Selasa, 05 Januari 2016

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI TAHU

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI TAHU
Studi Kasus di Kabupaten Pelalawan
Vanda Julita Yahya-S3 PSL UNRI-UI (2008)

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Perkembangan industri dewasa ini telah memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian Indonesia. Di lain pihak hal tersebut juga memberi dampak pada lingkungan akibat buangan industri maupun eksploitasi sumber daya yang semakin intensif dalam pengembangan industri. Lebih lanjut dinyatakan harus ada transformasi kerangka kontekstual dalam pengelolaan industri, yakni keyakinan bahwa: operasi industri secara keseluruhan harus menjamin sistem lingkungan alam berfungsi sebagaimana mestinya dalam batasan ekosistem lokal hingga biosfer. Efisiensi bahan dan energi dalam pemanfaatan, pemrosesan, dan daur ulang, akan menghasilkan keunggulan kompetitif dan manfaat ekonomi (Hambali, 2003).
Perkembangan industri dewasa ini sangat pesat, terutama industri rumah tangga yang sangat membantu dalam menunjang kehidupan masyarakat. Industri rumah tangga termasuk dalam penggolongan industri kecil.  Industri kecil seperti industri pembuatan tahu banyak berkembang di pedesaan dan perkotaan.  Umumnya  industri kecil memiliki peralatan dan pengolahan yang sederhana.    Sayangnya, ditinjau dari segi lingkungan, berkembangnya industri kecil pada tingkat rumah tangga sangat membahayakan kehidupan masyarakat, karena setiap industri rumah tangga ternyata tidak memperhatikan tata letak pabrik maupun sistem pembuangan limbah.  
Karakteristik dasar industri tahu yang  kita jumpai di kabupaten Pelalawan ini menggunakan teknologi yang sangat sederhana dengan menejemen yang tradisional. Tenaga kerja  pada umumnya tidak mempunyai keterampilan tertentu.  Lokasi kebanyakan menyatu dengan pemukiman penduduk  serta berada pada lahan yang terbatas, sehingga muncul permasalahan dengan warga sekitar tentang keberadaan industri tahu yang terkait dengan ganguan pencemaran limbahnya.

TUJUAN

Tujuan  dari survai ini adalah untuk mengetahui apakah pabrik tahu di kabupaten Pelalawan sudah melakukan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

1.      INDUSTRI  DAN  DAMPAKNYA

PENDAHULUAN
Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat bahakan merupakan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.  Indonesia  sebagai salah satu  dari negara berkembang mengandalkan industri sebagai landasan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.  Seperti halnya industri tahu merupakan industri rumah tangga yang dapat meningkat pendapatan rumah tangga dan mulai menjamur di kabupaten pelalawan dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini.  Hasil wawancara menunjukan bahwa dibangunnya industri tahu pada tingkat rumah tangga ini karena secara ekonomi menguntungkan.
Itulah sifat maanusia mengejar keuntungan setinggi langit tapi sangat kecil berfikir tentang dampak yang akan ditimbulkannya.  Rata-rata penderian industry tahu pada daerah yang di survai berbekal pengetahuan dari turun-temurun.  Hanya satu industry yang membangun pabrik tahunya berbekal pengetahuan dari hasil magang atau belajar pada industry yang telah maju di Pekanbaru.  Tapi umumnya pemilik pabrik tahu belum menyadarai akan adanya dampak dari limbah yang dihasilkan.
Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, manusia berupaya dengan segala daya untuk mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada demi tercapainya kualitas hidup yang diinginkan.  Peningkatan kualitas hidup makin meningkat dari hari ke hari.  Namun dalam kenyataannya kualitas hidup yang hendak dicapai terasa masih sulit dijangkau, bahkan mungkin terasa makin jauh dari jangkauan.  Hal ini tidak lain disebabkan oleh adanya dampak industri dan teknologi terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.  Dampak terhadap lingkungan akan mengurangi daya dukung alam yang berarti akan mengurangi kemampuan alam untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.  Sedangkan dampaknya terhadap manusia, jelas akan mengurangi atau bahkan mungkin akan menurunkan kualitas manusia itu sendiri.  Oleh karena itu dampak industri perlu dicermati dengan sebaik-baiknya.

KLASIFIKASI  INDUSTRI
Industri secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut;
1.        Industri dasar atau hulu
Industri hulu mempunyai sifat sebagai berikut; padat modal, berskala besar, menggunakan teknologi maju dan teruji.  Lokasinya selalu dipilih dekat dengan bahan baku yang mempunyai sumber energy sendiri, dan pada umumnya lokasi ini belum tersentuh pembangunan.  Oleh karena itu industry hulu membutuhkan perencanaan yang matang beserta tahapan pembangunannya, mulai dari perencanaan sampai operasional.  Di sudut lain juga dibutuhkan pengaturan tata-ruang, rencana pemukimam, pengembangan kehidupan perekonomian, pencegahan kerusakan lingkungan dan lain-lain.  Pembangunan industry ini dapat mengakibatkan perubahan lingkungan baik dari aspek soasial ekonomi dan budaya maupun pencemaran.  Terjadi perubahan tatanan social, pola konsumsi, tingkah laku, sumber air, kemunduran kualitas udara, penyusutan sumberdaya alam dsb.
2.        Industri dasar atau hulu
Industri hilir merupakan perpanjangan proses industry hulu.  Pada umumnya industry ini mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi, lokasinya selalu diusahakan dekat pasar, menggunakan teknologi madya dan teruji padat karya.

3.        Industri kecil
Industri kecil banyak berkembang di pedesaan dan perkotaan memiliki peralatan sederhana.  Walaupun hakikatnya sama dengan industry hilir, tetapi system pengolahannya lebih sederhana.  System tata letak pabrik meupun pengolahan limbah belum mendapat perhatian.  Sifat industry ini padat karya.

