Selasa, 05 Januari 2016

Karakteristik Dioxin pada Lingkungan


Karakteristik Dioxin pada Lingkungan
Vanda Julita Yahya-S3 PSL-UNRI-UI (2008)


1.                  PENDAHULUAN

Perbedaan antara zaman pra sejarah dan sejarah salah satunya adalah bentuk tulisan. Memasuki zaman sejarah manusia mulai mengenal tulisan seperti di Mesir pada 4000 SM. Di Indonesia, pada abad kelima dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Seiring perkembangan zaman, rupa, bentuk, dan materi tulisan pun berbeda. Dulu, banyak orang yang menggunakan batu atau kulit binatang untuk menulis. Seiring perkembangan zaman, munculah kertas dan pulp. Hampir semua jenis pulp yang digunakan untuk pembuatan kertas bermutu tinggi adalah pulp yang dibuat dengan proses kraft. Dalam proses ini, serpih kayu dimasak dengan cairan pemasak alkali untuk melarutkan lignin sehingga dihasilkan serat pulp berwarna coklat.
Untuk menghasilkan pulp berwarna putih dilanjutkan dengan proses pemutihan secara bertingkat untuk menghasilkan derajat putih tinggi. Proses pemutihan memberikan kontribusi air buangan yang menimbulkan masalah karena masih menggunakan khlor sebagai bahan kimia pemutih.
Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah terbentuknya senyawa adsorbable organic halides (AOX). Halida yang dimaksud adalah khlor, sedangkan zat organiknya adalah dioxin dan furan. Apabila dioxin dan furan berikatan dengan atom khlor akan terbentuk senyawa yang beracun. Dampak dari senyawa AOX sendiri adalah dikembangkannya suatu proses pemutihan elemental chlorine free (ECF) dan total chlorine free (TCF).
Dunia perdagangan dan industri pangan digoyang secara kencang oleh kasus kontaminasi dioksin yang mulai merebak dari daratan Eropa, khususnya dari Belgia, Belanda dan sekitarnya. Kontaminasi dioksin telah melanda produk daging, susu, telur, dan ikan, sehingga negara pengimpor produk-produk tersebut telah melakukan pencegahan dengan melarang impor serta penyebaran dan pemasaran produk tersebut kepada masyarakat di berbagai toko swalayan di kota-kota besar di dunia.
Singapura relatif cepat bertindak dan tanggap menanggapi ancaman dioksin tersebut. Di Indonesia sendiri, pemerintah, melalui Direktorat Jenderal POM pada pertengahan Juni, telah juga melakukan hal yang sama yaitu melarang impor daging dari Belgia dan negara sekitarnya. 

2.   KONVENSI  CEMARAN

Akibat adanya paparan bahan-bahan tersebut di lingkungan hidup yang dapat menimbulkan dampak yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, negara maju memberikan perhatian khusus untuk melarang dan membatasi ekspor bahan-bahan kimia dan organik tersebut.  Keprihatinan atas dampak bahan kimia tersebut dan dalam upaya mengurangi potensi risikonya diwujudkan dalam beberapa konvensi diantaranya adalah konvensi Rotterdam dan Stockholm.

2.1.  Konvensi Rotterdam
Konvensi ini adalah persetujuan internasional yang merupakan instrumen hukum yang mengikat guna mengatur perlindungan lingkungan hidup dan kesehatan manusia dengan cara memfasilitasi pertukaran informasi mengenai bahan kimia yang dilarang atau sangat dibatasi penggunaannya. Konvensi ini diadopsi pada tanggal 10 September 1998 di Rotterdam.
Konvensi Rotterdam bertujuan meningkatkan upaya tanggung jawab bersama dan kerja sama antar negara dalam perdagangan internasional bahan kimia berbahaya tertentu untuk melindungi lingkungan hidup dan kesehatan manusia serta meningkatkan penggunaan bahan kimia yang ramah lingkungan melalui pertukaran informasi dan proses pengambilan keputusan ekspor dan impor.
Konvensi ini terdiri atas 30 pasal dan 5 lampiran dimana pokok-pokok aturan konvensi ini adalah :
1.      Otoritas nasional yang ditunjuk;
2.      Prosedur untuk bahan kimia yang dilarang dan sangat dibatasi;
3.      Prosedur untuk formulasi pestisida yang sangat berbahaya;
4.      Kewajiban negara pengimpor bahan kimia;
5.      Kewajiban negara pengekspor bahan kimia;
6.      Notifikasi ekspor;
7.      Penerapan konvensi;
8.      Kerja sama peningkatan bantuan teknis, pengembangan infrastruktur, dan kapasitas pelaksanan konvensi.
Bahan-bahan kimia yang diatur dalam konvensi Rotterdam dikategorikan sebagai pestisida sebanyak 17 jenis, formula pestisida sangat berbahaya sebanyak 5 jenis, dan bahan kimia industri tertentu sebanyuak 5 jenis.  Akan tetapi bagi bahan-bahan kimia selain yang disebutkan di atas, konvensi Rotterdam tidak berlaku untuk bahan bahan kimia seperti makanan, bahan radioaktif, senjata kimia, bahan-bahan farmasi, bahan kimia untuk makanan, narkotika dan bahan-bahan psikotropika serta bahan-bahan kimia yang digunakan dalm jumlah sedikit untuk keperluan penelitian atau analisa.
Konvensi ini membebankan kewajiban baik kepada negara pengimpor maupun negara pengekspor. Kewajiban bagi negara pengimpor adalah melaksanakan tindakan legislatif atau administratif untuk menjamin keputusan yang tepat waktu tentang impor bahan kimia untuk selanjutnya memberikan tanggapan mengenai impor bahan kimia tersebut dan memberitahukan kepada sekretariat kemudian mengambil keputusan untuk menolak atau mengizinkan impor bahan kimia berdasarkan persyaratan tertentu.
Bagi negara pengekspor mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tindakan legislatif atau administratif untuk mengkomunikasikan tanggapan mengenai bahan kimia yang diteruskan oleh Sekretarit kepada Pihak yang berkepentingan di negara tersebut serta menjamin para eksportir agar taat terhadap keputusan impor di negara yang dituju. Negara ini pun wajib membantu pihak importir untuk mendapatkan informasi dan memperkuat kapasitas dan kapabilitas mengelola bahan kimia serta menjamin bahan kimia tertentu tidak diekspor bila belum ada keputusan yang jelas dari negara yang dituju.
Sehubungan dengan hal di atas ada hal-hal yang dapat bermanfaat bagi suatu negara dengan meratifikasi konvensi ini. Manfaat tersebut adalah :
1.            Adanya jaminan bahwa negara-negara pengimpor sepenuhnya mengetahui dan diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau menyetujui  impor bahan berbahaya dan beracun ( B3 ) yang telah dilarang atau sangat dibatasi penggunaannya di negara anggota lainnya;
2.            Mencegah terjadinya pencemaran bahan kimia yang dilarang dan sangat dibatasi dari luar negeri;
3.            Meletakkan landasan hukum internasional yang berlaku sebagai hukum nasional;
4.            Mendapatkan informasi tentang bahan kimia yang ramah lingkungan;
5.            Memperkuat jejaring pengawasan di pusat dan daerah;
6.            Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia;
7.            Kerja sama bantuan teknis dan finansial untuk pengembangan infrastruktur dan kapasitas pelaksanaan Konvensi;
8.            Menggalang kerja sama internasional untuk mencegah perdagangan ilegal bahan kimia dan pestisida;
9.            Membantu proses pembuatan keputusan impor.

Dengan ikut meratifikasi Konvensi ini akan membawa manfaat bagi Indonesia. Untuk  itu diperlukan langkah-langkah seperti melakukan harmonisasi peraturan Konvensi dengan peraturan pemerintah, keputusan Menteri yang terkait dengan penggunaan dan perdagangan bahan berbahya dan beracun, serta melakukan harmonisasi prosedur, mekanisme, dan kriteria bahan kimia yang bebas digunakan, dilarang, dan dibatasi, termasuk juga simbol dan label.
Langkah selanjutnya adalah dengan menunjuk dan membentuk Otoritas Nasional yang ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan Konvensi serta membentuk lembaga yang bewenang dan berperan mengeluarkan izin, pertukaran informasi, registrasi, notifikasi, mengusulkan bahan kimia yang masuk ke dalam Prosedur dan mengawasi lalu lintas masuknya bahan kimia.
Kemudian menetapkan beberapa prosedur untuk masuknya bahan kimia industri dan pestisida dengan memperhatikan seluruh pemangku kepentingan di dalam dan luar negeri. Dalam menjamin perlindungan masuknya bahan kimia dan pestisida ditetapkan mekanisme informasi yang terpadu serta sistem pengawasan dan penegakan hukum yang efektif dan efisien.
Adapun cara kerja prosedurnya meliputi :
1.         Prosedur untuk bahan kimia;
2.         Notifikasi ekspor;
3.         Prosedur bahan kimia yang dilarang dan sangat dibatasi ;
4.         Prosedur formulasi pestisida sangat berbahaya.

Selain itu adalah dengan pertukaran informasi yang terdiri dari :
1.            Penyampaian ringkasan seluruh notifikasi tindakan pengaturan final yang melarang dan membatasi bahan kimia;
2.            Pengajuan formulasi pestisida yang sangat berbahaya;
3.            Pemberitahuan bahan kimia yang dilarang dan sangat dibatasi di suatu negara untuk rencana ekspor pada setiap tahun kalender bahan kimia yang belum pernah menjadi subyek Konvensi;
4.            Penyertaan informasi dasar kesehatan dan keamanan dalam formulir lembar data keselamatan bahan yang disertakan bahan kimia yang diekspor;
5.            Penyediaan akses ke DNA di setiap negara pihak;
6.            Informasi bahan kimia yang harus tersedia bagi masyarakat.

