat ada 17 ribu lebih veteran yang mengklaim ganti rugi akibat
dioksin sewaktu bertugas di Vietnam. Klor organic
dari klorin akan menghasilkan dioksin yang sifatnya tetap ada di dalam tubuh.
Senyawa ini resisten kronik penyebab kanker.
Terbakarnya kabel PVC di Beverly
Hills Supper Club bahkan merenggut nyawa 161 orang. Kebakaran tahun 1977 itu
menimbulkan asap putih. Menurut salah seorang pekerja di situ, asap pedas yang
mengandung gas hidrogen klorida (HCl) itu bisa bereaksi dengan pewarna kuku.
Bahkan hasil reaksi tersebut dapat memakan kuku. Ketika terhirup dan masuk ke
dalam paru-paru bersama udara yang mengandung air, HCl akan berubah menjadi
asam klorida yang korosif. Akibatnya, yang selamat pun mengalami luka parah
pada saluran pernapasannya.
7.
MENGURANGI
DAMPAK
Seperti
halnya pencemaran udara, pencemaran air sangatlah kompleks. Dalam proses
produksi sebuah industri pada umumnya dipergunakan berbagai bahan material dari
berbagai jenis dan bentuk. Limbah cair industri, pertanian, perkotaan dan rumah
tangga selain mengandung senyawa berat (Cd, Cu, Hg, Zn dll.), juga mengandung
berbagai macam senyawa organik, seperti dioxin, phenol, benzene, PCB, dan DDT.
Sistem
pengolahan limbah cair yang ada sekarang umumnya mempergunakan cara kombinasi
antara pemakaian chlorine serta sistem condensasi, sedimentasi, dan filtrasi.
Sedangkan untuk pengolahan limbah organik banyak mempergunakan microbiologi,
karbon aktif atau membran filtrasi.
Namun,
limbah organik semakin banyak yang sulit untuk diuraikan dengan microbiologi
atau membran filtrasi, serta membahayakan keselamatan makhluk hidup, meskipun
dalam kandungan konsentrasi yang sangat kecil (ppm/ppb) seperti, senyawa
dioxin, furan, dan atrazine. Sehingga sistem pengolahan limbah cair yang ada
sekarang tidaklah cukup. Apabila hal ini kita biarkan, tanpa kita sadari, air
minum yang dipergunakan akan banyak mengandung senyawa organik, yang selain
membahayakan kesehatan manusia juga dapat merusak ekosistem makhluk hidup
lainnya.
Dewasa ini teknologi
pemutihan pada pabrik pulp dan paper nampaknya cenderung lebih banyak ke arah
pemakaian khlordioksida dan oksigen untuk prebleaching. Penggunaan
khlordioksida pada tahap awal pemutihan menghasilkan buangan dengan kandungan
bahan beracun yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan khlor. Untuk
menciptakan proses yang ramah lingkungan, ditemukan cara dengan penggunaan
enzim xylanase. Xylanase dapat meningkatkan derajat putih maupun meningkatkan
kekuatan fisik. Dari hasil penelitian menunjukkan dari segi teknis, xylanase
memberikan kontribusi yang sangat baik dalam peningkatan kualitas produk pulp
putih, menghemat penggunaan bahan kimia pemutih, dan meningkatkan kualitas air
limbah yang dihasilkan.
Penggunaan enzim
xylanase ini baru diujicobakan dan berhasil. Meski demikian hampir seluruh perusahaan
masih menggunakan cara lama. Padahal, selama industri pulp tidak
menggunakan enzim, maka limbah yang dihasilkan akan sangat berbahaya buat
makhluk hidup karena bisa menyebabkan kematian.