 INDUSTRI  NEGARA BERKEMBANG
Sebagian besar negara berkembang mengawali kemerdekaannya praktis tanpa industry modern sama sekali.  Selama decade 1960 dan 1970-an industry perdagangan, produksi dan lapangan kerja mereka tumbuh lebih cepat daripada sector-sektor yang sama dinegara-negara pasar industri.    Setiap Negara berkembang mempunyai kondisi fisik, ekonomi, politik dan social yang unik, yang amat mempengaruhi pilihan teknik pengelolaan limbah yang layak.  Walaupun begitu sebagai sebuah kelompok, Negara kurang berkembang mempunyai tempat berpijak yang sama, yang perlu disadari oleh perencana.  Contoh dari beberapa kondisi tersebut adalah;
·            Pemukiman di daerah yang tingkat pendapatannya rendah relative kecil, sering hanya satu sampai tiga tingkat dan letaknya dekat satu sama lain.  Umumnya hanya ada jalan tidak beraspal, atau gang kecil saja di daerah yang dihuni oleh ribuan orang.  Akibatnya terdapat sedikit atau tidak ada tempat untuk pembuangan limbah, penimbunan limbah atau truk yang dapat mencapai lokasi.
·            Iklim umumnya panas, dengan musim hujan yang lebat.  Oleh karena itu limbah cepat membusuk dan serangga penyebar penyakit (misalnya lalat) cepat berkembang biak.
·            Pekerja dibayar amat rendah dan pengawasan hampir  tidak ada.
Jika dikaji ulang, masalah yang dihadapi negara berkembang cukup komplek.  Permasalahan lain, dalam hal luas geografis dan kekayaan sumberdaya yang melimpah dan pangsa pasar dalam negri yang cukup besar, dapat menjadi basis bagi pembangunan industry yang beraneka ragam.  Negara-negara yang lebih kecil atau negara berkembang seharusnya dapat belajar dari negara maju yang harus membayar mahal untuk membersihkan limbah yang mereka keluarkan.  Teknologi juga dapat membantu mengurangi biaya akhir yang mahal bila dibarengi dengan pengawasan yang ketat bagi perencana lingkungan.
Memperhatikan dan mencermati masalah dampak industri merupakan suatu usaha untuk mencari penyelesaian masalah bagi tercapainya keinginan untuk mendapatkan kualitas hidup dan kenyamanan hidup yang lebih baik.  Industri memang diperlukan untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, namun kalau dampak yang ditimbulkannya makin menjauhkan manusia dari pencapaian kualitas hidup yang lebih baik, sudah barang tentu hal itu tidak boleh terjadi.
Kegiatan industri dapat berjalan baik dan berkesinambungan apabila unsur-unsur pokok penunjang kegiatan industri tersedia.  Tanpa adanya unsur-unsur pokok penunjang kegiatan tersebut industri tidak akan dapat berjalan.  Unsur-unsur pokok yang dimaksud adalah;
1.       Sumber Daya Alam, seperti bahan baku, air, energi,
2.      Sumber Daya Manusia, meliputi tenaga kerja dan keahlian.
3.      Sarana dan Prasarana, seperti lahan dan peralatannya.
Ketiga unsur pokok tersebut saling berinteraksi sehingga kegiatan industri dapat berlangsung.  Semua kegiatan dalam bidang industri dan teknologi yang pada mulanya dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, ternyata pada sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia.  Dampak yang menimbulkan kerugian harus dicegah.  Keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh kegiatan industri.
Apabila keseimbangan lingkungan terganggu maka kualitas lingkungan juga berubah.  Padahal kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya dukung alam atau kualitas lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup manusia. Pada saat ketiga unsur penunjang kegiatan industri saling berinteraksi, pada saat itu terjadi pula interaksi antara komponen-komponen ekosistem, yaitu tanaman, hewan, manusia dan lingkungannya.  Komponen ekosistem yang saling berinteraksi tersebut ada yang menyesuaikan diri, ada yang saling bertentangan, ada yang hanya berdiam diri dan ada yang berusaha menguasai lainnya.  Akan tetapi pada suatu saat kekuatan-kekuatan yang ada pada komponen ekosistem tersebut menuju kearah keseimbangan.  Keadaan seperti ini disebut dengan homeostatis.  Secara alami keadaan homeostatis dapat dicapai dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.  Ekosistem seperti halnya organisme, mempunyai kemampuan untuk mengatur dan memulihkan  dirinya apabila terjadi gangguan.  Homeostatis dapat dipercepat dengan campur tangan manusia.  Mengingat kerusakan daya dukung alam karena faktor eksternal disebabkan oleh ulah manusia maka manusia secara moril berkewajiban untuk mempercepat proses agar keadaan homeostatis segera tercapai.  Apabila dampak langsung kegiatan industry bias dikurangi atau dihindari, berarti manusia sudah berusaha mempercepat terjadinya homeostatis.

INDUSTRI  DAN PENCEMARAN

Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output).  Skema input dan output dapat dilihat pada Gambar 1. Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri dapat dilaksanakan pada masukan, proses maupun pada keluarannya dengan melihat spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi.  Pencemaran yang ditimbulkan oleh industri diakibatkan adanya limbah yang keluar dari pabrik mengandung bahan beracun dan berbahaya.  Bahan pencemar keluar bersama-sama dengan bahan huangan (limbah) melalui media udara, air dan tanah yang merupakan komponen ekosistem alam.  Bahkan bahan buangan yang keluar dari pabrik dan masuk ke lingkungan dapat diidentifikasikan sebagai sumber pencemaran, dan sebagai sumber pencemaran perlu diketahui jenis bahan pencemar yang dikeluarkan, kuantitas dan jangkauan pemaparannya.

  INPUT                      PROSES                     PROSES                     LIMBAH
 Bahan  baku              Industri  primer            Produk  utama    Bernilai ekonomis  

Tenaga kerja               Industri  sekunder        Produk                       Tak Bernilai  
                                                                        sampingan                    ekonomis
Mesin dan                   Industri                       Produk               
 peralatan                   tersier                            limbah  
Limbah                    
Gambar 1. Skema system input-output
Antara satu pabrik dengan pabrik lainnya berbeda jenis dan jumlah bahan pencemar yang dikeluarkannya, tergantung pada bahan baku yang digunakan, proses dan cara kerja karyawan dalam pabrik.  Penemaran terjadi akibat bahan beracun dan berbahaya lepas masuk ke dalam lingkungan sehingga terjadi perubahan terhadap kualitas lingkungan.
Lingkungan sebagai wadah penerima akan menyerap bahan limbah tersebut sesuai dengan kemampuan asimilasinya, dimana wadah penerima (air, udara, tanah) masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda, misalnya air pada suatu saat dan tempat tertentu akan berbeda karakteristiknya dengan air pada tempat yang sama tetapi pada saat yang berbeda.  Perbedaan karakteristik air tersebut merupakan akibat peristiwa alami dan juga pengaruh faktor lain.
Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena interaksi  pengaruh luar, disebut dengan daya dukung lingkungan.  Daya dukung lingkungan antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya berbeda.  Beberapa komponen lingkungan dan factor yang mempengaruhinya ikut menetapkan nilai daya dukung lingkungan.
Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan akan berinteraksi dengan satu atau lebih komponen lingkungan.  Perubahan komponen lingkungan secara fisika, kimia dan biologi sebagai akibat dari adanya bahan pencemar akan mengakibatkan perubahan nilai lingkungan yang disebut dengan perubahan kualitas lingkungan.  Limbah yang mengandung bahan pencemar akan mengubah kualitas lingkungan bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada padanya.  Oleh karena itu sangat perlu diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang terkandung di dalam limbah tersebut.  Penggunaan air yang berlebihan, merupakan suatu system pembuangan yang belum memenuhi styarat.  Karyawan yang kurang trampil adalah beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam mengidentifikasikan sumber pencemaran.

2.4. LIMBAH INDUSTRI   
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat  dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.  Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relative sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya.  Bila ditinjau secara kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organic dan anorganik.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.  Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan memberikan pengaruh yang berarti namundalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap lingkungan.  Oleh karena itu pencegahan dan penanggulangannya haruslah memperhitungkan dampak-dampaknya untuk suatu jangka waktu yang cukup panjang.

2.4.1.  Kualitas Limbah   
Kualitas limbah menunjukan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah kandungan bahan pencemar di dalam limbah.  Kandungan pencemar di dalam limbah terdiri dari beberapa parameter.  Semakin kecil jumlah parameter dan semakin kecil konsentrasinya, hal ini menunjukan semakin kecilnya peluang untuk terjadinya pencemaran lingkungan.
Beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat masuknya limbah ke dalam lingkungan;
·         Lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti.  Hal ini disebabkan karena volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam limbah sedikit dengan konsentrasi yang kecil.
·         Ada pengaruh perubahan tetapi tidak mengakibatkan pencemaran
·         Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah;
·         Volume limbah
·         Kandungan bahan pencemar
·         Frekuensi pembuangan limbah.

2.4.2.  Klasifikasi Limbah  Industri dan Karakteristiknya
Berdasarkan nilai ekonominya, limbah dibedakan menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis.  Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dimana dengan melalui suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah.  Misalnya dalam pabrik gula, tetes merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industry alcohol, sedangkan ampas tebu sebagai limbah dari pabrik gula juga dapat dijadikan bahan baku industry kertas karena mudah dibentuk menjadi bubur pulp.
Limbah non ekonomis adalah suatu limbah walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidak akan memberikan nilai tambah kecuali sekedar untuk mempermudahsistem pembuangan.  Limbah jenis ini sering menimbulkan masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi tiga bagian; limbah cair, limbah gas dan partikel serta limbah padat.