Selain itu  dari dokumen-dokumen tertentu seperti teks Konvensi yang berkaitan dengan ketentuan dan kewajiban yang berlaku kepada seluruh pihak, Formulir dan instruksi Sekretariat, edaran prosedur persetujuan yang diinformasikan dini untuk bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu dalam perdagangan internasional dan dokumen pedoman keputusan.

2.2. Konvensi Stockholm
Konvensi Stockholm adalah perjanjian internasional bidang lingkungan yang bertujuan melindungi lingkungan hidup dan kesehatan dari bahan pencemar organik yang persistent ( POPs ).
Sebelum membahas lebih jauh tentang konvensi Stockholm perlu kiranya kita mengetahui apakah yang dimaksud dengan POPs itu. POPs ( Persisent Organic Pollutants ) merupakan sejumlah bahan pencemar kimia beracun. Berdasarkan definisi tersebut berarti yang dimaksud dengan persistent-POPs adalah tidak mudah terurai melalui proses fisika, kimia, dan biologi. POPs juga cenderung berakumulasi pada jaringan lemak manusia dan hewan serta dapat bertahan di dalam tubuh selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Sedangkan yang dimaksud dengan Organik adalah senyawa yang berbasis karbon dijumpai di alam. Bahan kimia organik dapat diproduksi oleh manusia dalam bentuk sintesis seperti POPs. POPs lain seperti dioxin terbentuk sebagai produk sampingan dari reaksi kimia atau proses pembakaran yang tidak disengaja.
Dan yang dimaksud Pollutant-POPs dilepaskan ke lingkungan oleh kegiatan industri dan digunaklan di bidang pertanian. Bahan-bahan ini menyebabkan udara, air, tanah, pangan, minuman dan bahkan tubuh kita terkontaminasi.
POPs pada dasarnya tidak dapat ditemukan di alam bebas tetapi merupakan produk yang tidak disengaja atau produk sampingan dari kegiatan industri. Beberapa bahan-bahan kimia POPs ditemukan pada bahan kimia industri pada peralatan listrik seperti transformator atau kapasitor yang mengandung Polyclhorinated Biphenyl ( PCB ). Dioxins dan furans ( produk sampingan ) dihasilkan tanpa disengaja dari proses bleaching ( pemutih ) pabrik kertas. Beberapa senyawa POPs digunakan pada sektor pertanian untuk pencegahan hama seperti Dieldrin dan Diethane Dioxin Tetrachlor ( DDT ) dan yang lainnya digunakan pada pengawetan kayu atau sebagai insektisida.
Bila POPs ini digunakan maka akan berdampak bagi kesehatan manusia dan lingkungan. terhadap kesehatan manusia adalah memunculkan kekhawatiran akan dampak negatif  POPs pada kesehatan manusia telah berlangsung puluhan tahun yang lalu. Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara POPs dengan kesehatan manusia, dengan adanya implikasi bahan tersebut terhadap sistem reproduksi, penurunan kekebalan tubuh pada bayi dan anak-anak, kelainan fisik dan mental, dan kanker. Lebih kronik dari beberapa bahan kimia POPs dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh seperti : hati, paru-paru, gunjal, thyroid, gangguan hormon endocrin, dan alat reproduksi.
Konvensi Stockholm lahir dari kekhawatiran akan dampak negatif dari bahan kimia POPs yang mendorong UNEP, WHO, International Forum on Chemical Safety ( IFCS ), dan organisasi dunia lainnya mengembangkan Global POPs Actioan Plan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkunmgan hidup dari POPs yang dilaksanakan oleh UNEP pada Pebruari 1997 dan disahkan oleh World Health Assembly pada Mei 1997.
Pada bulan Juni 1998 dilaksanakan pertemuan Intergovernmental Negotiating Commttee ( INC ) di Montreal dan memulai negosiasi global tentang pemberlakuan Konvensi untuk mengurangi masalah dampak negatif dari bahan kimia POPs. Pertemuan negosiator memberikan daftar 12 POPs yang diawasi. Konvensi Stockholm diadopsi pada Mei 2001 di Stockholm Swedia.

Konvensi Stockholm sendiri bertujuan melindungi lingkungan hidup dan kesehatan manusia dari bahan pencemar organik yang persistent ( POPs ).  Konvensi Stockholm didasari oleh prinsip-prinsip Deklarasi Rio, antara lain :
1.         Prinsip “tanggung jawab bersama yang dibedakan” yaitu :semua negara mempunyai semangat yang sama untuk menjaga, melindungi dan memperbaiki kesehatan dan integritas ekosistem bumi namun dengan kontribusi yang berbeda disesuaikan dengan kemampuannya;
2.         Prinsip “Pencemar Membayar” yaitu : otoritas Nasional harus berupaya untuk memasukkan biaya lingkungan ke dalam kegiatan pembangunan dan penggunaan instrumen ekonomi, atas dasar pertimbangan bahwa pencemar wajib menanggung biaya akibat pencemaran.
Konvensi ini mengatur juga kewajiban para pihak yaitu :
1.         Mengurangi atau menghentikan pelepasan dari produksi  dan penggunaan secara sengaja;
2.         Mendaftarkan POPs yang masuk kategori pengecualian;
3.         Mengurangi atau menghentikan pelepsan dari produksi yang tidak dikehendaki;
4.         Mengurangi atau menghentikan pelepasan dari timbunan dan limbah;
5.         Membuat rencana pelaksanaan nasional;
6.         Meningkatkan dan memfasilitasi informasi, pendidikan, dan kesadaran kepada masyrakat;
7.         Kerja sama internasional dan bantuan teknis;
8.         Memberikan iuran sesuai dengan kemampuan.

Bagi yang meratifikasi konvensi ini akan merasakan manfaatnya yaitu :
1.            Bekerja sama dalam melindungi lingkungan hidup dan kesehatan manusia secara global dan nasional;
2.            Mendapatkan fasilitas untuk mengembangkan rencana implementasi nesional;
3.            Mendapatkan fasilitas dalam membangun kapasitas untuk mengurangi, melenyapkan, dan menghindari produk dan penggunaan POPs;
4.            Mendapatkan fasilitas untuk mengembangkan sistem pengelolaan POPs secara komprehensif dan integratif;
5.            Mendapatkan bantuan finansial dalam pengelolaan POPs.

Agar manfaat tersebut dapat juga melindungi lingkungan hidup dan manusia dari POPs maka diperlukan langkah-langkah seperti :
1.            Menghilangkan/menghentikan POPs yang ada dengan cara membuang dan mengelola persediaan bahan kimia POPs yang sudah tidak terpakai dengan cara yang benar dan berwawasan lingkungan serta dapat mengidentifikasi peralatan yang mengandung PCB;
2.            Menghindari produksi dan penggunaan POPs lebih lanjut dengan cara menemukan dan menggunakan alternatif , menghentikan dan membatasi produksi dan penggunaan lebih lanjut, mengidentifikasi bahan kimia dengan karakteristik POPs dan menghindari POPs baru, dan membatasi penggunaan DDT untuk pengendalian vektor penyakit;
3.            Mengurangi emisi POPs yang tidak bisa dilenyapkan dengan cara mengidentifikasi sumber dan mengurangi pelepasan dari POPs yang diproduksi tanpa sengaja, meningkatkan tindakan yang mencakupi penggunaan teknologi terbaik yang tersedia dan dapat digunakan khususnya pada proses pembakaran untuk menghindari keluarnya bahan kima POPs yang tidak diinginkan dari proses tersebut, melanjutkan pengurangan dan bila mungkin penghilangan secara maksimal dari jumlah pelepasan Dioxin, Furans, dan PCB.

Untuk mendukung langkah-langkah tersebut di atas dapat juga dilakukan cara-cara yaitu dengan mengidentifikasi situasi nasional, menetapkan keputusan, dan membuat rencana pelaksanaan nasional.
Dari kedua deklarasi di atas dapat dilihat suatu gambaran betapa perkembangan perdagangan internasional bahan kimia dan organik sangatlah cepat. Akan tetapi perkembangan ini pun memacu perkembangan pada peraturan/hukum yang mengatur agar tidak terjadi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