Xylanase sendiri
mempunyai sejumlah kekurangan yakni masalah korosi, kesulitan mengontrol waktu
tinggal, penurunan indeks sobek, dan pengendalian bleach plant. Namun,
kekurangan tersebut tidak begitu sebanding dengan proses dan limbahnya yang
ramah lingkungan. Penggunaan enzim ini kurang diminati perusahaan karena harganya
mahal dan masih impor. Harga 1 liter enzim xylanase Rp 15 ribu. Kapasitas
penggunaannya sekitar dua persen dalam satu ton, atau 1.000 kg membutuhkan 20
kg enzim.
Cara
lain yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah limbah organik adalah dengan
teknologi ozone. Teknologi ozone yang
dapat digunakan dalam proses pengolahan limbah cair ini mampu membersihkan
limbah cair hingga mendekati 100 persen (Japan Engineering newspaper, 1996).
Ozone yang dikenal sebagai oksidant kuat, selain dapat menghancurkan
senyawa-senyawa organik, juga sekaligus dapat membunuh bakteri yang terkandung
dalam limbah tadi. Meskipun demikian masih ada beberapa kendala yang harus
diselesaikan pada teknologi ozone ini, seperti tingginya biaya operasional
serta adanya sisa ozone yang tertinggal dalam air setelah proses pengolahan
berlangsung. Sisa ozone yang memiliki kadar cukup tinggi, akan dapat
membahayakan manusia.
Teknologi
yang kemudian diperkenalkan untuk mengatasi limbah cair setelah teknologi ozone
ini adalah teknologi plasma. Sebelum kita jelaskan lebih lanjut tentang
teknologi plasma, perlu disampaikan disini bahwa ozone sendiri dapat dibuat
dengan mempergunakan teknologi plasma (Siemens 1857). Dewasa ini teknologi
plasmalah yang paling banyak dipergunakan untuk membuat ozone. Jadi, secara
tidak langsung teknologi ozone adalah pemanfaatan dari teknologi plasma itu
sendiri.
Selanjutnya,
teknologi plasma juga dapat dipergunakan secara langsung dalam proses
pengolahan limbah cair. Salah satu cara adalah dengan membuat plasma dalam air.
Seperti halnya plasma di udara, plasma dapat juga dibuat dalam air. Proses
pembuatannya sendiri hampir sama, hanya saja pembuatan plasma dalam air
memerlukan energi sedikit lebih besar dibandingkan pembuatan plasma di udara,
mengingat air adalah materi yang dapat mengalirkan arus listrik.
Plasma
dalam air dapat menyebabkan timbulnya berbagai proses reaksi fisika dan kimia,
seperti sinar ultraviolet, shockwave, species aktif (OH, O, H, H2O2),
serta thermal proses.
Banyaknya
reaksi fisika dan kimia yang dihasilkan oleh plasma dalam air, membuat
teknologi ini dapat merangkum beberapa proses yang dibutuhkan dalam pengolahan
air limbah. Sinar ultraviolet yang dihasilkan mampu mengoksidasi senyawa
organik sekaligus membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah cair. Shockwave
yang ditimbulkan mampu menghasilkan proses super critical water yang juga
berperan dalam proses pengoksidasian senyawa organik. Dan, yang paling penting
banyak dihasilkan species aktif seperti OH, O, H, dan H2O2
yang merupakan beberapa oksidant kuat yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa
organik sekaligus juga membunuh bakteri dalam limbah cair tersebut. Dan, tidak
ketinggalan panas yang dihasilkan oleh plasma ini pun berperan dalam berbagai
proses pengoksidasian.
Dari
berbagai kelebihan proses yang dimilikinya, teknologi plasma dalam air mulai
mendapat perhatian khusus terutama untuk mengolah limbah organik yang umumnya
mengandung berbagai macam jenis senyawa organik. Dari berbagai percobaan
laboratorium, teknologi plasma dalam air sangat efektif untuk menguraikan
senyawa organik seperti TNT, phenol, trichloroethylene, atrazine, dan berbagai
jenis zat warna (dye).