2.4.2.1.    Limbah Cair
Limbah yang keluar dari pabriknya dengan membawa sejumlah padatan dan partikel, baik yang larut maupun yang mengendap.  Bahan ini ada yang kasar dan ada yang halus.  Kerapkali air buangan pabrik berwarna keruh dan bersuhu tinggi.  Air limbah yang telah tercemar mempunyai cirri yang dapat diidentifikasi secara visual dari kekeruhan, warna, rasa dan bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya.  Sedangkan identifikasi secara laboratorium ditandai dengan perubahan sifat kimia air.  Mungkin air telah mengandung B-3.  Jenis industri yang menghasilkan limbah cair diantaranya adalah industry pulp dan rayon, pengolahan crumb rubber, besi dan baja, kertas, minyak goring, tekstil, electroplating, playwood, tahu, dll.
2.4.2.2.    Limbah Gas
Pada dasarnya limbah gas dari industry bersumber dari penggunaan bahan baku, proses dan sisa pembakaran.  Pada saat pengolahan awal, limbah gas maupun partikel timbul karena perlakuan bahan-bahan sebelum diproses lanjut.  Limbah yang terjadi disebabkan karena berbagai hal, antara lain karena reaksi kimia, kebocoran gas, penghancuran bahan-bahan dan lain-lain.  Pada saat proses pengolahan, gas juga timbul sebagai akibat reaksi kimia maupun fisika.   Adakalanya limbah yang terjadi sulit untuk dihindari sehingga harus dilepaskan ke udara.  Dengan kemajuan teknologi, setiap gas yang timbul pada rangkaian proses dapat diupayakan pengendaliannya.  Sebagian besar gas maupun partikel terjadi pada ruang pembakaran sebagai sisa yang tidak dapat dihindari dan karenanya harus dilepaskan melalui cerobong asap ataupun penangkap debu harus ditekan seminimal mungkin dalam upaya mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
2.4.2.3.    Limbah Padat
Limbah padat adalah hasil buangan industry yang berupa padatan, lumpur, dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan.  Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat di daur ulang (plastic, tekstil, potongan logam dan logam) dan limbah padat yang tidak memiliki nilai ekonomis.
Limbah padat yang tak bernilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara, antara lain ditimbun pada suatu tempat, diproses lanjut kemudian dobuang dan dibakar.  Perlakuan terhadap limbah padat yang tidak bernilai ekonomis beberapa diantaranya adalah sebagai berikut;
·            Ditumpuk pada areal tertentu.
Penimbunan limbah padat pada areal tertentu membutuhkan areal yang luas dan merusak pemandangan sekeliling tempat penimbunan.  Penimbunan ini mengakibatkan terjadinya pembusukan yang kemudian akan mengakibatkan tersebarnya bau tak sedap kesekitarnya karena adanya karena adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu.
Adanya penimbunan akan mengakibatkan permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap kedalam tanah terkontaminasi bakteri tertentu yang mengakibatkan menurunnya kualitas air tanah.  Pada musim kemarau timbunan akan mengering yang mengundang bahaya kebakaran.
·            Pembakaran.
Limbah padat yang dibakar mengeluarkan asap, baud an debu.  Pembakaran ini menjadi sumber pencemaran udara dengan diemisikannya bahan pencemar baru seperti Nox, HC, CO, bau, partikel dan SO2.
·            Pembuangan
Pembuangan tanpa rencana sangat membahayakan lingkungan.  Beberapa pabrik membuang limbah padatnya ke sungai dengan harapan akan larut atau membusuk di dalam air.  Hal ini merupakan suatu anggapan yang keliru, karena setiap pembuangan bahan padat, apakah berbentuik lumpur atau bubur, akan menambah jumlah padatan total (total solid) di dalam air.
Sumber limbah padat diantaranya adalah pabrik gula, pulp dan rayon, plywood, pengawetan buah, ikan, daging, tahu dll.  Secara garis besar limbah padat dapat diklasifikasikan; limbah padat yang mudah terbakar, limbah padat yang sukar terbakar, limbah padat yang mudah membusuk, debu, lumpur, dan yang dapat di daur ulang.  Sedangkan berdasarkan kualifikasi limbah padat serta akibat-akibat yang ditimbulkannya, sistem penimbunan limbah dibedakan menjadi; limbah padat yang ditimbun tanpa membahayakan, limbah padat yang ditimbun membahayakan dan limbah padat yang tidak dapat ditimbun.

2.      HASIL SURVAI DAN STUDI KASUS

Peranan industri kecil terhadap roda perekonomian suatu negara sangat besar.  Amerika serikat misalnya, dari 5,5 juta usaha yang telah berjalan mantap, 95% diantaranya berupa usaha kecil.  Kondisi serupa juga ditemukan di negara-negara maju lain misalnya Jepang.  Di Indonesia, 995 total unit usaha yang mandiri (sekitar 35 juta) juga berupa unit usaha kecil.  Sayangnya kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) baru 14% saja.  Hal ini menjadi tantangan bagi para pengusaha kecil untuk meningkatkan usahanya.
Salah satu usaha kecil yang potensial dikembangkan adalah pabrik pembuatan tahu.  Jika usaha tersebut dilakukan dengan benar yang mengikuti standarisasi dari proses hulu hingga ke hilir akan sangat menguntungkan karena tahu bukan saja konsumsi kelas bawah tapi juga dikonsumsi untuk kelas atas, pemasaran tahu pun bukan hanya di pasar lokal atau tradisional tapi sudah memasuki supermarket-supermarket di kota Pekanbaru.   
Dinegri Cina, tahu telah menjadi makanan populer sejak 2000 tahun yang lalu.  Tahu sering dijadikan daging tiruan karena tidak bertulang.  Bahkan di Perancis tahu digunakan sebagai pengganti susu dan telur dalam pembuatan kue.  Kepopuleran tahu yang mulai menyebar kemana-mana akibat adanya tuntutan konsumen untuk mendapatkan makanan yang segar, sehat berkalori rendah dan bercita rasa netral.  Konsumen tahu hingga kelas menengah keatas disebabkan karena tahu makanan yang empuk, lezat dan bergizi.  Sangat disukai anak-anak karena kelembutannya.  Amat tepat sebagai teman bersantap dikala berbuka puasa dan sahur.  Kelembutan teksturnya menyebabkan tahu mudah dikunyah ibarat daging tanpa tulang.  Karena tahu terbuat dari kedelai maka kandungan proteinnya sangat berkualitas.  Daya cernanya mencapai 85-98%, dan total protein yang dapat dimanfaatkan tubuh sebesar 65%.
Tahu yang terbuat dari kacang kedelai (Glysine max (L) Merril) mempunyai mutu gizi protein nabati yang menyamai protein hewani.  Kandungan gizi yang potensial dari tahu adalah memilki asam amino essensial sesuai anjuran FAO/WHO untuk kebutuhan tubuh.    Kandungan asam lemak tak jenuh dari tahu mencapai 80%, selain itu juga mengandung asam lemak linoleat yang merupakan asam lemak essensial serta  lesitin yang berfungsi untuk mengurangi penimbunan asam lemak lain sehingga mengurangi kadar  kolesterol yang terakumulai dalam darah.  Kandungan hidrat arang dan kalori tahu sangat rendah sehingga sangat baik sebagai menu diet rendah kalori.  Sedangkan mineral yang dikandung di dalamnya antara lain kalsium, kalium, fosfor, vitamin B-komplek (thiamin, riboflavin dan vitamin B12 serta vitamin E.  Pada sat ini tahu lebih disosialisasikan sebagai makanan yang baik untuk pemenuhan kalsium dalam tubuh karena tahu merupakan makanan yang mengandung kalsium yang cukup tinggi (124 mg), hampir setara dengan kandungan kalsium susu.  Kalsium sangat dibutuhkan terutama pada masa kanak-kanak hingga dewasa muda.  Di negara barat , kontribusi kalsium bersumber pada dairy products (susu, mentega, es krim, keju dll).  Di Indonesia kontribusi kalsium dari susu masih sangat rendah.  Masyarakat masih mengandalkan kalsium dari pangan nabati seperti tahu, tempe dan sayuran.  Sehingga tahu merupangan pangan nabati yang potensial selain sebagai pemenuhan gizi protein juga kalsium.
Cita rasa dan keawetan tahu sangat tergantung pada kualitas kedelai, sumber air untuk pembuatannya, sanitasi alat-alat pembuatan tahu, dan pekerjanya.  Selama unsur tersebut diperhatikan maka produk tahu akan merupakan makanan yang bebas dari cemaran mikroba pembusuk dari udara.  Tahu berkualitas  layak diskonsumsi untuk semua usia, anak balita hingga manula karena karena selain bergizi, tahu juga mudah dijumpai dipasaran, harganya relatif murah dan dapat dimasak dengan aneka cara seperti di goreng, bacem atau hanya direbus saja.  Sehingga  industri pengolahan tahu di kabupaten Pelelawan ini harus mendapat sentuhan teknologi agar diperoleh mutu tahu dan cita rasa yang disukai dan   akan meningkatkan jumlah konsumen tahu di kabupaten Pelalawan khususnya dan kota Pekanbaru umumnya 
Industri kecil maupun menengah tahu akan mempunyai kelayakan ekonomi bila  penggunaan bahan baku kedelai dapat mencapai sekitar 150-200 kg per hari. Industri rumah tangga umumnya menggunakan bahan baku kedelai hanya 15 kg per hari, namun usaha yang efektif dapat menggunakan bahan baku antara 50-100 kg per hari.  Peningkatan penggunaan bahan baku tersebut harus diimbangi dengan upaya-upaya perbaikan pengolahan kedelai, baik untuk mempertahankan komposisi gizinya maupun perbaikan sanitasi dan hygienis (keamanan pangan) serta  usaha untuk meragamkan hasil olahan kedelai.

2.1.      HASIL SURVAI
Telah di survai 10 industri rumah tangga pembuatan tahu di kabupaten Pelalawan, masing-masing  berlokasi di daerah Simpang Perak Jaya ( 3 industri), 3 industri didaerah Gang 2000, yang terletak di belakang pasar baru, kemudian dua (2) industri  di Jalan Akasia (Gg tahu dan Gg Raja) serta satu (1) industri di terusan jalan baru M. Yunus.  Pada saat   survai hanya sembilan industri rumah tangga yang berhasil di lakukan wawancara dan pengamatan lokasi pabrik.  Satu pabrik yang terletak di Gang 2000, tidak beroperasi dan tempat dalam keadaan tertutup.  Sembilan  industri pabrik yang berhasil diwawancara dan diamati kondisi pabriknya, 2 (dua) industri tidak beroperasi, karena pada saat itu pasokan kedelai di kabupaten Pelelawan kosong.  Semua industri tahu yang di survai belum melakukan pengelolaan secara optimal terhadap limbah cair maupun limbah padatnya.  Dan umumnya pabrik tahu yang disurvai berada pada lingkungan perumahan Dari sembilan industri hanya satu pabrik yang jauh dari pemukiman penduduk.
Pencemaran akibat limbah cair tahu oleh pabrik di tengah-tengah pemukiman,  berdampak negatif pada keadaan lingkungan di sekitarnya. Bau busuk yang bersumber dari limbah cair tahu yang dibuang melalui saluran, langsung ke badan air penerima. Limbah cair tahu itu pun mengandung nutrien berupa protein, karbohidrat, dan lipida, yang tingkat pencemarannya sangat tinggi yaitu Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biologi Oxygen Demand (BOD).   “Beban pencemar organik setiap hari pada tingkat yang begitu tinggi menyebabkan kadar oksigen terlarut dalam badan air menurun drastis, atau bahkan mencapai nol. Akibatnya, bau busuk timbul karena terbentuknya amoniak dan sulfida,”
Berdasarkan hal di atas pengembangan industri harus dibarengi upaya pengelolaan lingkungan dalam bentuk penanganan limbah yang dilepaskan. Hal tersebut disertai dengan kegiatan penilaian terhadap resiko lingkungan akibat kegiatan maupun hasil buangan industri untuk mendapatkan tingkat resiko dan bahaya dari kegiatan industri tersebut.
Analisis Resiko Lingkungan merupakan kegiatan  memperkirakan kemungkinan munculnya suatu resiko dari suatu kegiatan dan menentukan dampak dari kegiatan/peristiwa tersebut. Agar kita dapat mengurangi atau meminimalisasi resiko lingkungan maka dibutuhkan perangkat lunak dalam pengelolaan suatu industri  yaitu;
·         Undang-undang No.5 tahun 1974 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara tahun 1984 No.20, tambahan Lembaran Negara No.3273).
·         Peraturan Mentri Kesehatan RI No.329/Men.Kes/Per/XII/76 tentang Produksi dan Peredaran Makanan.
·         Undang-undang Republik Indonesia No. 7 tahun 1996 tentang pangan.
·         Undang-undang No.2 tahun 1996 tentang hygiene  (Lembaran Negara tahun 1996 No.22, tambahan Lembaran Negara No.2804).
·         Undang-undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan.
Meskipun ada UU no 23 tahun 1997 Tentang pengelolaan Lingkungan, dimana pemerintah akan memberi sangsi berat pada pengusaha /industri yang mencemari lingkungan serta diberlakukan wajib audit lingkungan bagi industri yang mencemari lingkungan, tetapi hasil survai menunjukan bahwa pada lokasi survai masih banyak limbah cair industri di buang ke lingkungan sekitar tanpa proses pengolahan. 
Dari Sembilan pabrik yang dikunjungi lima pabrik sudah melakukan pengelolaan limbah cair namun belum melakukan pengolahan terhadap limbah cairnya. Tidak dilakukannya pengelolaan terhadap limbah cair akan menimbulkan resiko-resiko lingkungan.

2.1.1.Resiko Lingkungan   
Hasil survai pada industri pertama (Gambar 2). Belum ada pengelolaan terhadap limbah cair, lingkungan mereka berbau busuk karena limbah cair hanya dibiarkan mengalir ke   lahan kosong yang berada disamping pabrik tanpa penampungan atau tidak ada bak maupun kolam yang menampung limbah tersebut.  Hasil wawancara diketahui dalam satu hari mereka mengolah kacang kedelai sebanyak 50 kg (1/2 kuintal).  Padahal kita ketahui bahwa dengan mengolah kedelai sebanyak 1 kuintal akan menghasilkan limbah cair sebanyak 1,5 sampai 2 m3 limbah cair.  Pembuangan secara terus menerus akan menimbulkan masalah terhadap lingkungan. Terutama lingkungan tanah, karena pada lokasi pabrik berdampingan dengan pemukiman yang rata-rata mereka semua masih menggunakan sumur resapan untuk kehidupan sehari-hari yaitu mandi, cuci dan memasak.  Selain itu suasana becek yang telah menimbulkan bau akan berdampak terhadap derajat kesehatan masyarakat sekitar pabrik.  Pada saat survai di lokasi pabrik terdapat 8 anak balita, yang kita tahu balita adalah mahluk yang sangat rentan terhadap penyakit.
Prakiraan resiko terhadap tata guna lahan yang mungkin terjadi yaitu resiko berasal dari buangan limbah terutama limbah cair yang mencemari air tanah dan air permukaan. Akibat pencemaran tersebut maka warga merasa tidak nyaman dan pin-dah dari lokasi sekitar pabrik, sehingga terjadi perubahan tata guna lahan. Resiko yang muncul bersifat negatif. Bobotnya akan kecil bila pencemaran yang terjadi tidak berdampak langsung terhadap masyarakat.  Namun limbah cair yang dibiarkan terus menerus seperti terlihat pada Gambar 2. akan mempunyai bobot yang besar karena akan terjadi ketidak nyamanan masyarakat yang hidup disekitar pabrik.

Gambar 2.    Limbah dibiarkan Dibuang tanpa Pengelolaan
Prakiraan resiko terhadap udara, yaitu resiko berasal dari bau limbah tahu yang semakin lama semakin tidak sedap. Akibat pencemaran tersebut warga khususnya pekerja pabrik merasa kurang  nyaman akibat terhisapnya bau ke dalam pernafasan. Jenis resiko yang muncul bersifat negatif. Bila dilakukan pembobotan maka bobotnya akan kecil karena pencemaran gas yang timbul jumlahnya kecil dan bukan merupakan gas yang berbahaya.  Prakiraan resiko terhadap air tanah yaitu berasal dari pengolahan limbah cair, yang mungkin meresap dan masuk ke dalam air tanah. Resiko yang mungkin timbul berupa timbulnya penyakit-penyakit yang diderita oleh masyarakat yang menggunakan air tanah, seperti penyakit kulit, penyakit perut, dan lain-lain. Resiko yang muncul bersifat negatif. Bobotnya sedang karena lokasi dekat dengan warga sehingga ada kemungkinannya mencemari air sumur warga (Gambar 3).
Belum ada upaya untuk melakukan pengelolaan untuk mengolahan  limbah terutama terhadap   limbah cair (Gambar 3). Pengelolaan yang sudah dilakukan pabrik tahu yang disuvai baru terhadap limbah padat (Gambar 4) yaitu menjual bagi yang membutuhkan dengan harga 500 hingga 1,000 rupiah untuk satu masakan (satu tempat nasi).  Dan 5,000 hingga 10,000 rupiah per karung.   Ada juga yang menggunakan ampas tahu untuk makanan ternak dan pupuk tanaman sawit. 

Gambar 3.  Pembuangan Limbah Padat Disekitar Pabrik
Pemanfaatan ampas sebagai makanan ternak merupakan pengolahan yang paling mudah karena hanya dengan cara mengeringkannya.  Bila ampas tahu yang dihasilkan langsung dikeringkan maka dalam kondisi kering, ampas tahu dapat disimpan lama.  Apabila akan diberikan untuk ternak cukup dengan memberi sedikit air.  Ampas tahu masih layak dijadikan bahan pangan karena masih mengandung protein sekitar 5%. Ternak-ternak yang mengkonsumsi ampas tahu adalah ayam, bebek, kambing dan sapi.  Terkadang juga diberikan pada anjing yang penyajiaannya diolah terlebih dahulu menjadi bentuk masakan.  Beberapa keluarga juga memanfaatkan ampas tahu untuk konsumsi sehari-hari sebagai pangan sumber protein.    
Gambar 4.   Limbah Padat  (ampas tahu)

Gambar 5.   Pembuangan Limbah Cair langsung ke Parit
Prakiraan resiko terhadap air permukaan yaitu berasal dari pengolahan limbah cair, yang dibuang ke parit (Gambar 5) dan sungai (Gambar 6).

Gambar 6.  Pembuangan Limbah Cair langsung ke Sungai

Resiko yang timbul pada flora, fauna, dan manusia, yang memanfaatkan sungai. Resiko terbesar yang mungkin terjadi adalah matinya biota air, tumbuhan air, dan hewan air. Prakiraan resiko terhadap flora darat berasal dari limbah cair yang berasal dari proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu yang telah diolah kemudian dibuang ke sungai lalu dihisap oleh tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Resiko yang mungkin  timbul berupa berkurangnya kemampuan tumbuhan dalam berfotosintesis sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut mati serta bersifat negatif. Tetapi bobotnya kecil karena effluen dari pabrik tahu telah mengalami pengenceran air sungai sehingga  konsentrasi pencemar juga menurun.  Prakiraan resiko terhadap flora air berasal dari limbah cair yang berasal dari proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu yang telah diolah kemudian dibuang ke sungai lalu dihisap oleh tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya kemampuan tumbuhan  dalam berfotosintesis sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut mati serta bersifat negatif. Bobotnya kecil karena effluen dari pabrik tahu telah mengalami pengenceran air sungai sehingga konsentrasi pencemar juga menurun. Dengan demikian kecil pengaruhnya terhadap flora air.
Prakiraan resiko terhadap fauna darat berasal dari limbah cair yang berasal dari proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu yang telah diolah kemudian dibuang ke sungai lalu dihisap oleh tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Berkurangnya flora  darat mempengaruhi pula fauna yang ada. Resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya jumlah fauna daratan, dan akibat berkurangnya flora darat  mengurangi pula makanan bagi fauna darat serta bersifat negatif. Bobotnya kecil karena pengaruh limbah bagi kehidupan di darat tidak terlalu signifikan.  Prakiraan resiko terhadap fauna air berasal dari limbah cair yang berasal dari kolam pengolahan ke sungai. (Gambar 7). Resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya fauna di dalam air serta bersifat negatif.

Gambar 7.    Limbah Cair belum dilakukan Pengolahan

Prakiraan resiko terhadap tingkat kesehatan masyarakat berasal dari limbah cair yang dari kolam pengolahan yang masuk ke dalam air permukaan/sungai, dimana masyarakat sekitar tinggal dan memanfaatkan sungai maupun air tanah (Gambar 8).  Resiko yang mungkin timbul berupa munculnya penyakit kulit, perut, dan sebagainya serta bersifat negatif. Bobotnya akan sedang bila pemanfaatan sungai dipakai untuk menyiram tanaman oleh masyarakat di sekitar sungai. Sedangkan pemanfaatan sumur dipakai untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci, bahkan sumber air untuk memasak.

Gambar 8.  Tidak ada Upaya Pengelolaan limbah

Prakiraan resiko terhadap estetika lingkungan berasal dari limbah cair yang dari kolam pengolahan yang masuk ke dalam air permukaan/ sungai, limbah padat yang ditumpuk. Resiko yang mungkin terjadi berupa penurunan estetika lingkungan (Gambar 9).
Gambar 9.  Tidak ada Upaya Pengelolaan limbah

2.2.      STUDI   KASUS
3.2.1  Kota Palembang
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Palembang Kemas Abubakar mengatakan, pencemaran limbah tahu-tempe sudah berlangsung lama. Hal ini disebabkan sebagian besar pengolahan limbahnya belum memiliki izin. Limbah dibuang sembarangan, seperti di parit, aliran sungai, atau tempat drainase.  “Bapedalda memiliki bukti di lapangan, dan dalam waktu dekat segera ditertibkan. Meskipun begitu, pengusaha limbah tahu-tempe sifatnya home industry harus kita back-up agar terus lestari,”

3.2.2  Kota Kudus   
           Sungai Kaligelis di pusat kota Kudus, ditengarai tercemar limbah pabrik tahu. Pencemaran itu terjadi pada titik atau ruas di wilayah Desa Ploso, Kecamatan Jati. Karena di situlah banyak pabrik makanan berbahan baku kedelai.  Dari pemantauan di lokasi, akibat terjadinya pencemaran kondisi air sungai kini menjadi keruh. Warga di sekitar yang bermukim di sepanjang tepi Sungai Kaligelis, tidak ada yang menggunakannya untuk keperluan minum dan memasak. Sebagian warga memanfaatkan untuk mencuci pakaian.
Pencemaran yang terjadi di Sungai Kaligelis, karena terdapatnya pabrik tahu di Desa Ploso yang jumlahnya 19 unit. Sebagian besar dari pabrik tersebut belum mempunyai instalasi pengolah air limbah (IPAL), sehingga limbah dari hasil pengolahan produksi itu, dibuang langsung ke sungai.   "Dari 19 pabrik tahu di Ploso itu, baru empat unit yang sudah memiliki IPAL," katanya.  

3.2.4.  Pulau Lombok
Jumlah pengusaha tahu dan tempe di Pulau Lombok meningkat cukup signifikan. Hal ini didasarkan pada semakin tingginya konsumsi tahu tempe di daerah ini. Kondisi ini terjadi akibat daya beli masarakat akibat krisis masih rendah, sehingga tahu tempe adalah pilihan bijak sebagai lauk pauk. Namun, di satu sisi  limbah tahu menjadi persoalan tersendiri. Limbah ini berbau busuk yang sangat menyengat sehingga mengganggu aktifitas masyarakat.

3.      UPAYA PENANGGULANGAN DAMPAK

Pencemaran lingkungan akan sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.  Kerugian secara langsung apabila pencemaran lingkungan tersebut secara cepat dapat langsung dirasakan akibatnya oleh manusia; sedangkan kerugian secara tidak langsung adalah apabila akibat pencemaran tersebut lingkungan menjadi rusak sehingga daya dukung alam terhadap kelangsungan hidup manusia menjadi berkurang.
Dalam usaha mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dikenal istilah penanggulangan secara non teknis, yaitu; suatu usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industry dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan.
Peraturan perundangan yang dimaksudkan hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industry dan teknologi yang akan dilaksanakan di suatu tempat yang antara lain meliputi;
·                     Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)
·                     Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
·                     Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi
·                     Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan
·                     Menanamkan Perilaku Disiplin.


4.      LIMBAH TAHU DAN UPAYA PENGOLAHANNYA

4.1.   LIMBAH  TAHU
Air limbah tahu adalah air sisa penggumpalan tahu (whey tofu) yang dihasilkan selama proses pembuatan tahu (Lestari, 1994). Air limbah tahu masih mengandung bahan-bahan organik seperti protein, lemak dan karbohidrat yang mudah busuk sehingga menimbulkan bau yang kurang sedap (Shurtleft dan Aoyogi, 1975). Limbah tahu  adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedele. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut karena bila limbah ini mengandung bahan organik tinggi (protein yang cukup tinggi).  Dari tes laboratorium kandungan kimia limbah industri tahu pada aliran sungai yang telah padat dengan buangan limbah cair tahu adalah sebagai berikut :   BOD 6000-7000 mg/l,  COD 3600-4200 mg/l,   TSS 200-500 mg/l, N-total 161,5 mg/l, P total 81.6 mg/l  dan PH 3.5-5.5 .   
Proses pembuatan tahu adalah proses yang paling banyak menggunakan air dan membuang air sisa pengolahan.  Sumber limbah cair pabrik tahu berasal dari proses merendam kedelai serta proses akhir pemisahan  jonjot-jonjot tahu. Setiap kuintal kedele akan menghasilkan limbah 1,5 - 2 m3 air limbah. Pada umumnya, limbah industri pangan tidak membahayakan kesehatan masyarakat, karena tidak terlibat langsung dalam perpindahan penyakit.  Akan tetapi bahan organiknya yang tinggi dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba.  Dengan pasokan makanan yang berlimpah, mikroorganisme akan berkembang biak dengan cepat dan mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam air.
Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik tahu mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila air limbah ini merembes ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya. 
Jenis Limbah Tahu untuk limbah cair berupa  : (a) Sisa air tahu yang tidak menggumpal, (b)  Potongan tahu yang hancur pada saat proses karena kurang sempurnanya proses penggumpalan,   (c) Limbah tahu  keruh dan berwarna kuning muda keabu-abuan dan bila dibiarkan akan berwarna hitam dan berbau busuk

4.2.      PENGOLAHAN LIMBAH TAHU
Pengetahuan akan sifat-sifat limbah industri pangan sangat penting untuk mengembangkan suatu sistem pengolahan limbah yang layak.  Metode penanganan dan pembuangan limbah yang telah berhasil dilakukan untuk limbah industri lain belum tentu berhasil diterapkan pada limbah pertanian kecuali., bila dimodifikasi terlebih dahulu.  Limbah industri pertanian bervariasi dalam kuantitas dan kualitasnya.  Limbah dari industri pangan merupakan limbah yang berbeban rendah, volume cairan tinggi.
Beberapa metode yang dapat diterapkan pada penanganan  limbah tahu adalah; penanganan biologik menggunakan mikroorganisme,  misalnya menggunakan bakteri, dan alga.  Peran bakteri terhadap limbah tahu adalah memetabolisme karbon dioksida, ion ammonium dan nitrat dan ion fosfat.  Selain itu berperan dalam proses-proses oksidasi-reduksi.  Sedangkan  penggunaan alga dalam proses pengolahan limbah tahu  berperan dalam perubahan kelebihan karbon dioksida  menjadi oksigen.
Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme terpenting dalam system penanganan air limbah.  Dalam penanganan air limbah penting karena kultur bakteri dapat digunakan untuk menghilangkan bahan organic dan mineral-mineral yang tidak diinginkan dari air limbah.  Kebanyakan bakteri adalah kemoheterotrofik yaitu menggunakan bahan organic sebagai sumber energi dan karbon.  Beberapa species mengoksidasi senyawa-senyawa anorganik tereduksi seperti NH3 untuk energy dan menggunakan CO2 sebagai sumber karbon.
Ganggang atau algae adalah organism autotrof fotosintetik.  Komposisi sel ganggang dapat dinyatakan dengan C106H180O45N16P.  oleh karena kebutuhan nutrisi dari jenis ganggang berbeda, maka rumus ini merupakan rata-rata empiric.  Ganggang memperoleh energi dari sinar matahari dan menggunakan bahan anorganik seperti karbon dioksida, ammonia atau nitrat, dan fosfat dalam sintesis sel-sel tambahan.  Dalam pertumbuhannya kerja ganggang memanfaatkan CO2 untuk pertumbuhan dan perkembang biakannya.  Dalam limbah cair perolehan CO2 berasal dari; (a) absorbsi dari udara, (b) respirasi aerobic dan anaerobic dari organism heterotrofik, (c) alkalinitas bikarbonat.  Ganggang akan berkembang hanya bila sinar matahari cukup menembus cairan.
Degradasi limbah secara biologik merupakan proses yang berlangsung secara alamiah.  Sistem biologik  yang terkendali dan tidak terkendali merupakan system utama yang digunakan untuk menangani limbah organic.  Dalam sistem biologik, mikroorganisme menggunakan limbah untuk mensintesis bahan selular baru dan menyediakan energi untuk sintesis.  Organisme juga dapat menggunakan suplai makanan yang sebelumnya sudah terakumulasi secara internal atau endogens untuk respirasi dan melakukannya terutama bila tidak ada sumber makanan dari luar atau eksogenes.  Sintesis  dan respirasi endogenes berlangsung secara simultan dalam sistem biologic dengan sintesis yang berlangsung lebih banyak bila terdapat makanan eksogenes yang berlebihan dan respirasi endogens akan mendominasi bila suplai makanan eksogenes sedikit atau tidak ada.
Secara umum reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut ini;
Limbah yang dapat dimetbolisme + mikroorganisme              produk akhir dan mengandung energy + lebih banyak mikroorganisme

Pengolahan limbah tahu dalam bentuk limbah cair dapat diminimalisasi dengan mengolahnya menjadi bentuk yang dapat bermanfaat seperti; normalisasi limbah dengan Mikroalga Chlorella Sp , biogas, dan sumber bahan pangan baik untuk manusia maupun hewan.  Untuk manusia, limbah cair bermanfaat sebagai media tumbuh dalam pembuatan nata de soya, sedangkan untuk limbah padat dapat dijadikan pakan ternak dengan cara pengeringan.

4.2.1.          Bio Gas
Apakah biogas ?
Biogas adalah gas pembusukan bahan organik oleh bakteri pada kondisi Anaerob. Gas bio tersebut merupakan campuran dari berbagai gas Antara lain :CH4(54-70%), CO2(27-45%), O2(1-4 %), N2(0.5-3%), CO( 1%) dan H2S. Campuran gas ini mudah terbakar bila kandungan CH4 (Methana) melebihi 50%.
Air limbah industri tahu ini mempunyai kandungan methana (CH4)> 50% sehingga sangat memungkinkan untuk bahan sumber energi gas Bio-Gas. Untuk daerah tropis seperti indonesia, Konstruksi fixed Dome Digester (Digester permanen ).Seperti di atas, lebih tepat guna. Digester permanen bahannya dari pasangan batu bata, pasangan batu kali, atau beton dengan ruangan penyimpan gas yang ada diatasnya. Digester ruangan gasnya sudah tetap sehingga bila produksi gasnya lebih akan terbuang keluar melalui lubang pengeluaran. Saat tekanan gas tinggi maka slury akan terdorong ke bak pelimpahan selanjutnya akan meluap keluar melalui lubang pengeluaran secara otomatis dan mengalir ke bak an aerobic sistem. Bila gas digunakan maka tekanan akan berkurang dan slury masuk kembali ke digester. Digester permanen ini pembangunanya harus teliti karena bila terjadi salah membangunnya atau tidak hatihati misalnya sampai terjadi lubang sebesar jarum berarti degester tersebut bocor. 
Proses terjadinya Biogas. Setelah pembangunan selesai, air limbah industri tahu dimasukkan ke dalam digester. Pengisian ini hingga penuh melimpah ke dasar bak pelimpahan. Kemudian tutup digester dipasang dengan tanah liat sebagai sealnyadan diatasnya diisi dengan air hingga penuh. Air limbah terus dimasukan. Pada kondisi anaerob, maka bakteri akan menguraikan bahan organik yang mengandung protein, lemak suhu antara 150C - 350C, suhu optimal antara 320C - 350C, dan setelah kira-kira 30 hari akan dihasilkan bio gas .
Produksi gas berdasarkan Riset untuk produksi tahu dengan kapsitas kedelai 700 Kg/hari, dihasilkan tidak kurang dari 10.500 liter gas-bio/liter. Kebutuhan 1 rumah tangga dengan 4-5 orang anggota, kurang lebih 1.200-2.000 liter per hari. digunakan untuk sumber energi misal untuk : kompor (memasak), lampu, penghangat ruangan/gasolec, suplai bahan bakar mesin Diesel , untuk pengelasan (memotong besi) dll.   
Proses fermentasi bakteri anaerob dapat disalurkan melalui pipa PVC ke beberapa tungku perapian untuk proses pembuatan Tahu. Kualitas apinya tak kalah bagus dibandingkan dengan gas elpiji dan bahan bakar lainnya. Dengan memanfaatkan energi alternatif  ini biaya produksi Tahu bisa dihemat hingga mencapai 50 persen jika dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar gas elpiji atau minyak tanah secara penuhManfaat bagi lingkungan dengan proses fermentasi oleh bakteri anaerob (Bakteri Methan) tingkat pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan berkurang sampai dengan 98% dan air limbah telah memenuhi standard baku mutu pemerintah sehingga layak di buang ke sungai. 
4.2.2.      Normalisasi Limbah dengan mikroalga Chlorella Sp.
Penelitian pengolahan limbah tahu dengan perlakuan biologi menggunakan Chlorella sp telah dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Rumah Kaca Jurusan Biologi, FMIPA-UI. Penelitian   di dasarkan pada kemampuan Chlorella sp merombak nutrien yang terkandung di dalam limbah cair tahu. Bahkan, Chlorella sp merupakan sumber makanan yang baik. Di negara maju, Chlorella sp malah telah dibiakkan dan diproses menjadi makanan sehat bagi manusia.
Mikroalga Chlorella sp memerlukan masa optimal 7 hari dalam proses normalisasi limbah tahu. Teknologi pembiakan Chlorella sp perlu dikembangkan   secara terus menerus agar dapat mengubah limbah cair tahu ke dalam biomassa dengan residu nutrien yang belum terolah dibawah ambang batas aman menurut peruntukannya.   Pemisahan biomassa dari limbah yang telah diproses secara biologi, mutlak dilaksanakan. Tanpa pemisahan, limbah tetap mengandung unsur protein yang berpotensi untuk mencemari badan air.   “Biomassa hasil pemisahan berpotensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein tambahan untuk tumbuhan, ikan dan ternak. Hal itu didasarkan karena mikroalga Chlorella sp mengandung klorofil, vitamin, mineral, serat makanan, asam nukleat, asam amino, berbagai enzim dan Chlorella Growth Factory (CGF),”   
Pada penelitian tahap pertama, diperoleh gambaran, bahwa biomassa Chlorella sp yang terbentuk dapat menurunkan beban limbah cair tahu sampai ratusan mg/l, sehingga pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat memecahkan masalah limbah cair tahu yang menimbulkan pencemaran. Biomassa mikroalga merupakan protein yang sangat bermanfaat. Sehingga memisahkan biomassa akan mendapatkan manfaat ganda, yaitu sedimen biomassa yang bermanfaat dan air limbah olahan yang memenuhi baku mutu.
Proses sedimentasi dengan metode dinamis, pun akan sangat sesuai untuk memisahkan biomassa pada rencana sistem skala kecil pengolahan limbah cair tahu. “Terutama sifatnya yang kompak dan kecil serta mudah dioperasikan”.   Sedimentasi melalui metode dinamis ini, dilaksanakan dengan menggunakan prinsip gaya sentrifugal yaitu reaksi inersia keluar dari pusat perputaran sedemikian sehingga biomassa yang mempunyai massa jenis lebih besar dari air akan terpisah. Walaupun pemisah sentrifugal (Centrifuge Separator) telah banyak tersedia di pasar, tampaknya akan sangat sulit untuk memperoleh pemisah sentrifugal yang sesuai pada pemisahan mikroalga dengan skala kecil dan murah. “Harganya yang mahal, tidak mungkin terjangkau oleh industri kecil, apalagi ditujukan untuk mengolah limbah,”.
4.2.3.       Limbah tahu sebagai media pembuatan nata de soya.
Limbah tahu mempunyai peluang ekonomis dan potensi gizi yang baik bila diolah menjadi produk pangan nato de soya. Oleh karena itu, pengembangan model usaha nata de soya perlu dilakukan guna mengatasi pencemaran lingkungan di wilayah pemukiman sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nata de soya berasal dari limbah cair asal industri tahu.  Produk nata de soya yang dipasarkan lebih disukai konsumen dalam bentuk siap saji dengan berbagai kemasan dan rasa. Hasil uji coba dan pendampingan juga membuktikan bahwa model usaha nata de soya di Kodya Bengkulu dapat memberikan peluang bisnis akrab lingkungan yang dapat berdampak positif terhadap perekonomian dan gizi masyarakat. khususnya masyarakat sekitar industri tahu.   
Proses pembuatan  nata de soya cukup sederhana dan alat-alat yang digunakan juga mudah didapat dan tidak mahal, sementara bahan baku nata de soya cukup berlimpah setiap harinya. Hasil pendampingan juga membuktikan bahwa, untuk meningkatkan pendapatan pengusaha tahu secara nyata, sebaiknya air limbah tahu yang digunakan untuk membuat nata de soya skala industri harus dalam jumlah banyak (>15 liter) per harinya, selanjutnya adanya diversifikasi hasil olahan nata de soya dan modifikasi kemasan ternyata sangat berpengaruh terhadap omset penjualan. Masukan teknologi secara umum dapat diterapkan oleh pengusaha, baik dari segi pembuatan bibit, pemrosesan nata de soya, pengolahan dan pengemasan. Namun demikian dari segi pengembangan-nya, masih perlu diperhatikan kualitas air limbah tahu serta ruangan tempat kerja dan tempat inkubasi nata de soya. Pemilihan jenis/varietas kedelai merupakan kunci utama sebelum pengusaha mulai memutuskan untuk membuat nata de soya. Selanjutnya, dalam melakukan proses pembuatan nata de soya (inkubasi) pengusaha menggunakan kamar anak-anak yang secara higienis kurang memenuhi syarat yang akhirnya dapat menyebabkan tingat keberhasilan pembuatan nata de soya hanya 50%. Pada saat yang bersamaan pembuatan nata de soya juga dilakukan di laboratorium mikrobiologi pertanian, dan hasilnya cukup memuaskan dengan probabilitas 95%. Hal tersebut membuktikan bahwa kondisi kebersihan (faktor higienis) merupakan kendala atau penghambat dalam mengembangkan usaha ini. Dari segi lingkungan, ekonomi dan perbaikan gizi, industri nata de soya di Kebun Beler mempunyai potensi untuk dikembangkan mengingat air limbah tahu tersebut dapat merupakan bahan pencemar apabila terakumulasi terus menerus. Apabila air limbah tahu tersebut diolah menjadi nata de soya, maka dapat meningkatkan perekonomian keluarga sekaligus dapat meningkatkan gizi keluarga dan masyarakat sekitar. Menurut hasil analisi gizi (Tabel 2), nata de soya tergolong produk pangan yang bergizi tinggi terutama pada kandungan karbohidrat, protein dan serat kasar. Data tersebut membuktikan bahwa bakteri Acetobacter xylinum mampu mengubah air limbah tahu yang tidak bernilai menjadi suatu produk bernilai gizi tinggi (Basrah Enie & Supriatna, 1993).


Pembuatan nata de soya dapat terlihat pada gambar dibawah ini;

Dengan memanfaatkan air limbah tahu tersebut, masyarakat telah mendukung program "waste cleaning" artinya sebelum limbah dibuang, masyarakat telah memprosesnya menjadi suatu produk yang mempunyai nilai gizi dengan prospek ekonomi tinggi. Dari hasil uji coba dan pendampingan yang intensif dengan pengusaha tahu, telah terlihat bahwa produk nata de soya merupakan salah satu peluang bisnis akrab lingkungan yang dapat berdampak positif pada tingkat perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat sekitar industri tahu dan aspek gizi untuk mendukung pengembangan nata de soya terutama bagi peningkatan gizi anak sekolah.
4.3.      PRAKIRAAN EKONOMI PENGELOLAAN LIMBAH TAHU
Gambar 10.  Contoh IPAL terpadu

Membangun sebuah Instalasi Pengolahan Air Limbah untuk pabrik tahu bukan disebabkan oleh mahalnya proses pengelolaan tapi juga disebabkan luasnya areal yang dibutuhkan untuk pembangunan IPAL tersebut.  Umumnya industry tahu adalah suatu industri rumah tangga yang berlokasi ditengah pemukiman dan bergabung dengan rumah tinggal (Gambar 11).  Untuk sebuah IPAL yang sesuai standar, sedikitnya membutuhkan areal atau tanah seluas 10x10 m2. IPAL seluas itu bisa menampung limbah pabrik tahu dengan kapasitas 4 ton kedelai per hari," dengan biaya 60-150  juta per unit .   Jika pabrik tahu di paksa membuat IPAL sendiri, kondisi modal dan volume produksi tidak bisa menutupi ongkos pembuatan instalasi limbah sendiri. Di khawatirkan produsen tahu kehabisan modal.  Pemecahannya, adalah dengan cara membangun IPAL terpadu, yakni satu IPAL untuk beberapa unit pabrik tahu.  Namun bila hal itu diberlakukan untuk kabupaten Pelalawan tidak memungkinkan.  Hal itu disebabkan karena pabrik tahu di kabupaten Pelalawan terletak pada tempat dengan jarak berjauhan.  Pada tiga lokasi terdapat dua sampai tiga pabrik tahu, tapi letak pabrik tahu bukan disepanjang bantaran sungai.
Bila limbah tahu diolah menajdi biogas maka  harga untuk treatment limbah tahu dengan biogas dan aerobic sistem, sangat tergantung pada harga upah dan meterial setempat. Untuk wilayah Yogja tahun 2006 harga 1m3 bangunan bio Digester limbah tahu dibutuhkan anggaran kira-kira Rp.700.000.- dan anaerobic sistem dibutuhkan anggaran kira-kira Rp. 2.000.000.- Pengolahan limbah tahu untuk dijadikan biogas  prosesnya sederhana, pemanfaatan limbah Tahu sebagai bahan bakar biogas itu tidak memerlukan biaya besar. Untuk membuat empat digester dibutuhkan biaya sekitar Rp17 juta.
Pabrik Tahu                   Gambar 11.  Pabrik tahu juga Rumah
KESIMPULAN

            Dari sembilan pabrik tahu yang dikunjungi tidak mempunyai IPAL.  Pengetahuan tentang IPAL untuk semua pemilik pabrik tahu tidak ada, atau tidak mengerti masalah IPAL serta undang-undang lingkungan karena rata-rata mereka mengatakan tidak pernah pengawas kesehatan maupun BAPEDAL yang datang berkunjung.  Mereka mengatakan keberadaan pabrik ditengah masyarakat atau pemukiman belum pernah mendapat komplen dari masyarakat terhadap limbah yang dibuang tanpa dikelola.  Namun mereka berminat untuk melakukan pengelolaan asalkan tidak dikenakan biaya.
Pengelolaan pabrik tahu memerlukan biaya yang tinggi, bila setiap satu pabrik melakukan pengelolaanya sendiri hal tersebut tidak memungkinkan, dari ketiga alternative yang ditawarkan pengelolaan menjadi biogas lebih memungkinkan karena proses perebusan tahu yang dilakukan menggunakan boiler uap yang pemanasannya menggunakan kayu (Gambar 12).  Gas dari limbah tersebut dapat mengurangi biaya operasional serta mengurangi penggunaan kayu bakar yang dijadikan bahan baku untuk proses pembakaran.  Mengurangi penggunaan kayu bakar berarti mengurangi penebangan pohon dan secara tidak langsung memelihara hutan yang berfungsi sebagai karbon sink.
Gambar 12.  Boiler
 
Gambar 13.  Uap dialirkan pada pipa untuk perebusan

SARAN

            BAPEDALDA Pelalawan harus lebih intensif  dalam mensosialisasi-kan masalah pencemaran dan Undang-undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan.   Dalam pengelolaan limbah tahu di kabupaten Pelalawan BAPEDALDA sebaiknya  mendanai salah satu pabrik tahu sebagai pilot project .

Daftar Pustaka

Damayanti Alia, Joni Hermana, Ali Masduqi, 2004 Analisis Resiko LIingkungan dari Pengolahan Limbah Pabrik Tahu dengan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) Teknik Lingkungan, FTSP, ITS  Jurnal Purifikasi, Vol.5, No.4, Oktober 2004 : 151-156. Surabaya

Handayani I. P., P. Prawito dan H. Bustamam, 2003.  Penanganan Air Limbah Tahu melalui pengembangan Model Usaha Industri Nata de soya di Kotamadya Bengkulu.  Penelitian Voucer, DIKTI. Bengkulu.

Jenie Betty Sri Laksmi, Winiati Pudjirahayu, 1993.  Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius. Jakarta

Kristanto Philip, 2002.  Ekologi Industri. Andi Yogyakarta

Nurtiyani Erlin, 2006.  Mikroalga Chlorella Sp dapat Menormalkan Limbah Tahu . Jurusan Biologi, Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Jakarta.  

Nurhasan dan Bb. Pramudyanto, 1991. Penanganan air Limbah Pabrik Tahu. Yayasan Bina Karya Lestari (Bintari).

Wardhana Wisnu Arya, 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Yogyakarta




3 komentar:

  1. Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller dan waste water treatment,STP dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
    Hp:081310849918

    BalasHapus
  2. Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller dan waste water treatment,STP dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
    Hp:081310849918

    BalasHapus
  3. Digunakan sebagaipupuk dasar diberikan saat pengolahan tanah untuk semua jenis tanah dan semuajenis tanaman dengan cara pupuk ditebarkan dipermukaan tanah atau lubang tanamkemudian di aduk-aduk sampai rata dengan tanah. Dosis yang digunakanuntuk satu hektarnya cukup 3-5 ton, sedangkan penggunaan pupuk anorganik bisadikurangi 1/3 bagian dari dosis normal. Jasa Penulis Artikel SEO pabrik penerima besi bekas

    BalasHapus