3.          DINAMIKA BAHAN TOKSIK DI LINGKUNGAN

Perjalanan suatu polutan dari sumbernya sampai ke tubuh kita dapat berlangsung sederhana ataupun kompleks.  Apabila sebuah kaleng tiner dibuka dalam suatu ruangan yang tidak berventilasi, maka uapnya kemungkinan tidak akan mengalami perubahan kimia apapun karena hanya menempuh jarak yang pendek dari kaleng sampai ke hidung.  Pengalaman sehari-hari menunjukan adanya hubungan antara jumlah yang menguap dari kaleng dan jumlah yang masuk ke dalamtubuh melalui hidung.  Sebaliknya apabila suatu pabrik mengeluarkan polutan gas ke udara sejauh 80 kilometer, maka lintasan gas melalui atmosfer relative rumit.  Reaksi kimia di atmosfer kemungkinan akan merubah komposisi gas tersebut selama perjalanannya dengan angin, dan jumlah polutan yang dapat mencapai komunitas akan tergantung pada kondisi cuaca setempat.  Pada situasi yang demikian ini, pengalaman sehari-hari kemungkinan tidak dapat memberikan prakiraan pemaparan yang diperlukan terhadap manusia.
3.1.            UDARA
Atmosfer merupakan tempat masuknya berbegai polutan ke dalam lingkungan, seperti uap zat kimia dari industry dan gas buang kendaraan bermotor.  Di atmosfer terjadi berbagai proses kimia yang dapat merubah bentuk maupun tingkat toksisitas polutan udara.  Kebanyakan polutan ini berbentuk gas, dan beberapa diantaranya berbentuk suspense dari partikel kecil, cair atau padat (disebut sebagai aerosol atau partikulat bila hanya berbentuk padat), dan beberapa diantaranya larut dalam awan atau butir-butir hujan.  Polutan dapat mencapai tubuh kita dari udara baik langsung melalui pernafasan, kontak melalui kulit, atau secara tidak langsung melalui makanan atau air setelah polutan itu jatuh dari udara ke tanah atau air.
3.2.            AIR
Kumpulan dari seluruh air di bumi disebut hidrosfer.  Di dalam hidrosfer, air secara terus menerus mengalami daur ulang sebagaimana hujan dan salju, air yang mengalir ke danau dan laut, dan air laut atau air tawar yang menguap membentuk awan yang kemudian menjadi hujan.  Karena banyak polutan yang larut dalam air, pergerakan air melalui hidrosfer mengakibatkan adanya pergerakan bahan toksik.  Air dapat melarutkan zat-zat polutan, dan merupakan medium untuk mempercepat reaksi kimia diantara bahan-bahan yang terlarut.  Hal ini membuat hidrosfer merupakan reactor kimia yang dapat mengubah toksisitas dari berbagai bahan.
3.3.            TANAH
Karena polutan udara itu biasanya terpancar di atas tanah maka dapat dimengerti bahwa banyak bahan-bahan toksik di udara akan jatuh ke permukaan bumi dan akan masuk ke dalam tanah.  Darisini polutan-polutan ini kemungkinan akan mengalami transformasi kimiawi oleh organism yang hidup di dalam tanah.  Sebagai contoh gas ammonia yang ada di atmosfer cukup mudah larut dalam air.  Setelah gas ini larut dalam air hujan dan jatuh mencapai tanah, ammonia dapat diubah oleh mikroorganisme dalam tanah menjadi nitrat, yang seperti juga ammonia merupakan suatu unsure hara tanaman.  Zat ini kemungkinan juga dapat diubah oleh mikroorganisme menjadi nitrit, yang lebih toksik dari pada dua bentuk sebelumnya.
Apakah zat-zat polutan di dalam tanah mengalami atau tidak mengalami perubahan kimiawi, mereka (atau produk hasil perubahannya) mengalami salah satu diantara empat nasib berikut.  Pertama, kemungkinan zat-zat itu akan diambil atau diserap oleh tanaman yang tumbuh di tanah (dan kemungkinan dimakan oleh manusia atau organism lainnya).  Sebagai contoh, unsure hara mikro selenium, seringkali ditemukan di tanah-tanah yang terkena hembusan angin dari industry yang membakar minyak, diserap oleh tanaman yang berdaun hijau dan kita makan sebagai sayur-sayuran.  Kemungkinan kedua, polutan yang ada di dalam tanah itu digelontor oleh air hujan dan masuk ke badan air.  Sebagai contoh, banyak pestisida yang melintas dari lahan pertanian ke sungai atau danau melalui cara tersebut.  Kemungkinan ketiga bahwa polutan yang ada di dalam tanah itu cukup mudah menguap dan masuk ke dalam atmosfer.  Sebagai contoh adalah DDT.  DDT ini menguap bersama air dari permukaan tanah, dan begitu berada diatmosfer, zat ini mampu untuk bergerak sampai ke tempat yang cukup jauh.  Akhirnya beberapa polutan tanah, terutama logam-logam toksik tertentu, akan tetap berada di dalam tanah selamanya, karena zat-zat itu bukan merupakan zat yang mudah menguap, tidak mudah larut, dan tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

4.            KARAKTERISTIK DIOXIN

Dioksin merupakan sebutan untuk sekelompok zat-zat kimia berbahaya yang termasuk ke dalam golongan senyawa CDD (chlorinated dibenzo-p-dioxin), CDF (chlorinated dibenzo furan) atau PCB (poly-chlorinated biphenyl). Ada ratusan senyawa yang termasuk dioksin. Salah satunya yang paling beracun adalah TCDD (2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin).   Senyawa-senyawa dioksin mempunyai struktur kimia yang sangat stabil dan bersifat lipofilik atau tidak mudah larut dalam air namun mudah larut di dalam lemak. Karena kestabilan strukturnya ini, maka dioksin tidak mudah rusak atau terurai. Dioksin dapat berada di dalam tanah dan terakumulasi sampai 10-12 tahun. Karena bersifat lipofilik, maka diaoksi dapat terakumulasi dalam pangan yang punya kadar lemak tinggi. Misalnya, susu, daging (sapi, babi maupun unggas), mentega, keju, telur bahkan ikan.
            
  Yang lebih membahayakan, karena dioksin merupakan zat kimia yang bersifat sangat stabil, maka pencemaran dioksin dalam jumlah sedikit pun cukup berbahaya. Karena dapat menumpuk sedikit demi sedikit sampai suatu saat cukup banyak untuk dapat menyebabkan penyakit.   Memang sangat mengerikan efek yang ditimbulkan oleh dioksin dari hasil PLTSa. Meskipun demikian, bukan berarti dioksin yang dihasilkan dari pembakaran sampah tidak bisa dijinakan. Sebab, berdasarkan penelitain, ternyata dioksin itu dihasilkan dari hasil pembakaran bersuhu di bawah 800 derajat celsius. Lebih panas dari itu, dioksin akan nol.  Karena itulah, pembakaran sampah di rumah-rumah merupakan salah satu kontributor penghasil dioksin. Pada hal cara ini sudah biasa dilakukan oleh penduduk Indonesia. Sadar akan bahaya itu, di Amerika Serikat sudah lama berlaku larangan pembakaran sampah di pekarangan rumah.    Artinya, dioksin bisa ''dijinakkan'' jika pembakaran berlangsung pada suhu di atas 800 derajat celsius. Pada bebarapa PLTSa yang sudah beroperasi di beberapa negara, pembakaran berlangsung pada suhu di atas 800 derajat celsius. Bahkan bila sesuai rencana, seperti diutarakan tim pengkaji dari ITB, pembakaran di PLTSa Gedebage akan berlangsung pada suhu 900 hingga 1.200 derajat celsius.  Pada suhu sepanas ini, dioksin bisa langsung terurai. Selain lewat pemananasan sekitar 1.000 derajat celcius, dioksin pun dapat ''dicerna'' dengan menggunakan karbon aktif. Zat ini juga sekaligus berperan untuk menyerap uap merkuri dan gas CO. Dan pada hampir PLTSa, selalu ada proses ini.
Dioksin adalah sebutan umum bagi senyawa-senyawa kimia yang ditemukan di lingkungan. Senyawa yang mudah bereaksi ini dihasilkan dari industri yang menggunakan bahan baku mengandung klorin dan karbon.
Jika orang berbicara tentang dioksin, pada umumnya yang dimaksud adalah kelompok chlorodibenzo-p-dioxin (CDD). Dari kelompok ini yang dianggap paling beracun adalah 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD).
Dioksin merupakan bahan kimia yang sangat stabil dan tahan terhadap proses perusakan alamiah selama bertahun-tahun. Titik cairnya pada suhu 305 oC dan destruksi termal baru terjadi pada suhu 700 oC, sehingga untuk menghancurkannya secara sempurna perlu suhu 1.000 – 1.500 oC. Tidak heran bila EPA memperkirakan waktu paruh dioksin di lapisan tanah antara 10 dan 30 tahun.
Selain itu, dioksin larut dalam lemak dan minyak. Ia tidak larut di air maupun udara. Akibatnya dioksin akan terakumulasi dalam jaringan makhluk hidup dan berlipat dalam konsentrasinya setelah ia naik ke jenjang yang lebih tinggi dalam rantai makanan. Dengan begitu, makhluk hidup terakhir menjadi penampung kandungan dioksin terbesar. Pada posisi inilah manusia berada.
Dioksin dapat bertahan di lingkungan dalam waktu yang lama (persisten) sehingga akan terakumulasi dalam tanah dan hewan termasuk manusia (bioakumulasi).  Dioksin adalah salah satu jenis organoklorin yang memiliki empat klor, dua oksigen dan dua cincin benzena. Klor adalah unsur halogen yang sangat reaktif sehingga mudah bereaksi dengan senyawa organik maupun senyawa lainnya. Sebagian besar organoklorin menimbulkan efek toksik seperti dioxin dan furan. Zat kimia mematikan ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi di daerah masyarakat pesisir yang mempunyai pabrik pulp (Powell River, Squamish, Duncan, Nanaimo, and Campbell River).  Dioxin sering digunkaan untuk menyatakan tiga jenis zat kimia dengan toksisitas akut yaitu dioksin, furan dan polychlorinated biphenyls (PCBs) yang semuanya memiliki dua cincin benzena dan senyawa klorin. Bentuk dioksin yang paling toksik adalah 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD). Struktur dioksin ditunjukkan dalan gambar di bawah ini. Dalam industri kertas dioksin terbentuk dari klorin yang berikatan dengan senyawa organik dalam kayu.
Dioksin adalah nama senyawa yang diberikan pada suatu kelompok senyawa kimia yang bersifat super-toxic, yang jumlahnya ratusan, yang keberadaannya sangat mengganggu dalam lingkungan hidup. Senyawa dioksin yang paling beracun adalah 2, 3, 7, 8 tetrakloro-dibenzon-p-dioksin atau TCDD. Daya keracunan dari senyawa dioksin lainnya seperti PCB (Poliklorit Bifenils) yang bertingkah laku menyerupai dioksin, diukur dan disetarakan secara relatif terhadap TCDD.   Dioksin terbentuk secara tidak sengaja sebagai produk samping dari proses industri kimia yang melibatkan klorin, termasuk di dalamnya proses pembakaran sampah insinerasi, produksi samping industri pembuatan pestisida dan pulp serta proses pemutihan (bleaching) kertas. Dioksin merupakan senyawa racun utama yang terdapat dalam Agent Orange, yang ditemukan pada Love Canal di Niagara Fall, Amerika Serikat, yang mengakibatkan penduduk setempat berbondong-bondong meninggalkan daerah tersebut.  Dioksin dibentuk sewaktu terjadinya pembakaran senyawa yang berbasis klorin dengan hidrokarbon. Dalam praktiknya, sumber kontaminasi utama dari dioksin berasal dari lingkungan yaitu sebanyak 95 persen berasal dari insinerator hasil pembakaran limbah atau sampah yang mengandung klorin.   Sumber utama ekspose dioksin bagi kesehatan manusia berasal dari bahan pangan. Karena dioksin bersifat larut dalam lemak, maka terakumulasi dalam pangan yang relatif tinggi kadar lemaknya. Kandungan dioksin tersebar (97,5 persen) ke dalam produk pangan secara berurutan konsentrasinya yaitu daging, produk susu, susu, unggas, daging babi, daging ikan, dan telur. Pada daging ikan saja, dioksin dapat terakumulasi dalam rantai pangan, sehingga tingkat kadar dioksinnya mencapai 100.000 kali dari kadar dioksin yang terdapat dalam lingkungan sekitarnya.

4.1.  SUMBER DIOXIN
Dioksin sangat jarang terdapat dalam alam, sebagian besar dioksin berasal dan datang atau bersumber dari manusia. Sejarah mengapa dioksin mulai terakumulasi ke dalam lingkungan hidup yaitu ketika founder perusahaan Dow Chemical (Midland, Michigan) menemukan suatu cara membelah molekul garam dapur (NACl) sehingga pecah menjadi atom-atom natrium dan atom klorin.  Dengan demikian, hal itu menjadi tonggak sejarah pertama kali manusia mampu menghasilkan jumlah klorin bebas secara besar-besaran. Disebut klorin bebas karena tidak melekat pada senyawa atau atom lain. Pada awalnya, mereka kebingungan mau diapakan klorin bebas tersebut, yang merupakan limbah yang tidak tahu kegunaannya dan bersifat berbahaya.  Namun tidak lama kemudian, mereka menemukan pemanfaatan limbah tersebut menjadi produk yang berguna dengan cara menempelkan atom-atom klorin pada molekul petrokimia hidrokarbon, dan akibatnya, selama tahun 1930-1940-an terciptalah berbagai produk klorinat-hidrokarbon. Lahirnya senyawa baru tersebut, mampu meningkatkan perkembangan berbagai produk jenis pestisida yang saat ini berkembang mendampingi kehidupan manusia, di samping berkembang pula berbagai jenis pelarut, serta plastik yang dapat dihasilkan dari klorin bebas tersebut.
Pada saat klorinat-hidrokarbon tersebut diproses di pabrik, atau dibakar dalam insinerator, terbebaskan produk hasil samping yang sangat tidak dikehendaki, yaitu dioksin, suatu jenis keluarga senyawa kimia beracun yang paling beracun yang pernah dipelajari dan diketahui manusia.  Seirama dengan kemajuan industri dan penggunaan bahan organik yang terklorinasi dan plastik (PVC), herbisida dan insektisida di suatu negara, maka dalam tubuh manusia setempat semakin tinggi kandungan dioksinnya. Dioksin yang terbentuk selama pembakaran, masuk ke dalam udara bersama abu-abu yang beterbangan, kemudian mengendap pada tanaman, kebun-kebun tanaman pangan, kemudian dikonsumsi oleh ternak, sapi, babi, dan ayam akhirnya dikonsumsi manusia. Di samping itu, dioksin yang jatuh dari udara masuk ke dalam danau, sungai, dan laut.
Dioksin tidak hanya dihasilkan dari pembakaran sampah, tetapi dapat dihasilkan oleh semua pembakaran. Gas emisi kendaraan, kebakaran hutan, asap rokok dan dari perkara lain di sekitar kita juga dihasilkan. Selain itu, juga proses pemutihan bubur kertas pun dihasilkan, dan ada kadangkala dihasilkan sebagai impurity pada proses produksi senyawa khlorinat organik.
Setiap pembakaran tidak sempurna sesuatu yang mengandung khlor akan menghasilkan dioksin.
Terjadinya dioksin dalam pembakaran sampah, dapat dikendalikan dengan penguraian suhu tinggi dioksin atau prehormon melalui pembakaran sempurna yang stabil. Untuk itu, penting untuk mempertahankan suhu tinggi gas pembakaran dalam tungku pembakaran, menjaga waktu keberadaan yang cukup bagi gas pembakaran, serta pengadukan campuran antara gas yang belum terbakar dan udara dalam gas pembakaran. Kemudian terhadap pencegahan pembentukan senyawa de novo yang juga merupakan penyebab munculnya dioksin, pendinginan mendadak serta pengkondisian suhu rendah gas pembakaran akan efektif.









Selain itu, terhadap debu terbang yang dikumpulkan dengan penghisap debu yang banyak mengandung dioksin, ada teknologi pemrosesan reduksi khlorinat dengan panas. Untuk udara atmosfir yang dikembalikan, karena menggunakan reaksi reduksi khlorinat dengan menukar khlor yang terkandung dalam dioksin dengan hidrogen, dengan terus memanaskan debu terbang pada suhu 350 ke atas, 95 dioksin dalam debu dari jumlah totalnya akan terurai. Ini digunakan sebagai teknologi yang dapat menguraikan dioksin dengan energi input lebih sedikit dibandingkan dengan peleburan.  
Sumber utama pemasok dioxin pada lingkungan  adalah industri pestisida.  Penggunaan pestisida tidak hanya untuk membunuh hama dibidang pertanian maupun perkebunan tapi juga digunakan sebagai alat untuk berperang.  Seperti yang terjadi pada perang Vietnam penggunaan herbisida Agent Orange dalam Perang Vietnam (1960 – 1970) ternyata juga menyemburkan dioksin. Sumber dioxin berasal dari Agent Orange yang berfungsi untuk merontokkan dedaunan agar hutan-hutan Vietnam tidak bisa digunakan untuk bersembunyi tentara Vietkong.

 
Selain pestisida, industri pulp and paper juga merupakan pemasok dioxin. Menurut Judi Tjahjono peneliti dari Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK), dalam seminar teknologi pulp dan kertas 2007 di Bandung, Dewasa ini teknologi pemutihan nampaknya cenderung lebih banyak ke arah pemakaian khlordioksida dan oksigen untuk prebleaching. Penggunaan khlordioksida pada tahap awal pemutihan menghasilkan buangan dengan kandungan bahan beracun yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan khlor.   Dari informasi yang diperoleh dari Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), di Indonesia terdapat 18 perusahaan pulp dengan total produksi 6,29 juta ton per tahun dan laju pertumbuhan ekonominya 2,25 persen. Pada umumnya, mereka masih menggunakan khlorin. Itu artinya pembuatan kertas masih menghasilkan senyawa berbahaya.   Karena proses yang dilakukan adalah melakukan penyemprotan.  Proses penyemprotan pada  industri kertas dan pulp   menggunakan pemutih klorin.
Selain itu  pabrik plastik polyvinyl chloride (PVC) adalah merupakan salah satu sumber pencemar dioxin pada lingkungan. Selama 40 tahun terakhir, seperti kita ketahui, perkembangan jenis industri tersebut di atas memang terasa sangat dramatis.  Suatu contoh, ternyata lingkungan hidup kita dikitari serba plastik PVC, mulai dari kemasan. Bahan baku berbagai produk yang ada dalam rumah tangga, seperti sepatu, sandal, kulit imitasi, pipa air, bahan isolasi kabel, karpet, pelapis tekstil.  Selain itu terdapat juga pada kertas, maupun logam, bahan tenunan, dan sarung tangan. Industri otomotifpun memanfaatkan PVC misalnya penutup tempat duduk mobil, insulasi kawat listrik, botol-botol sampo, sampai tas tangan, pipa-pipa air dan wall paper, sebagian benda-benda tersebut terdiri dari senyawa PVC atau senyawa organik yang terklorinasi.
Pada gambar 1 terlihat perkembangan keberadaan  dioxin di lingkungan sejak tahun 1987 hingga 2000 yang dilakukan oleh U.S. EPA (Environmental Protection Agency) pada tahun 2006.  Menunjukan bahwa sumbangan dioxin terbesar pada tahun 1987 berasal dari lumpur badan perairan dimana umumnya pabrik-pabrik membuang limbahnya ke badan perairan. Penyumbang terbesar kedua berasal dari limbah rumah sakit dan ketiga dari hasil pembakaran yang menggunakan suhu tinggi yang berasal dari industry kemudian diterbangkan ke udara. 
Gambar 1.  Cemaran dioxin pada lingkungan Amerika Serikat

Bila senyawa tersebut dimanufaktur atau dibakar, terbentuklah dioksin sebagai produk samping.  Pada 20 tahun terakhir, masyarakat mulai membakar sampah-sampah keluarga, demikian halnya dengan sampah industri serta sampah medis, dibakar bersama dalam insinerator. Pembakaran yang disebabkan oleh kendaraan bermotor mempunyai kontribusi yang paling kecil.  Pada tahun 1995 terjadi pergeseran sumbangan dioxin pada lingkungan,  seperti yang terlihat pada gambar 1 dimana pembakaran-pembakaran pada suhu tinggi, misalnya pembakaran hutan atau akibat industry mempunyai kontribusi yang besar terhadap keberadaan dioxin pada lingkungan.  Hasil temuan  pada tahun 2000, menunjukan bahwa sudah ada usaha dari  industri-industri untuk  meminimalisasi limbahnya yang dibuang ke badan perairan.  Hasil temuan pada tahun 2000 yang dinarasikan dalam gambar pie menunjukan bahwa sumbangan tertinggi adalah terjadinya pembakaran yang tinggi terhadap bahan-bahan industri yang mengandung dioxin serta berkembangnya usaha transportasi atau kendaraan bermotor yang menggunakan oli merupakan penyumbang dioxin ke udara.   Hasil penelitian Prof. Dr. drh. Mirnawati dan B. Sudarwanto dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB menunjukan bahwa  Oli termasuk penghasil dioxin bila dilakukan proses pembakaran.
Pada table dibawah terlihat bahwa peringkat pertama dalam menyumbangkan dioxin ke udara adalah akibat dari sampah, bila dilihat pada tahun 1987 kontribusi dari sampah pada tempat pembuangan akhir (TPA) mencapai 63.8%, kemudian terjadi penurunan pada tahun 1995 menjadi 40.5%.  sedangkan pada tahun 2000 sumbangan dioxin di udara terjadi akibat pembakaran sampah rumah tangga sebesar 35.1%.  Selain itu sampah dioxin tertinggi berasal dari rumah sakit yang kontribusinya mencapai 18.4% pada tahun 1987 dan terjadi peningkatan menjadi 26.6% pada tahun 2000.
Selain itu alam juga turut menyumbang dioksin. Pundi-pundinya berasal dari kebakaran hutan maupun aktivitas gunung berapi. Dalam tingkatan yang rendah dioksin juga bisa ditemukan di semua lingkungan (udara, air, dan tanah). Karena sifat fisik dan kimianya, dioksin terutama ditemukan di lapisan tanah, sedimen, dan biota. Aktivitas pembakaran sampah plastik juga ditengarai sebagai penyebar dioksin.

1987
1995
2000
RANK
Source
Amount
% Total
Source
Amount
% Total
Source
Amount
% Total
1
Municipal Waste Combustion
8905
63.8%
Municipal Waste Combustion
1394
40.5%
Backyard Barrel Burning
498.5
35.1%
2
Medical Waste Incineration
2570
18.4%
Backyard Barrel Burning
628
18.2%
Medical Waste Incineration
378
26.6%
3
Secondary Copper Smelting
983
7.0%
Medical Waste Incineration
487
14.1%
Municipal Wastewater Treatement Sludge
89.7
6.3%
4
Backyard Barrel Burning
604
4.3%
Secondary Copper Smelting
271
7.9%
Municipal Waste Combustion
83.8
5.9%
5
Bleached Pulp & Paper Mills
370
2.6%
Cement Kilns
156
4.5%
Coal-fired Utility Boilers
69.5
4.9%
6
Cement Kilns
118
0.8%
Municipal Wastewater Treatement Sludge
133
3.9%
Diesel Heavy-duty Trucks
65.4
4.6%
7
Municipal Wastewater Treatement Sludge
85
0.6%
Coal-fired Utility Boilers
60
1.7%
Industrial Wood Combustion
41.5
2.9%
8
Coal-fired Utility Boilers
51
0.4%
EDC/VCM Production
36
1.0%
Diesel Off-road Equipment
33.1
2.3%
9
Automobiles Using Leaded Gasoline
38
0.3%
Diesel Heavy-duty Trucks
33
1.0%
EDC/VCM Production
30
2.1%
10
2,4-d
33
0.2%
Bleached Pulp & Paper Mills
30
0.9%
Sintering Plants
27.6
1.9%

OTHER
208
1.5%
OTHER
216
6.3%
OTHER
104.9
7.4%

TOTAL
13,965
100%
TOTAL
3,444
100%
TOTAL
1,422
100%

Sebenarnya tanpa perlu menengok ke Belgia, di lingkungan sekitar kita banyak sumber dioksin. Apalagi Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang aktif. Sebuah kasus pernah diteliti oleh Sontan Sirait dari Bagian Patologi Anatomi FK-UKI Jakarta sehubungan dengan meletusnya Gunung Galunggung, Mei 1982. Kini, setelah 17 tahun berlalu, Sontan menemukan banyak kasus kanker di sana. Mirnawati juga melihat masih dipakainya DDT ("Padahal sudah dilarang.") bisa menambah barisan dioksin cemaran dioksin yang terakumulasi dalam darah dari tubuh manusia..

5.         DIOXIN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN

Meledaknya kasus keracunan dioksin, mirip kasus keracunan DDT yang menggemparkan dunia di tahun 1960-an. EPA (Environment Protection Agency) Amerika Serikat mengungkapkan, dioksin dianggap begitu berbahaya sehingga tidak ada kadar yang dianggap ''aman'' ekspose dioksin bagi manusia. `'Efeknya macam-macam seperti kanker dan jika terakumulasi bisa menyebabkan kematian'' .  Di Negara barat dioksin menjadi sesuatu yang sangat menakutkan bila dilihat dari efek yang ditimbulkan dalam tubuh manusia. Dalam tubuh sembilan puluh  (90) persen, dioksin masuk ke tubuh manusia melalui makanan. Sisanya baru lewat pernapasan dan kulit. Sehingga pada dekade akhir-akhir ini di Indonesia sudah ada usaha dari dinas kesehatan untuk mengontrol makanan-makanan asal dari Negara Amerika dan  Eropa.  Terutama produk-produk  seperti   produk makanan daging, susu, dan produk olahannya.  Produk tersebut mulai dibatasi atau  idak bebas beredar, terutama bagi produk-produk yang belum mempunyai izin dari dinas perindustrian dan perdagangan.

5.1.      Jalur masuk Dioxin dalam Tubuh Manusia
Dioksin, dianggap sebagai senyawa organik hasil ulah manusia yang paling beracun. Keracunannya hanya menempati nomor dua setelah keracunan limbah radioaktif yang mengerikan itu.  Manusia umumnya terpapar oleh bahan kimia dan organik melalui air minum, udara, atau makanan yang tercemar, serta kontak langsung dengan bahan-bahan tersebut.  Masuknya dioksin ke tubuh manusia bisa secara langsung lewat udara dan air ataupun lewat rantai makanan.
Setelah masuk ke dalam tubuh melalui selaput sel, dioksin bersatu dengan protein dasar reseptor. Maka dioksin pun akan masuk ke dalam inti sel. Di sini ia berinteraksi dengan DNA dan menyerang gen yang mengontrol banyak reaksi biokimia seperti sintesa dan metabolisme hormon, enzim, maupun faktor pertumbuhan, sehingga bisa menimbulkan dampak dari kelainan janin sampai kanker. Dioksin merupakan senyawa yang mampu mengacaukan sistem biologis hormon, yaitu dengan cara bergabung dengan reseptor hormon, sehingga mengubah fungsi dan mekanisme genetis dari sel, dan mampu menurunkan daya kekebalan tubuh serta kekacauan sistem urat saraf, keguguran kandungan, malahan dapat berakibat cacad kelahiran (birth deformity). Dioksin secara langsung mampu menurunkan sel B dan secara tidak langsung menurunkan jumlah sel T yang berperan dalam daya kekebalan tubuh.
Dioksin dapat pula menembus plasenta. Artinya, ibu hamil yang tercemar dioksin akan mengalirkan dioksin kepada bayi yang dikandungnya. Selain itu, dioksin juga dapat masuk ke dalam tubuh bayi melalui ASI. Sehingga bayi yang dikandung atau sedang disusui oleh seorang ibu yang tercemar dioksin. Homepage Indigineous Environmental Network (http://www.alphacdc.com/ien/ dioxin.html) menyatakan, ASI wanita Amerika mempunyai konsentrasi dioksin yang tinggi, yaitu 500 kali lebih tinggi daripada susu sapi.
Dioksin adalah senyawa kimia yang bersifat hidrofobik, artinya bila dioksin berada dalam air, akan menghindari air ia lebih suka jaringan lemak. Sehingga bila senyawa dioksin berada dalam badan perairan akan terikat kuat dalam jaringan lemak ikan daripa dalam badan perairan. Hasil penelitian menunjukan tingkatan dioksin dalam ikan, "100.000 kali lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan sekitar," .
Demikian juga halnya mekanisme cara pencemaran pada binatang liar. Dioksin dalam bahan makanan ternak bila masuk dalam tubuh ternak akan langsung terakumulasi pada jaringan lemak dari ternak tersebut. Di alam lingkungan, dioksin tidak mudah rusak dan dalam tubuh dioksin tidak dapat dipecah secara kimiawi maupun proses metabolisme.  Dioksin akan dikeluarkan dari tubuh secara sangat lamban, menurut waktu paruh senyawa tersebut.  Sehingga dioksin yang telah terakumulasi dalam tubuh akan hancur secara kimia mengikuti waktu paruhnya dalam tubuh (half time).   Sehingga bila dioksin sudah masuk dalam tubuh suatu mahluk hidup akan tetap terakumulasi dalam jaringan lemak. Namun bagi wanita hamil dan menyusui kadar dioksin dalam tubuhnya dapat dikeluarkan melalui plasenta masuk ke dalam janin yang sedang tumbuh. Selain itu dioksin pada wanita sedang menyusui, dioksin yang berada dalam ASI (air susu ibu), akan keluar dari tubuh ibu bila sedang menyusui bayinya.
Gambar di atas menunjukan banyak terjadi keguguran atau kelahiran anak yang cacat pada perempuan Mexico  yang berdagang dengan menjajakan dagangan pada daerah perkotaan yang tingkat kepedatan transportasinya tinggi.  Mexico terkenal di dunia sebagai Negara yang memiliki kepadatan kendaraan bermotor di jalan-jalan raya sangat tinggi.  Sehingga sebuah penelitian melaporkan bahwa plumbun yang terdapat pada lapisan es di Alaska adalah plumbum yang berasal dari kota Mexico.

5.2.      Pengaruh  Dioxin pada beberapa Species Hewan
Pada beberapa  species  burung atau ikan dengan dioksin akan mempunyai sifat terakumulasi   pada jaringan lemak. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada ikan Salmon dan jenis ikan lainnya, dioksin jenis organoklorin akan menyebabkan kerusakan genetis dan penurunan daya tahan tubuh. Sedangkan dampak pada makhluk hidup lainnya menunjukkan adanya perubahan perilaku, penurunan tingkat reproduksi, pembesaran kelenjar thyroid serta penurunan tingkat kesuburan. Dampak yang ditimbulkan terhadap species beberapa burung terjadinya penurunan populasi.  Seperti conoh pada burung elang rata-rata reproduksi burung elang menurun akibat  penipisan sel kulit telurnya. Sehingga telur elang tidak dapat dierami, begitupun dengan burung bangau putih di Jepang.

5.3.      Pengaruh  Dioxin dalam Tubuh Manusia

Dioxin dalam jumlah sedikit saja sudah berbahaya, sementara dalam jumlah besar ia bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Paparan dalam konsentrasi tinggi akan menimbulkan penyakit kulit chloracne. Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa dioksin berpengaruh terhadap hormon reproduksi pria, meskipun hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut.
Dari beberapa penelitian baru-baru ini diketahui bahwa dioksin merupakan salah satu penyebab utama penyakit kanker yang mematikan. Selain itu, dioksin juga dapat menyebabkan kanker prostat dan kanker testis, chloracne (penyakit kulit yang parah disertai dengan erupsi kulit dan kista), peripheral neuropathies, depresi, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, gangguan sistem imunitas atau pertahanan tubuh, gangguan proses pertumbuhan pada anak, dan lain-lain.  Dioksin juga dapat menyebabkan gangguan hormonal baik pada pria maupun wanita. Selain itu bisa mengganggu sistem reproduksi pria dan wanita, menurunkan jumlah sperma pada pria, dan menyebabkan gangguan pada kehamilan. Pada wanita dioksin dapat menyebabkan kanker payudara dan endometriosis.   Penyakit endometriosis. Ini adalah keadaan di mana jaringan selaput lendir rahim yang masih berfungsi tumbuh di luar rongga rahim, bisa di indung telur, dinding rahim, rongga panggul, atau tempat lain. Sebelumnya penyakit ini jarang menyerang wanita Amerika. Kini jumlahnya mencapai lima juta. Pada para wanita, kemungkinan untuk terbentuknya kanker payudara selama hidupnya meningkat dari 5% pada tahun 1960 menjadi 20% pada saat ini.
Sedangkan pada pria saat ini, jumlah sperma pria turun hingga 50% dibandingkan 50 tahun silam. Sementara sifat karsinogenik dioksin membuat tingkat kasus kanker prostat naik dua kali lipat dan kanker testis berlipat tiga.   Selain itu masih banyak gangguan-gangguan yang ditimbulkan oleh zat bioakumulasi ini.  Misalnya  gangguan perilaku, meningkatnya penyakit kencing manis (diabetes), dan rusaknya kekebalan tubuh cuma sebagian di antaranya. "Jadi bukan hanya AIDS yang bisa merusak kekebalan tubuh." Karena berlaku seperti "hormon lingkungan", maka dioksin akan menimbulkan malapetaka pada banyak proses biokimia alami tubuh.

5.4.      Ambang Batas Aman Konsumsi Dioksin pada  Manusia

Mata rantai masuknya senyawa dioksin pada manusia tidak saja melalui udara tapi juga malalui air minum, sayur, buah, daging, dan bahan makanan lain. Hasil penelitian menunjukan bahwa 97,5% senyawa kimia dioksin ditemukan pada daging, ikan, dan produk olahan susu. Dilaporkan juga pada EPA bahwa menurut pemerintah Belgia, ayam-ayam dari peternakan yang sudah tercemar dioksin mengandung kadar dioksin sebesar 700 – 1.000 pikogram per satu gram lemak.
Tahun 1998 WHO menetapkan ambang batas aman konsumsi dioksin, yakni sekitar 1 hingga 4 pikogram dioksin per kilogram berat badan. Seandainya berat badan 60 kg, batas amannya adalah 240 pikogram dioksin. Lebih dari itu, dioksin sangat berbahaya bagi kesehatan, Karena dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang serius.
Dari hasil evaluasi EPA (1994), telah dikonfirmasikan bahwa dioksin merupakan senyawa organik yang paling beracun pada manusia, pengaruhnya sangat negatif terhadap risiko kesehatan, bahkan dengan dosis yang sangat kecil yaitu 10-15 ppt (part per trillion), yang terakumulasi selama hidup.  Berdasarkan hal tersebut, EPA menetapkan ambang batas dioksin yang masih ''dapat diterima'' adalah sekitar 0,006 pikogram (seper juta-juta gram) per kilogram berat badan, atau sekitar 0,40 pikogram untuk seorang dewasa.
Kadar dioksin yang terkandung dalam bahan makanan disampaikan oleh EPA (USA) dalam satuan pg/hari. Total ekspose sekitar 119 pg/hari; pg = pycogram = 10 pangkat -12 gram.  Kandungan dioksin dalam bahan makanan  dapat terlihat pada table dibawah ini;

No
Nama Produk
Kadar
1.
Daging
38
2
Ikan
7,8
3
Produk susu
24
4
Telur
4,1
5
Susu sapi
17,6
6
Pernapasan
2,2
7
Unggas
12,9
8
Tanah
0,8
9
Daging babi
12,2
10
Air
tidak ada

5.5.  Ubah Pola Makan
Di  Indonesia dioksin memang masih asing bagi awam. Menurut Mirnawati, pakar dioksin dari Institut Pertanian Bogor, mengeliminasi makanan tertentu yang dianggap sebagai sumber residu dioksin tidak akan menyelesaikan masalah, malah justru bisa menambah masalah akibat kurangnya zat makanan tertentu yang esensial. Misalnya susu. Mengeliminasi susu bisa menyebabkan tubuh kekurangan kalsium, atau laktosa, yang sangat dibutuhkan bayi untuk mengembangkan sel-sel otaknya. Solusi yang tepat adalah mencari susu rendah lemak. Skim contohnya. Bagi ibu hamil atau menyusui, jangan minum susu yang full milk. "Yang dibutuhkan ‘kan laktosanya, proteinnya. Enggak perlu lemaknya ‘kan?"
Maka upaya yang bisa dilakukan adalah meminimalkan atau mengurangi paparan dioksin. Caranya bisa dengan memilih potongan daging yang tidak berlemak atau sedikit lemaknya. Anda suka kerupuk kulit? "Itu biangnya,".   Upaya lain adalah dengan mengubah pola makan, yakni porsi sedang dan lebih banyak ragamnya. "Dan bagi yang suka sayuran dan buah-buahan, jangan lupa, cucilah sebelum memakannya," .
Pencegahan bisa diawali dengan melindungi tubuh dari kontaminan dioksin. Menurut Arnold Schecter, guru besar pengobatan pencegahan dari State University of New York Health Science Center di Binghamton, caranya dengan mengurangi – atau kalau bisa – menghindari konsumsi daging, ikan, dan produk olahan susu. Alasannya, makanan tersebut memiliki konsentrasi dioksin yang lebih tinggi dibandingkan dengan buah-buahan dan sayuran. Asisten Administrator EPA, Lynn Goldman, juga menekankan, kadar dioksin dalam tumbuhan sangat rendah.
Pembakaran sampah plastik juga harus dihindari. Demikian pula dengan kayu yang diawetkan dengan pentachlorphenol. Hati-hati pula terhadap deodoran dan medicated soap yang memakai bahan hexachlorphen dan obat antijamur hexoclorbenzene. Zat-zat tadi, ditambah DDT, aldrin, dieldrin, dan endrin, masuk kategori persistent organic pollutant (POP).
Di luar dampaknya terhadap kesehatan, kasus Belgia memberikan dua pelajaran. Yang pertama bahwa apa yang kita tabur dan tuang ke lingkungan, pada akhirnya akan kembali kepada kita.
Menurut  Mirnawati, kasus dioksin di Belgia mengungkapkan betapa kekuasaan dapat mengaburkan hati nurani. Sebenarnya kasus ini sudah diketahui jauh sebelumnya. Awalnya adalah sebuah peternakan ayam di Jerman yang curiga mengapa ayam mereka lambat besar dan telurnya sedikit. Setelah ditelusuri, ternyata pakannya mengandung dioksin. "Diusut lagi, pakan itu berasal dari Belgia,". Selain ke Jerman, pakan itu diekspor pula ke negara tetangga lain. Jean-Luc Dehaena mencoba memetieskan kasus itu demi pemilu yang sedang dihadapinya. Apa lacur, justru langkah itu yang membuatnya terjungkal.
Data dan informasi dari negara maju, khususnya Amerika Serikat sebagai pertimbangan. Daging ternak, terutama daging sapi dan babi termasuk daging yang paling tinggi kandungan dioksinnya. Karena alasan usaha mengurangi konsumsi produk tersebut, dilihat dari segi keamanan pangan dianggap langkah bijaksana. Meskipun daging ayam memiliki kadar dioksin terendah, tetapi masih cukup bermakna dalam mengganggu kesehatan manusia. Yang jelas produk nabati, seperti tahu, tempe, biji-bijian, kacang-kacangan masih dianggap paling praktis dan aman karena biasanya tidak terkontaminasi oleh dioksin.  Bila ingin mengkonsumsi susu, pilihlah mengkonsumsi susu skim (non fat), hindari semua produk susu yang penuh lemak, seperti mentega, keju dan ice-cream. Untuk golongan menengah ke bawah hal itu sudah tiap hari dilakukan. 

5.6.            bahan Lain yang Berpotensi sebagai Pencemar
Hindarkan diri dari sentuhan bahan organik yang mengandung ''kloro'' yang dapat dikenali dari bagian namanya seperti pengawet kayu pentoklorofenol, yang barangkali merupakan salah satu bahan kimia yang terdapat dalam alat rumah tangga yang tinggi potensinya dalam kandungan dioksin. Hindarkan chlorine bleach product (sodium hipoklorit), gunakan kertas yang tidak di-bleach.  Mainan anak yang terbuat atau dikemas dalam PVC (label V atau #3-plastic) sebaiknya dihindarkan dari anak. Mainan anak yang mengandung beads PVC, sering menyebabkan penyakit kanker dari uap vinilklorit yang diproduksi, produk tersebut sering juga terkontaminasi dioksin. Hindarkan dari penggunaan saran wrap, atau cling-type plastic wrap. Kini banyak pembungkus aman yang disebut non-chlorinated plastic.  Disarankan agar mencuci semua buah-buahan dan sayuran untuk membuang residu pestisida klorofenol. Hindarkan diri dari deodorant soap, atau yang mengandung triklosan, suatu senyawa klorofenol.

5.7.            Usaha Mereduksi Dioksin

Salah satu usaha untuk mereduksi ancaman dioksin adalah cegah pembakaran sampah, pelarangan industri manufaktur PVC dan senyawa kimia klorinat lain.  Tekan dengan peraturan pemasaran produk-produk yang berpotensi tinggi terkontaminasi dioksin. Sebagai langkah preventif, larangan Dirjen POM terhadap impor produk daging, ayam dan telur dari Eropa, perlu mendapat dukungan oleh mereka yang peduli terhadap keamanan pangan dan hidup sehat.  Pemerintah pasca-pemilu diharapkan lebih peduli dan serius terhadap  keamanan pangan bagi manusia.
Jika diperhitungkan, harga produksinya menjadi lebih mahal. Meski demikian, perusahaan sebenarnya mempunyai keinginan untuk menggunakannya. Namun persoalan utama, mereka khawatir tidak ada keberlanjutan. Untuk itu diusulkan untuk membuat enzim di dalam negeri. `'Untuk pembuatan enzim kita membutuhkan ahli genetika,'' cetus dia. Hambatan lainnya adalah kemampuan dari SDM.
Karenanya, pada 2007 ini pihaknya masih mengkampanyekan penggunaan enzim xylanase untuk menjaga lingkungan dan keselamatan manusia. Itu pula yang menjadi alasan kenapa pabrik pulp tidak ada di pulau Jawa. Selain karena jauh dengan bahan baku alasan utamanya adalah Jawa terlalu padat penduduk. Sedangkan proses pulp masih berisiko.
Penggunaan xylanase sudah digunakan beberapa negara sejak beberapa tahun yang lalu. Sedangkan Indonesia , harus dipancing dengan penggunaan di salah satu perusahaan. `'Kalau satu perusahaan sudah menggunakan, maka yang lainnya akan mengikuti,'' katanya menjelaskan. Produsen utama pulp dan kertas dunia masih dipegang oleh Amerika Serikat, kemudian diikuti oleh Kanada, Amerika Selatan, Eropa Utara, Asia Timur, Australia dan Amerika Latin. Cina memperlihatkan kecenderungan akan menjadi produsen kertas di Asia. Permintaan dan konsumsi kertas dunia menunjukkan pertumbuhan sampai 2010.
Di Indonesia, saat ini total kapasitas produksi industri pulp dari 18 perusahaan adalah sekitar 6,29 juta ton per tahun. Sedangkan kapasitas produksi kertas per tahun mencapai 10,28 juta ton. Dalam proses produksi secara konvensional tahapan bleaching dalam proses pulping masih bergantung kepada penggunaan bahan kimia (yang merupakan 6 persen dari total harga bahan dan energi), terutama klorin dan sulfur.  

6.            STUDI  KASUS

Pada tahun 1949,  terjadi kecelakaan di pabrik herbisida 2,4,5-T Monsanto plant di Nitro, West Virginia.  Dalam kasus tersebut  250 pekerja terkena penyakit chloracne, yaitu penyakit kulit yang akan menimbulkan efek gatal-gatal memerah. Baru pada tahun 1955, Karl Schultz (seorang dokter Jerman) melaporkan bahwa penyakit chloracne tersebut adalah akibat racun dioksin. Kasus Belgia mirip dengan Time Beach. Lemak yang dipakai dalam pabrik pakan ternak, "tercampur" dengan oli bekas.
Pada tahun 1949,  terjadi kasus meledaknya pabrik kimia Hoffman-LaRoche di Seveso, Italia. Akibatnya, sejumlah besar TCDD terlepas sampai ke atmosfer. Di daerah sekitar pabrik, hewan-hewan mati, terjadi destruksi vegetasi, penduduk mengalami keracunan akut, kasus-kasus chloracne, abortus, dan kelainan kongenital. Bahkan penelitian yang dilakukan Bertozzi dkk. pada tahun 1993 menemukan adanya peningkatan kasus kanker. Penelitian tentang dioxin sudah dilakukan sejak tahun 1970, dalam darah kelompok masyarakat yang tinggal pada aliran sungai pabrik kertas terdeteksi kadar dioxin dalam darah sebesar 20 ppt (part per triliun). 
Pada tahun 1976 bahwa masyarakat yang tinggal pada daerah industry Seveso, Italia rata-rata dalam darahnya mengandung dioxin dengan kadar yang tinggi.  Pada tahun 1998 Viktor Yushchenco melakukan penelitian perempuan-perempuan di Austria,  Ukrainian, hasil penelitian menunjukan bahwa  keluarga-keluarga tersebut  mempunyai kadar dioxin yang tinggi dalam darahnya.  Ditemukan  kadar dioxin terendah mencapai 100.000 ppt dan tertinggi mencapai 144.000 ppt (part per trillion).  Pada tahun 2004 penelitian Viktor Yushchenco dilanjutkan oleh  Professor Abraham Brouwer  dari Universitas Amsterdam jurusan toksikologi.  Hasil penelitian tersebut  menunjukan bahwa darah dari perempuan-perempuan Ukraina tersebut positif mengandung  2,3,7,8-TCDD. Gejala-gejala dari tingginya kadar dioxin dalam darah adalah bila dalam masyarakat banyak   ditemukan penyakit yang terkait dengan gastrointestinal. 

Rare Cases of High Levels of Dioxin Exposure  December 20, 2004; Updated November 14, 2005
Penggunaan herbisida Agent Orange dalam Perang Vietnam (1960 – 1970) ternyata juga menyemburkan dioksin. Agent Orange digunakan untuk merontokkan dedaunan agar hutan-hutan Vietnam tidak bisa digunakan untuk bersembunyi tentara Vietkong. Tahun 1983, kantor veteran Chicago mencatat ada 17 ribu lebih veteran yang mengklaim ganti rugi akibat dioksin sewaktu bertugas di Vietnam. Klor organic dari klorin akan menghasilkan dioksin yang sifatnya tetap ada di dalam tubuh. Senyawa ini resisten kronik penyebab kanker.  
Terbakarnya kabel PVC di Beverly Hills Supper Club bahkan merenggut nyawa 161 orang. Kebakaran tahun 1977 itu menimbulkan asap putih. Menurut salah seorang pekerja di situ, asap pedas yang mengandung gas hidrogen klorida (HCl) itu bisa bereaksi dengan pewarna kuku. Bahkan hasil reaksi tersebut dapat memakan kuku. Ketika terhirup dan masuk ke dalam paru-paru bersama udara yang mengandung air, HCl akan berubah menjadi asam klorida yang korosif. Akibatnya, yang selamat pun mengalami luka parah pada saluran pernapasannya.

7.         MENGURANGI  DAMPAK
Seperti halnya pencemaran udara, pencemaran air sangatlah kompleks. Dalam proses produksi sebuah industri pada umumnya dipergunakan berbagai bahan material dari berbagai jenis dan bentuk. Limbah cair industri, pertanian, perkotaan dan rumah tangga selain mengandung senyawa berat (Cd, Cu, Hg, Zn dll.), juga mengandung berbagai macam senyawa organik, seperti dioxin, phenol, benzene, PCB, dan DDT.
Sistem pengolahan limbah cair yang ada sekarang umumnya mempergunakan cara kombinasi antara pemakaian chlorine serta sistem condensasi, sedimentasi, dan filtrasi. Sedangkan untuk pengolahan limbah organik banyak mempergunakan microbiologi, karbon aktif atau membran filtrasi.
Namun, limbah organik semakin banyak yang sulit untuk diuraikan dengan microbiologi atau membran filtrasi, serta membahayakan keselamatan makhluk hidup, meskipun dalam kandungan konsentrasi yang sangat kecil (ppm/ppb) seperti, senyawa dioxin, furan, dan atrazine. Sehingga sistem pengolahan limbah cair yang ada sekarang tidaklah cukup. Apabila hal ini kita biarkan, tanpa kita sadari, air minum yang dipergunakan akan banyak mengandung senyawa organik, yang selain membahayakan kesehatan manusia juga dapat merusak ekosistem makhluk hidup lainnya.
Dewasa ini teknologi pemutihan pada pabrik pulp dan paper nampaknya cenderung lebih banyak ke arah pemakaian khlordioksida dan oksigen untuk prebleaching. Penggunaan khlordioksida pada tahap awal pemutihan menghasilkan buangan dengan kandungan bahan beracun yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan khlor. Untuk menciptakan proses yang ramah lingkungan, ditemukan cara dengan penggunaan enzim xylanase. Xylanase dapat meningkatkan derajat putih maupun meningkatkan kekuatan fisik. Dari hasil penelitian menunjukkan dari segi teknis, xylanase memberikan kontribusi yang sangat baik dalam peningkatan kualitas produk pulp putih, menghemat penggunaan bahan kimia pemutih, dan meningkatkan kualitas air limbah yang dihasilkan.
Penggunaan enzim xylanase ini baru diujicobakan dan berhasil. Meski demikian hampir seluruh perusahaan masih menggunakan cara lama. Padahal, selama industri pulp tidak menggunakan enzim, maka limbah yang dihasilkan akan sangat berbahaya buat makhluk hidup karena bisa menyebabkan kematian.
Xylanase sendiri mempunyai sejumlah kekurangan yakni masalah korosi, kesulitan mengontrol waktu tinggal, penurunan indeks sobek, dan pengendalian bleach plant. Namun, kekurangan tersebut tidak begitu sebanding dengan proses dan limbahnya yang ramah lingkungan. Penggunaan enzim ini kurang diminati perusahaan karena harganya mahal dan masih impor. Harga 1 liter enzim xylanase Rp 15 ribu. Kapasitas penggunaannya sekitar dua persen dalam satu ton, atau 1.000 kg membutuhkan 20 kg enzim.
Cara lain yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah limbah organik adalah dengan teknologi ozone.  Teknologi ozone yang dapat digunakan dalam proses pengolahan limbah cair ini mampu membersihkan limbah cair hingga mendekati 100 persen (Japan Engineering newspaper, 1996). Ozone yang dikenal sebagai oksidant kuat, selain dapat menghancurkan senyawa-senyawa organik, juga sekaligus dapat membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah tadi. Meskipun demikian masih ada beberapa kendala yang harus diselesaikan pada teknologi ozone ini, seperti tingginya biaya operasional serta adanya sisa ozone yang tertinggal dalam air setelah proses pengolahan berlangsung. Sisa ozone yang memiliki kadar cukup tinggi, akan dapat membahayakan manusia.
Teknologi yang kemudian diperkenalkan untuk mengatasi limbah cair setelah teknologi ozone ini adalah teknologi plasma. Sebelum kita jelaskan lebih lanjut tentang teknologi plasma, perlu disampaikan disini bahwa ozone sendiri dapat dibuat dengan mempergunakan teknologi plasma (Siemens 1857). Dewasa ini teknologi plasmalah yang paling banyak dipergunakan untuk membuat ozone. Jadi, secara tidak langsung teknologi ozone adalah pemanfaatan dari teknologi plasma itu sendiri.
Selanjutnya, teknologi plasma juga dapat dipergunakan secara langsung dalam proses pengolahan limbah cair. Salah satu cara adalah dengan membuat plasma dalam air. Seperti halnya plasma di udara, plasma dapat juga dibuat dalam air. Proses pembuatannya sendiri hampir sama, hanya saja pembuatan plasma dalam air memerlukan energi sedikit lebih besar dibandingkan pembuatan plasma di udara, mengingat air adalah materi yang dapat mengalirkan arus listrik.
Plasma dalam air dapat menyebabkan timbulnya berbagai proses reaksi fisika dan kimia, seperti sinar ultraviolet, shockwave, species aktif (OH, O, H, H2O2), serta thermal proses.
Banyaknya reaksi fisika dan kimia yang dihasilkan oleh plasma dalam air, membuat teknologi ini dapat merangkum beberapa proses yang dibutuhkan dalam pengolahan air limbah. Sinar ultraviolet yang dihasilkan mampu mengoksidasi senyawa organik sekaligus membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah cair. Shockwave yang ditimbulkan mampu menghasilkan proses super critical water yang juga berperan dalam proses pengoksidasian senyawa organik. Dan, yang paling penting banyak dihasilkan species aktif seperti OH, O, H, dan H2O2 yang merupakan beberapa oksidant kuat yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik sekaligus juga membunuh bakteri dalam limbah cair tersebut. Dan, tidak ketinggalan panas yang dihasilkan oleh plasma ini pun berperan dalam berbagai proses pengoksidasian.
Dari berbagai kelebihan proses yang dimilikinya, teknologi plasma dalam air mulai mendapat perhatian khusus terutama untuk mengolah limbah organik yang umumnya mengandung berbagai macam jenis senyawa organik. Dari berbagai percobaan laboratorium, teknologi plasma dalam air sangat efektif untuk menguraikan senyawa organik seperti TNT, phenol, trichloroethylene, atrazine, dan berbagai jenis zat warna (dye).
Teknologi plasma untuk mengolah limbah cair baik dengan teknologi ozone maupun dengan teknologi plasma dalam air memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional, microbiologi maupun membran filtrasi. Di antaranya proses penguraian senyawa organik berlangsung sangat cepat, pembuatan peralatan serta maintenance yang mudah, serta species aktif yang dihasilkan dapat menguraikan hampir seluruh senyawa organik.
Di Jepang dalam sepuluh tahun terakhir, penggunaan teknologi ozone maupun teknologi plasma berkembang sangat pesat. Terlebih lagi setelah ditetapkannya perundangan tentang Dioxin dan sejenisnya (January 2001). Di mana dioxin dapat diuraikan dengan mempergunakan kombinasi dari ozone dan sinar ultraviolet atau ozone dan hydrogen peroxide.

8.         BIAYA PEMULIHAN

Biaya pemulihan daerah yang tercemar dioksin tidaklah sedikit. Kasus di Time Beach, Missouri, pada tahun 1971 bisa menjadi gambaran. Sebuah perusahaan herbisida sembarangan saja membuang sampah industri ke tempat pembuangan oli bekas. Lalu oli bekas tersebut terpakai untuk menyemprot lapangan pacuan kuda, jalanan, serta tempat-tempat berdebu. Selain gangguan berupa chloracne dan radang kandung kemih yang akut, penyemprotan itu juga menimbulkan kematian dan penyakit pada ternak. Daerah tersebut kemudian dibeli oleh EPA (Badan Perlindungan Lingkungan AS) dan biaya yang dikeluarkan untuk membersihkan dioksin mencapai AS $ 100 juta.

PUSTAKA


Baccarelli Andrea,Paolo Mocarelli,Donald G. PattersonJr.,MatteoBonzini, Angela C. Pesatori,Neil Caporaso,and Maria Teresa Landi, 2002 . Immunologic Effects of Dioxin: New Results from Seveso and Comparison with Other Studies. Environmental Health Perspectives  Vol 110 No 12
Bisma Yanuar Lauda F . Bahan-bahan Pencemar Kimia dan Organik, Dampak serta Pengaturannya.  
Chafid Fandeli, Analisis Mengenai DampakLingkungan Prinsip Dasar dan Pemapanannya Dalam Pembangunan, Liberty, Yogyakarta, 1995.
Diet &Dioxins, 2004  Environmental Health Perspectives Vol.  112  No. 1
EPA (Environmental Protection Agency), 2006. Inventory of sources and environmental releases of dioxin-like compounds in the United States for the years 1987, 1995, and 2000. (http://cfpub.epa.gov/ ncea/cfm/recordisplay.cfm?deid=159286
Infectious Disease:The Human Costs of Our Environmental Error Environmental Health Perspectives Vol. 112  No. 1
Jusko Todd A., Charles R. Henderson, Jr.,Bruce P. Lanphear, Deborah A. Cory-Slechta,Patrick J. Parsons, and Richard L. Canfield, 2006. Blood Lead Concentrations Less than 10 Micrograms per Deciliter and Child Intelligence at 6 Years of Age Environmental Health Perspective Vol 114 No.11
Koesnadi Hardjesoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1994.
Konvensi Rotterdam tentang Prosedur Persetujuan yan Diinformasikan Dini Untuk Bahan Kimia dan Pestisida Berbahaya Tertentu dalam Perdagangan Internasional, Kementerian Lingkungan Hidup, 2004.

Konvensi Stockholm tentang Bahan-Bahan Pencemar Organik Yng Persisten, Kementerian Lingkungan Hidup, 2004.
Prof. Dr. drh. Mirnawati B. Sudarwanto dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Winarno F.G. Ancaman Dioksin Bagi Kesehatan Manusia . www.goegle/dioxin. akses 19 Desember 2007
Surono Yds Agus dan . Suharjono,.  Dioxin Ada disekitar kita. www.goegle/dioxin. akses 19 Desember 2007







Tidak ada komentar:

Posting Komentar