Teknologi
plasma untuk mengolah limbah cair baik dengan teknologi ozone maupun dengan
teknologi plasma dalam air memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan cara
konvensional, microbiologi maupun membran filtrasi. Di antaranya proses
penguraian senyawa organik berlangsung sangat cepat, pembuatan peralatan serta
maintenance yang mudah, serta species aktif yang dihasilkan dapat menguraikan
hampir seluruh senyawa organik.
Di
Jepang dalam sepuluh tahun terakhir, penggunaan teknologi ozone maupun
teknologi plasma berkembang sangat pesat. Terlebih lagi setelah ditetapkannya
perundangan tentang Dioxin dan sejenisnya (January 2001). Di mana dioxin dapat
diuraikan dengan mempergunakan kombinasi dari ozone dan sinar ultraviolet atau
ozone dan hydrogen peroxide.
8.
BIAYA
PEMULIHAN
Biaya pemulihan daerah yang tercemar
dioksin tidaklah sedikit. Kasus di Time Beach, Missouri, pada tahun 1971 bisa
menjadi gambaran. Sebuah perusahaan herbisida sembarangan saja membuang sampah
industri ke tempat pembuangan oli bekas. Lalu oli bekas tersebut terpakai untuk
menyemprot lapangan pacuan kuda, jalanan, serta tempat-tempat berdebu. Selain
gangguan berupa chloracne dan radang kandung kemih yang akut, penyemprotan itu
juga menimbulkan kematian dan penyakit pada ternak. Daerah tersebut kemudian dibeli
oleh EPA (Badan Perlindungan Lingkungan AS) dan biaya yang dikeluarkan untuk
membersihkan dioksin mencapai AS $ 100 juta.
PUSTAKA
Baccarelli Andrea,Paolo Mocarelli,Donald G. PattersonJr.,MatteoBonzini,
Angela C. Pesatori,Neil Caporaso,and Maria Teresa Landi, 2002 . Immunologic Effects of Dioxin: New Results
from Seveso and Comparison with Other Studies. Environmental Health
Perspectives Vol 110 No 12
Bisma Yanuar Lauda F . Bahan-bahan Pencemar Kimia dan Organik, Dampak
serta Pengaturannya.
Chafid Fandeli, Analisis Mengenai DampakLingkungan
Prinsip Dasar dan Pemapanannya Dalam Pembangunan, Liberty, Yogyakarta, 1995.
Diet &Dioxins,
2004 Environmental Health Perspectives
Vol. 112 No. 1
EPA (Environmental
Protection Agency), 2006. Inventory of sources and environmental releases of
dioxin-like compounds in the United States for the years 1987, 1995, and 2000.
(http://cfpub.epa.gov/
ncea/cfm/recordisplay.cfm?deid=159286
Infectious Disease:The
Human Costs of Our Environmental Error Environmental
Health Perspectives Vol. 112 No.
1
Jusko Todd A., Charles R. Henderson, Jr.,Bruce P.
Lanphear, Deborah A. Cory-Slechta,Patrick J. Parsons, and Richard L. Canfield,
2006. Blood
Lead Concentrations Less than 10 Micrograms
per Deciliter and Child
Intelligence at 6 Years of Age Environmental
Health Perspective Vol 114 No.11
Koesnadi Hardjesoemantri, Hukum Tata Lingkungan,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1994.
Konvensi Rotterdam tentang Prosedur Persetujuan yan
Diinformasikan Dini Untuk Bahan Kimia dan Pestisida Berbahaya Tertentu dalam
Perdagangan Internasional, Kementerian Lingkungan Hidup, 2004.
Konvensi Stockholm tentang Bahan-Bahan Pencemar Organik Yng
Persisten, Kementerian Lingkungan Hidup, 2004.
Prof. Dr. drh. Mirnawati B.
Sudarwanto dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Surono Yds Agus dan . Suharjono,. Dioxin Ada disekitar kita. www.goegle/dioxin. akses 19 Desember 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar